100

2.4K 218 21
                                    

Pasrah mendapati wajah tertekuk sangat istri adalah cara terampuh daripada harus berdebat.

Adit sangat paham dimana letak kesalahannya yang membuat Maya murka. Bukan tentang banyaknya printilan yang ia dan Hawa beli pulang selepas menjelajah mall tapi lebih kepada sikapnya yang meninggalkan Maya selepas mereka bercinta.

Bagi perempuan kesan romantis setelah adu keringat juga poin utama untuk keharmonisan rumah tangga dan wajib hukumnya untuk dilakukan agar semakin menambah rasa sayang antar suami istri, apalagi sampai di tambah sang suami mengucapkan terima kasih untuk kerja sama nya, tentu hal itu menjadi kesan yang indah. Hal itu tentu juga berlaku bagi Maya.

Tepat pukul empat sore, tiba-tiba tubuhnya sedikit menggigil, sehingga membuat mata yang tadi nya terpejam mulai terbuka lebar, bukan karena waktu tidur yang sudah lama tapi lebih kepada rasa terkejut atas apa yang ia lihat pada tubuhnya sendiri. Ada banyak tanda cinta yang menjadi bukti bahwa Adit sudah memangsa nya hari ini, dan juga lagi tubuhnya di biarkan tergolek hanya dengan selimut, membuat Maya seketika mengeram marah.

Dan akibat perbuatannya itu, meski Adit punya alasan mengapa ia melakukan itu, tetap saja buah dari tingkahnya itu adalah diam nya sang istri. Berkali-kali Adit mencoba merayu kembali Maya agar tidak mendiamkan dirinya, akan tetapi hati istri nya itu tak goyah sedikit pun.

Bahkan setelah villa ini kembali hening karena semua penghuninya sudah mulai naik ke peraduan, tetap saja hubungan suami istri belum mengalami kemajuan apapun meskipun penyatuan sudah mereka lakukan. Adit bahkan harus rela kembali tidur di paviliun meskipun tadi ia sempat berbagi ranjang dengan Maya. Memang banyak kamar lain di dalam villa yang bisa ia gunakan, namun dengan alasan tidak ingin semakin memperkeruh suasana Adit lebih memilih untuk menidurkan dirinya di paviliun. Walaupun tak sepenuhnya bisa di katakan tidur, karena tangannya sibuk di atas komputer jinjing yang tadi sempat di bawa nya.

Sebagai wanita yang sedari awal memang mempunyai sisi alfa dalam dirinya namun masih dalam kodratnya sebagai wanita, tentu sikap Adit yang terkesan pasrah dan tidak lagi membujuk nya untuk berdamai membuat Maya kembali ragu akan perasaan suaminya itu.

Dengan langkah kesal Maya berjalan menuju ke paviliun. Ia akhirnya berinisiatif untuk meluapkan segala amarahnya malam itu juga pada Adit. Tidak peduli nantinya mereka akan tetap berdebat tapi yang jelas ia tidak ingin kekesalannya ia pendam sendiri dan akan menjadi bom waktu yang nantinya bisa meledak kapan saja.

Namun, sesampainya di paviliun dan matanya sudah mendeteksi keberadaan Adit, seketika langkah Maya terhenti. Ia melihat dengan jelas sang suami yang tengah serius mengetikkan banyak huruf di laptop nya.

Adit mode bekerja memang mempunyai pesona yang berbeda, meskipun pakaian yang di gunakan hanya kaos berkerah dan celana kain, tetap saja aura kepemimpinan nya menguar di sekitarnya.

"Ehmmm"

Sapaan Maya tidak di respon apapun oleh Adit. Lelaki berstatus suaminya itu masih serius menatap komputer tipis itu tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya.

Semakin kesal karena sapaannya tak hiraukan oleh Adit, Maya melangkah kasar ke arah suami dan mendudukan dirinya tepat di depan meja Adit.

"Eh... Sayang? Kok disini? Aku kok gak denger kamu masuk?" Ucap Adit sedikit terkejut dan menatap sebentar pintu yang ada di paviliun lalu menatap istrinya kembali. Lelaki itu menutup laptop kerjanya sebagian dan menyingkirkan ke samping.

"Ada apa? Bukannya tadi udah tidur?" Tanya Adit dengan ketidak pekaan nya.

Sikap Adit yang tidak mengerti maksud Maya semakin membuat rasa jengkel Maya menjadi-jadi. Wanita itu menghentakkan kakinya beberapa kali ke tanah sebagai bentuk rasa kesalnya "kenapa sih Dit, kamu itu gak peka-peka? Minta maaf kek, apa kek, bujuk aku gitu loh. Ini bukannya ngerayu istrinya malah asik kerja. Apa gunanya kamu nikah kalau istri mu marah malah kamu tinggal kerja. Yang peka dong, atau kamu lupa kalau kamu udah nikah lagi? Atau kamu lupa kalau aku ini istri mu"

Adit terdiam beberapa detik sambil mengamati Maya. Tangannya menggaruk samping kepalanya yang tidak gatal sama sekali. Kemarahan Maya memang ia pahami namun lelaki itu tidak paham apabila wanita kesal akan sesuatu maka akan banyak kejadian yang di hubungkan kemudia di tarik benang merahnya supaya saling terhubung dan bisa mendukung pendapatnya yang lain.

Memang Maya bukan perempuan pertama yang dekat dengan nya, ada Sella yang juga menjalin hubungan dengan Adit dan beberapa wanita lainnya. Namun entah mengapa, hanya dengan Maya, Adit seakan bingung harus bersikap seperti apa, sehingga menyebabkan kebingungan dan menghasilkan ketidak pekaan nya akan perasaan sang istri.

Bahkan beberapa hal yang Maya jabarkan tadi sudah ia lakukan saat ia sadar bahwa tadi perilakunya sudah membuat Maya murka. Adit sudah meminta maaf, sudah membujuk, dan bahkan sudah merayu Maya dengan baik tadi. Akan tetapi, sepertinya Maya tidak melihat itu sebagai usaha Adit sehingga membuat nya masih menyimpan amarah yang berkesinambungan.

"Ya Allah Sayang... Kok bisa ngomong kek gitu? Oke, aku minta maaf ya, tadi aku ninggalin kamu gitu aja sehabis kita berhubungan"

"Dit!! Jangan terlalu frontal kenapa sih!"

"Salah lagi aku?"

"Kenapa, gak mau di salah kan? Kan memang salah mu kan?"

Dilihat dari ucapannya, Maya sepertinya hanya mau Adit mengakui kesalahan nya dan meminta maaf dengan terus menerus sampai Maya bisa melupakannya, meski hal itu sangat mustahil. Bagi perempuan memaafkan itu hal mudah, namun jangan salah, kepintaran otak perempuan itu mampu menyimpan segala memori akan kejadian di masa lalu meskipun itu sudah lama terjadi.

"Aku minta maaf Sayang... Aku salah" Tak ingin berdebat sampai pagi, Adit lebih memilih untuk mengiyakan apapun yang Maya tuduhkan pada nya.

"Jangan di ulangi lagi"

"Iya Sayang. Lain kali ngomong ya kalau marah atau jengkel, jangan diem gini, aku jadi gak ngerti harus bersikap gimana kalau kamu diem. Aku bukan peramal yang bisa tau perasaanmu kayak gimana jadi kalau ada apa-apa kita ngobrol ya"

"Iya"

Nah kan, hanya di jawab singkat, namun bagi Adit sudah lebih dari cukup. Pengakuan akan dosa nya itu pasti membuat Maya akhirnya tidak lagi memperpanjang masalah mereka.

"Sudah ya jangan marah-marah. Mau pergi?" Tanya Adit.

"Pergi? Kemana?"

"Nengokin Abang yuk? Kamu masih bisa libur gak besok? Kita bawa Adek sekalian, dia rindu sama Abang nya loh"

"Bisa gak sih Dit, kita bawa Abang pulang? Jujur ya Dit, aku takut Abang lebih nyaman sama Bang Azwin daripada kamu. Bukan berarti Bang Azwin jahat enggak, tapi aku rasa sudah saatnya kamu sama Abang itu mencoba mendekatkan diri kan? " Ucap Maya sedikit ragu.

Adit hanya bisa menghela nafasnya dalam.  Sejujurnya, ia pun merasakan hal yang sama dengan apa yang Maya khawatirkan, namun memaksa Arion pun tak akan menghasilkan apapun, yang ada anak lelaki nya itu pasti membuat benteng yang tinggi antara ia dan dirinya.

"Aku gak masalah dia mau nyaman sama siapapun, aku bakalan tetep mencoba mendekat. Yang penting buat aku, perempuan yang berharga di hidup dia cuma kamu, Sayang. Aku ingin dia menghormati mu lebih dari apapun"

"Ya gak bisa gitu dong. Dia juga harus deket sama kamu"

"Iya tahu Sayang tapi semua kan berproses. Kita gak bisa menuntut Abang seperti mau kita kan?"

"Bawa Abang pulang lagi ya Dit. Aku gak mau jauh dari anak ku lagi"

"Iya Sayang. Abang anak mu"

.
.
.

05092023

Borahe 💙

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang