Kelak, kamu akan mengerti masa lalu bukan lagi tentang sakit, luka dan penyesalan saja. Ada makna tersirat yang memang Allah khususkan untuk mu agar kelak di masa depan kamu tak akan bertingkah sama dan membuat kesalahan yang sama.
Jangan menyalahkan takdir yang membawa mu melewati masa lalu kelam itu, karena sebanyak apapun rasa sesal mu tidak akan mampu merubah waktu yang sudah terlewati.
"Aku akan menyayangi anak kita sebaik-baiknya, Sell jadi biarkan aku menggantikan posisi mu ya?" Maya mengawali pembicaraan nya dengan tanah gundukan bertulisan nama Sella itu langsung ke intinya.
Tidak lagi meributkan rasa sayang Adit atau statusnya atau kedudukannya di hidup suami itu, Maya malah memilih lebih membahas Arion, sang anak sulung. Baginya, statusnya saat ini di hidup Adit masih tetap ia menang kan, karena rival nya tidak lagi bisa merebut kedudukan itu jadi bagi Maya, semua akan berjalan mulus dan ia tak perlu bersaing apapun dengan orang yang sudah meninggal.
"Terima kasih sudah melahirkan anak yang membuat ku menjadi ibu meskipun aku belum pernah mengandung sekalipun. Dia anak baik dan ku pastikan akan selalu menjadi anak baik, pegang janji ku ya Sell"
Tak lagi bisa menahan titik bening di sudut matanya, Maya hanya bisa tergugu dan masuk ke dalam dekapan hangat Adit. Adit paham harusnya keadaan ini tidak akan menjadi rumit apabila ia tidak melakukan kesalahan di masa lalu nya.
"Mami jangan nangis" Ucap Hawa sambil mulai bergelendot manja di lengan sangat ibu. Maya menatap bocah perempuan itu dengan derai air mata. Seakan pas dengan suasana sekitar, ia teringat dengan Adam yang bernasib sama seperti Sella.
"Sell... Bolehkah aku meminta satu permintaan?"
"Apa yang kamu minta dari orang yang sudah meninggal Sayang?" Tanya Adit tak mengerti tapi lelaki itu bisa membaca keseriusan di wajah Maya.
"Adam, Mas.. Biarkan Sella yang menjaganya untuk kita"
Helaan nafas panjang Adit menjadi respon atas permintaan sang istri. Bila tadi Maya melarangnya untuk berandai-andai, mengapa saat ini istrinya itu malah berpikir hal yang di luar nalar? Lagi pula sejak kapan orang meninggal saling menjaga satu sama lain. Namun, karena tidak ingin membuka perdebatan dan semakin merusak suasana hati Maya, Adit lebih memilih untuk bungkam dan mencari cara agar mereka segera beranjak pergi dari tempat itu.
Meski sedikit alot, setelah hampir satu jam akhirnya Maya tanpa paksaan meninggalkan pusara terakhir Sella dengan mata sembabnya.
"Mau langsung ke rumah Bang Azwin atau makan dulu Sayang?" Tanya Adit begitu mulai merasakan kuda besi yang membawa mereka berjalan perlahan.
"Kayaknya langsung aja deh Mas, Adek kasian pasti udah capek"
Adit hanya mengangguk, lalu memerintahkan supir yang mengendarai mobil mereka segera ke tempat tujuan mereka selanjutnya yaitu rumah kakak sepersusuan Maya, Azwin.
Tak butuh waktu lama bagi ketiganya untuk sampai di rumah besar yang Azwin punya. Rumah dengan dua lantai itu menjadi sasaran persinggahan mereka selanjutnya.
Bahkan saat Adit dan Maya masih sibuk dengan bawaan mereka, Hawa lebih dulu turun dan masuk ke dalam rumah daddy nya itu. Berteriak dengan lantang mencari sang abang yang tidak di temuinya beberapa bulan ini.
"Adek... Ya Allah Adek... Bunda ada Adek disini" Teriak Arion tak kalah heboh saat melihat adik kecilnya mengunjungi nya di rumah ayah ke duanya.
Dengan senyum penuh, Arion merentangkan tangannya guna menangkap Hawa yang sedang berlari ke arahnya "Abang, Adek kangen..." Cicit Hawa lirih sambil mulai terisak.
Hidup sendiri dengan banyak nya serangkaian membuat Hawa akhirnya menemukan tempatnya untuk berkeluh kesah. Tentu membiasakan diri bersikap baik-baik di hadapan sang mami bukan pekerjaan yang mudah. Andai di sampingnya ada sang Abang atau sang Kakak mungkin ia tidak akan menangis dalam hanya karena merindu akan kehadiran mereka.
"abang juga kangen Dek"
"Ayo pulang Bang..."
"Abang mau disini Dek"
Jawaban Arion membuat Hawa melepas kasar tautan tubuh mereka. Keinginan Arion untuk tinggal bersama Azwin dan sang istri membuat Hawa kesal bukan main, sepertinya rindu yang bocah perempuan rasakan tidak juga di rasakan oleh bocah laki-laki di depan nya.
"Adek Hawa juga boleh kok liburan disini" Ucap istri Azwin yang sejak tadi memperhatikan interaksi kedua bocah di hadapannya itu. Ia tau bahwa setelah ini akan ada drama yang memperlihatkan putri sepupu iparnya itu merengek tak terkendali.
Namun, untungnya sebelum semua itu terjadi, Maya dan Adit lebih dulu masuk ke dalam rumah, sehingga mood Hawa yang jelek langsung bisa tertangani dengan baik.
"Abang gak mau pulang" Adu Hawa pada kedua orang tuanya.
Adit menatap Arion sebentar lalu menundukkan tubuhnya sejajar dengan Hawa "Abang pulang kok Dek, tenang aja. Udah Adek main dulu sama Aisyah ya?" Ucap Adit mencoba menenangkan.
Untungnya, Hawa menerima penjelasan Adit dan menurut untuk meninggalkan ketiga orang dewasa itu untuk lebih masuk ke dalam rumah, sedangkan Arion masih berdiri di tempatnya dan menatap sang ibu yang juga turut menatap nya dalam.
"Bang..." Panggil pelan Maya sambil merentangkan tangannya. Rasa rindunya menyeruak begitu melihat Arion yang sepertinya sudah lebih tinggi dari sebelum anak itu keluar dari rumah. Mata ibu sambungnya itu berkaca-kaca namun tetap menarik bibirnya melengkung keatas.
Akan tetapi, sampai lebih dari semenit anak bukannya itu tidak menunjukkan tanda-tanda akan berlari ke dalam pelukannya, membuat senyum sumringah Maya yang tadinya lebar mulai meredup. Ada yang tidak biasa dari Arion, itu lah yang bisa ia simpulkan.
Menduga sudah akan ada adegan ini, membuat Adit akhirnya menghampiri anak lelakinya itu "datangi Mami mu, jangan membuat sakit hatinya" Bisik Adit memberi penekanan disetiap ucapannya.
Mungkin Maya tidak akan mendengar apa yang Adit bicarakan pada Arion, namun istri Azwin tentu mendengarnya dengan jelas. Wanita itu meringis mendengar ketegasan yang adik iparnya ucapkan. Bukan ia tak ingin membantu Arion sama sekali, tapi sebagai orang baru yang ada di hidup mereka cukup membuat istri Azwin mengerti posisi nya.
Dengan ragu, Arion mulai melangkahkan kakinya ke arah Maya yang masih berdiri tetap di tempatnya sambil sesekali mengelap air matanya yang membasahi pipi putihnya "Mami..." Panggil Arion dengan tangan menengadah. Hati Maya yang tadinya terkejut karena sang putra tidak meresponnya seketika meluruhkan tubuhnya untuk memeluk erat Arion.
"Bang... Mami rindu..." Pengakuan Maya membuat air mata Arion ikut terjatuh. Setelah kepergiannya ibundanya masih tetap memperlakukannya secara baik, sedikit membuat Arion menyesal tidak langsung mendatangi Maya tadi.
"Maafin Abang, Mi... Kehadiran Abang bikin Mami sedih"
.
.
.18092023
Borahe 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Drama Korea
Romance"Aku akan mengatakan pada Mama kalau aku mandul. Jadi kamu tidak perlu memusingkan apapun. Hanya perlu tanda tangan dan semuanya akan aku urus dengan pengacara ku"