53

3.5K 244 13
                                    

Bruk!!

Maya melempar map berwarna hitam di hadapan Adit yang sedang duduk melamun di dalam ruang tamu paviliun.

Terkejut. Pasti, saat sedang memikirkan bagaimana nasib selanjutnya akan hubungannya dengan Maya, tiba-tiba perempuan yang ada di pikirannya itu sudah berdiri di depannya sambil membawa map yang Adit tebak isinya adalah akta kelahiran Adam dan Hawa.

Sesuai keinginannya tadi sore, Adit meminta Maya untuk menunjukkan bukti bahwa Adam dan Hawa bukan darah dagingnya. Dan benar saja saat membuka map itu, dugaan akan bocah kembar itu anaknya semakin menguat karena di kertas itu tertulis namanya sebagai ayah dari keduanya.

Entah apa statergi Maya sampai-sampai ia berani menunjukkan bukti sepenting ini pada Adit yang notabene memang melancarkan misi rujuk kembali. Padahal dengan dikeluarkannya bukti ini langkah Maya akan semakin berat, peluang menolak ajakan rujuk Adit pun semakin kecil, meskipun ia bisa menolak namun tetap saja, apabila Adit menggunakan seluruh anaknya sebagai umpannya Maya pasti akan luluh, begitu pikiran Adit. Namun tak urung, keberanian nya patut Adit acungi jempol.

"Benar dugaan ku bahwa mereka juga anak ku"

Rasanya Maya ingin menangis mendengar penuturan Adit. Rasanya hanya Arion yang ia perjuangkan sedangkan Adam dan Hawa hanya menjadi pemanis di kehidupan lelaki itu.

"Lalu kenapa? Mau kamu bawa semuanya Dit?"

Adit tersenyum penuh kemenangan. Tubuhnya melayang ke atas awan begitu Maya paham akan maunya dan maksudnya. Adit kira pertikaian nya dengan Maya akan berjalan sangat alot tapi ternyata semudah itu dan bagi Adit cepat atau lambat pasti Maya akan mulai mengiyakan kemauannya, tak ada pilihan lain.

Tapi Adit lupa ada kata pepatah, "jangan menyombongkan apapun yang kamu punya sekarang karena sejatinya masa depan akan selalu menjadi misteri". Bahkan lima menit kedepannya saja kita tidak dapat memprediksi apapun termasuk masalah ini.

Hal itu justru tidak berefek apapun bagi Adit, sifat pemimpinnya semakin nguar dan percaya diri mulai melingkupinya, membuat nya menjadi sombong dan salah kira.

"Iya aku mau membawa mereka semuanya kepadaku. Kalau kamu tidak mau kehilangannya mereka semua, ayo kita bersama. Mendidik mereka dan merawat mereka sama sama. Mereka butuh kita, May dan jalan satu-satu nya ya dengan kita rujuk" Ucap Adit dengan senyum merekah.

"Aku memaafkan mu tapi tidak untuk kembali. Kamu boleh membawa semua anak-anak ini Dit, aku tak akan pernah melarangnya, selama kamu memperlakukan mereka dengan baik, itu bukan masalah bagi kh. Toh, tidak akan ada bedanya karena kita berdua sama-sama orang tua mereka"

Iya, Adit salah kira.
Ia mengira Maya akan kembali bertekuk lutut padanya apabila Adit meminta semua anaknya, tapi sayangnya, Adit salah.

Pernyataan Maya membuat bahu Adit merosot. Senyum nya mulai menghilang dan aura dingin mulai bermunculan "sekali aku memutuskan aku tak akan mundur May" Ucap Adit mantap sambil menatap Maya tajam.

Maya tahu, tidak peduli seberapa lama waktu yang diberikan untuk penyesalan, Adit tetap lah Adit. Lelaki dengan jiwa pemimpin yang besar, sikap pemaksa nya yang tak bisa hilang dan sifat dingin nya yang selalu ada.

Memang Maya tidak akan berekspektasi bahwa Adit akan berubah, mengerti dirinya, atau sedikit melembut dan akhirnya keduanya bisa dengan mudah mencari jalan keluar bersama.
Wanita tetap wanita, dan Maya salah satu nya. Sikap Adit tentu akan membuat luka baru pada diri Maya. Meninggalkan bekas lalu lama untuk kembali sembuh. Seakan menjadi rutinitas menyakiti itu bukan hal besar lagi bagi Adit.

"Bawa mereka pergi kalau memang itu mau mu. Aku tetap disini Dit" 

"Kenapa harus keras kepala sih May?! Tinggal mengiyakan ajakan ku semua beres kan?!"

"Seumur hidup itu terlalu lama Dit untuk selalu harus sabar, ikhlas dan pengertian. Aku bukan wanita ahli surga yang bisa mentolerir semua tingkah mu. Aku punya hati yang kadang juga ingin kembali di mengerti. Jadi tolong hormati keputusan ku ini. Biarkan aku menjadi wanita egois yang ingin selalu bahagia" Ucap Maya sambil beranjak pergi, meninggalkan Adit yang mencoba mencerna apa yang tadi ia katakan.

Tak ada waktu terpanjang selain seumur hidup.

Dan Maya hanya ingin bahagia.

Hanya itu.

Akan tetapi tidak semua wujud bahagia selalu bersama kan?
Ada bahagia yang memang datang hanya karena diri sendiri.
Bisa jadi Maya salah satu nya.

Melepas memang akan selalu menyakitkan tapi bertahan tidak selalu pula membahagiakan.
Ada lubang lain dalam diri Arion, Adam dan Hawa yang memang harus Adit isi sendiri tanpa campur tangan Maya. Adapun mungkin waktunya saat ini.

"Tunggu May..." Ucap Adit kelabakan begitu mulai sadar arti setiap kata yang Maya tadi ucapkan.

Melihat kembali sisi lain dari seorang Maya membuat Adit semakin ingin kembali bersama wanita itu. Pilihan Bu Jihan memang tak pernah salah, meski keduanya menjalani awal yang salah.

Tidak lagi dengan emosi, Adit mencoba mendekati Maya kembali dengan cara selembut mungkin namun masih dengan misi yang sama.

Membawa Maya pulang kembali ke rumah mereka.

"Apa" Jawab Maya lirih sambil menghentikan langkahnya namun tidak berbalik arah.
Matanya sudah berkabut saat Maya menyadari dimana posisinya saat ini meski misi rujuk Adit gaungkan.

"Duduk lah dulu. Ayo kita bicarakan bersama"

"Apa yang harus dibicarakan lagi Dit? Semua mau mu sudah aku iyakan, terus sekarang apalagi?"

"Ada satu yang belum kamu iyakan Mau"

"Apa"

"Aku mau kamu. Mama mau kamu. Papa mau kamu. Zahra pun Mau kamu. Kita semua mau kamu kembali May" Meskipun di ucapannya tersirat makna pemaksaan tapi Adit mencoba untuk berucap selembut mungkin.

Maya menghembuskan nafas berat. Sudut matanya mulai berair, dadanya mulai sesak akibat tangis yang coba ia tahan.

"Aku bukan wanita baik Dit. Di luar sana masih banyak wanita yang lebih dari aku jadi tolong jangan meminta ku kembali terus menerus. Aku lelah harus menahan semuanya sendirian" Ucap Maya sambil mulai terisak.

Adit melangkahkan kakinya saat ia melihat punggung Maya sedikit bergetar. Tak peduli lagi alasan Maya menangis adalah dirinya, atau bagaimana nasib pipinya setelah ini, Adit malah nekat membawa tubuh kurus Maya masuk kedalam dekapannya.

Tidak peduli Maya yang memintanya untuk melepaskan tautan mereka, yang ada Adit malah mempererat pelukannya.

Aroma vanila dalam tubuh Maya, coba Adit sesap habis. Seakan sedang men charge tenaganya, Adit malah semakin menenggelamkan kepalanya di bahu Maya. Tak hanya itu berkali-kali lelaki itu membisikkan kalimat yang hampir tak pernah Maya dengan dari bibirnya "maafkan aku"

.
.
.

05062023

Borahe 💙

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang