11

4.6K 226 2
                                    

"Suami saya ada?" Tanya Maya begitu ia sudah berada didepan ruangan kerja Adit, suaminya itu.

Bagas yang awalnya berfokus dengan komputer janjinya tiba tiba menegakkan diri dan hormat pada orang dihadapannya itu, istri dari sang bos sekaligus sahabatnya itu.

"A-ada Bu. Silahkan masuk saja" Ucapnya gugup sambil membuka pintu ruangan Adit.

Bagas langsung memercingkan matanya begitu kejadian langka ini terjadi.
Pasalnya baru kali ini Maya menginjakkan kakinya di kantor suaminya meski sudah menikah dengan Adit hampir satu tahun.

"Gas, gue udah bilang kan kalau gue gak mau diganggu. Gue mau tidur" Kata Adit yang terlihat sudah meringkuk tanpa dosa di sofa tempat biasanya ia menerima tamu, dengan posisi mata tertutup.

"Maaf Pak, ada Bu Maya" Jawab Bagas sedikit menekankan suaranya.

Maya hanya diam melihat interaksi Bagas dengan Adit yang masih tidak bereaksi apapun, meskipun namanya sudah Bagas sebut.

"Siapa?"

"Ibu Maya, Pak"

"Maya? Jangan bercanda lu, gue ngantuk berat. Lu tau kan semalem gue pulang jam berapa?"

Melihat Bagas yang siap membuka mulutnya, seketika Maya menaikkan tangannya pada lelaki itu. Ia memerintahkan untuk Bagas hanya diam saja tanpa perlu menjawab apapun yang Adit tanyakan.

Untungnya Bagas mengerti posisi pasangan suami istri itu. Pelan tapi pasti ditutupnya pintu ruangan bos nya itu, guna memberi ruang pada keduanya untuk bisa berbicara secara empat mata.

"Bangunin gue nanti pas meeting ya" Ucap Adit sambil mencari posisi ternyaman nya untuk terlelap.

"Mau jam berapa?"

Adit yang mendengar suara lain di ruangannya, seketika terbangun dan menatap tak percaya bahwa suara itu, tak lain dan tak bukan adalah suara Maya, sang istri.

"Ka-kamu ngapain disini?" Tanya Adit sedikit gagap.

Pasalnya dini hari tadi lelaki itu menganggu Maya yang sedang tidur nyenyak dengan ulahnya yang baru datang dari bersenang senang ditempat hiburan yang sudah selama sebulan ini menjadi langganan nya.

"Ada yang perlu aku omongin"

"Kenapa gak dirumah aja?"

"Dirumah? Kamu mau aku nunggu sampai subuh seperti tadi?"

"Aku usahakan akan pulang lebih cepat hari ini"

Maya tertawa sumbang mendengar pernyataan yang Adit lontarkan "apa kamu tidak lelah terus menerus meminta maaf? Mau sampai kapan Dit, kamu hidup seperti ini?"

"Itu bukan urusanmu, May. Jangan lupakan bahwa kita sepakat untuk tidak mencampuri urusan masing masing"

"Aku tidak akan mencampuri urusanmu kalau kamu tidak merugikan ku, Dit. Selama sebulan ini, kamu hampir setiap hari pulang hampir subuh dan selalu dalam keadaan mabuk. Menurut mu, aku harus seperti apa?"

Adit menatap Maya dengan bengis. Ia tak suka kesalahan dan tingkah lakunya, Maya ungkit ungkit, sedangkan sudah jelas berkali kali Adit mengutarakan permohonan maafnya pada sang istri "kamu hanya perlu diam"

"Apa aku kurang menutupi tingkahmu selama ini?"

"Cukup! Aku tak ingin mendengar apapun lagi"

"Oke. Aku tutup pembicaraan kita dengan ini" Ucap Maya sambil meletakkan amplop coklat besar di meja tepat didepannya.

Adit meraih amplop itu, membukanya perlahan, membaca tiap rentetan huruf di dalamnya dan akhirnya merobeknya menjadi beberapa bagian.

"Apa-apaan kamu, Dit!" Teriak Maya spontan begitu melihat gugatan cerainya di robek dengan kasar oleh sang suami.

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang