Menuntut Maya untuk menjawab pertanyaan tadi, membuat Adit akhirnya tak sadar bahwa kakinya sudah masuk dalam ruang pribadi sang istri. Ia memang sudah pernah masuk ke dalam kamar Maya sebelumnya, hanya saja saat itu selalu ada orang lain di antara mereka, bukan seperti ini yang hanya berdua saja.
"Sorry... Aku akan keluar" Ucap Adit mulai memutar balik langkahnya sedikit tergesa. Sebagai lelaki normal dengan suasana yang sangat mendukung ini, tentu membuat bagian tubuhnya meremang dan mulai menunjukkan eksistensinya. Tanda bahaya sudah mulai menyala, membuat Adit tidak bisa berpikir apapun.
Apalagi saat Maya memanggil nya dan membuat nya berhenti di depan pintu yang masih terbuka "kamu mau kemana?" Harusnya itu hanya pertanyaan sederhana saja, namun lagi-lagi tubuh Adit merespon lain. Membuat laki-laki itu mengeram dan mencoba menahan nafsu nya tidak terprediksi sebelumnya.
Sedang pelaku utama yang membuat Adit panas dingin, Maya malah membuat lelaki berstatus suaminya itu berlama-lama di dalam kamar tidurnya. Wanita itu seperti sengaja menguji sang suami akan ucapan yang di ucapakannya beberapa saat lalu.
"Kita ngobrol di luar aja ya Sayang" Jawab Adit sedikit gugup.
Senyum Maya jelas terlihat amat sangat lebar saat ia mendengar Adit ada sedikit getaran salam nada bicara nya.
"Tapi aku capek loh. Gimana kalau ngobrol sambil rebahan aja?"
Maya benar-benar menguasai medan tempur kali ini, padahal beberapa saat lalu wanita itu kebingungan bagaimana caranya lolos dari pertanyaan maut yang Adit tanyakan.
Sedikit nekat mungkin, bisa di katakan begitu, ketika Adit kembali ke hadapan Maya dengan kondisinya belum kembali ke setelan normal. Bagian tubuhnya masih menuntut untuk di tuntaskan, tapi isi kepalanya mencoba menyakinkan bahwa tidak akan ada apapun yang terjadi meski sang istri cukup menggodanya untuk khilaf.
"Ya udah ayo, ki-kita kan udah sah ya jadi boleh ngobrol sambil rebahan" Sebuah jawaban yang membuat Adit pusing sendiri. Menahan tentu bukan opsi yang bagus untuk keadaannya kali ini, namun untuk membuktikan bahwa dirinya bersungguh-sungguh akan ucapannya Adit rela membuat dirinya kesusahan sendiri.
"Sini duduk sini" Ucap Maya sambil menepuk bagian kasur di sampingnya yang lebih dulu naik ke peraduan.
Kalau beberapa bulan lalu, Adit tanpa berpikir akan langsung menaiki ranjang itu karena harus menenangkan Maya, kali ini entah mengapa ranjang itu sedikit horor bagi Adit. Hal itu membuat langkahnya untuk sampai di samping Maya membutuhkan waktu cukup lama, meskipun begitu lelaki itu bisa sampai di tempat yang memang sudah di siapkan untuknya.
"Ma-mau cerita apa?" Adit mencoba memulai perbincangan di antara mereka.
"Aku sudah memutuskan untuk Adek pindah sekolah setelah kenaikan kelas kali ini" Ucap Maya mencoba duduk menghadap Adit. Gerakan tiba-tiba Maya ini membuat Adit gugup setengah mati. Pasalnya tubuhnya belum kembali normal dengan benar, sudah di buat kembali menegang penuh.
"May..." Bukannya merespon ucapan Maya, yang ada Adit malah mengeram sambil menyebut nama istrinya itu.
"Kenapa?" Jawab Maya masih mencoba berpura-pura tidak tahu keadaan panas dingin yang sedang Adit rasakan.
Tak ingin semakin banyak perdebatan di antaranya dan Maya, yang Adit malah menyambar bibir Maya untuk ia lumat sebanyak yang ia bisa.
Maya sedikit terkejut, meskipun ia juga sudah menduga akan ada serangan mendadak yang mungkin saja akan ia dapatkan. Dan benar, Adit mencumbu nya cukup lama kali ini untuk mengungkapkan apa yang sedang ia rasakan.
Hampir lima menit bibir keduanya bergerilya, keduanya kemudian saling melepaskan diri dan menghirup udara di sekitar mereka dengan tergesa. Ciuman mereka sudah naik tingkat daripada ciuman yang sebelumnya. Tidak ada paksaan apapun kali ini, bahkan dengan sadar Maya mengkalungkan kedua tangannya di antara leher Adit, tak jauh berbeda dengan Maya, Adit bahkan menggunakan salah satu tangannya di belakang kepala istrinya itu.
"Kamu nakal ya. Kita belum memutuskan kontrasepsi apa yang akan kita pakai loh, jadi jangan menggoda ku ya, aku takut aku lupa diri"
"Kenapa kamu takut? Belum tentu hamil juga kalau kita melakukan itu"
"Jangan sesumbar. Dulu kita juga hanya melakukan satu malam tapi buktinya si kembar hadir kan?"
"Iya bener, satu malam tapi berkali-kali sampai membuat ku nyeri"
Tawa Adit meledak mendengar protes yang Maya layangkan pada nya. Ia cukup ingat dengan momen itu, karena sejujurnya saat ia melakukan penyatuan mereka saat itu, kesadarannya sudah kembali sedikit meskipun belum sepenuhnya.
"Aku kasar ya waktu itu?"
Maya hanya menggeleng pelan. Cuplikan bagaimana perawan nya terrobek oleh Adit mendadak terputar di kepalanya. Ia bahkan masih ingat bagaimana lembutnya Adit memperlakukannya waktu itu. Hanya saja, karena semua pengalaman pertama bagi nya lah yang membuat bagian inti tubuhnya merasakan ngilu meski sembuh dengan cepat setelahnya.
Mem flashback kejadian itu membuat pipi Maya memerah. Perempuan itu menundukkan kepalanya gunung menutupi rasa gugupnya. Detik berikutnya, ia mengutuk dirinya sendiri yang membuat jebakan ini, karena tanpa ia prediksi ternyata semua nya juga berimbas pada nya kembali.
Melihat Maya yang salah tingkah, membuat Adit akhirnya meraih tangan wanita nya itu "gugup ya? Makanya jangan sok-sok an buat ngegoda aku, Sayang. Laki-laki gak akan bisa tahan kalau kamu malah melempar ikan pada kaum kami. Kami lemah kalau sudah berurusan dengan surga dunia"
"Tapi kan kata mu, kamu gak akan nyentuh aku dulu sampai aku pakai pengaman"
"Iya aku memang bilang begitu tapi bukan berarti aku tidak bisa menerkam mu saat ini loh ya. Apalagi aku sudah lama tidak melakukan nya"
"Maaf. Aku belum bisa memberi hak mu" Ucap Maya sedikit menyesal.
Tidak mau membuat mood Maya turun karena rasa bersalahnya, Adit merengkuh tubuh kecil itu untuk ia dekap. Kali ini tak ada dekapan menuntut untuk di puaskan. Hanya ada dekapan penuh sayang yang coba Adit salurkan pada Maya. Ia tak ingin semuanya terburu-buru, Adit paham Maya butuh waktu dan ia juga paham masih banyak yang harus di urus karena sejatinya pernikahan tidak hanya melulu tentang hubungan badan dan ranjang saja.
"Jangan terlalu dipikirkan. Sesuai ucapan ku tadi, aku tidak terburu-buru untuk itu. Kita masih perlu ke dokter dulu untuk konsultasi tentang kontrasepsi yang cocok untuk kita apa"
"Aku kan dokter juga Dit"
"Ya sudah kamu yang menentukan apa yang cocok untuk kita, aku ngikut aja. Kalaupun kamu tidak ingin pakai apapun, aku yang pakai tidak masalah kok"
"Kenapa kamu tidak bersikap seperti ini di pernikahan kita dulu, Dit. Andai dulu... Ahhh sudah lah"
"Aku minta maaf Sayang. Aku terlalu banyak menyakiti mu"
Sesuai ucapan yang Adit utarakan tadi, lelaki itu memegang teguh tidak akan menyentuh Maya sebelum istrinya itu menggunakan pengaman agar tidak hamil lagi. Mereka hanya berpelukan sebagai pengganti penyaluran hasrat yang tertahan. Berbicara banyak hal dan akhirnya berujung dengan menemani Maya yang sudah lebih dulu pulas.
"Maaf kan aku ya... Aku mencintai mu, Sayang" Ucap Adit pelan. Di kecup nya pucuk kepala sang istri lalu menyusul Maya ke alam mimpi.
.
.
.30082023
Borahe 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Drama Korea
Romance"Aku akan mengatakan pada Mama kalau aku mandul. Jadi kamu tidak perlu memusingkan apapun. Hanya perlu tanda tangan dan semuanya akan aku urus dengan pengacara ku"