"Tidak!!"
"Saya harus pergi Bu. Saya minta tolong" Ucap lelaki di seberang sana.
Maya akhirnya mengiyakan permintaan sang asisten pribadi Adit untuk menjemput Adit di tempat jahanam itu.
"Sus nanti mungkin saya pulang malam jadi tolong temani Rion tidur di kamarnya dulu ya" Kata Maya sebelum ia meninggalkan rumah tersebut.
Suster Ina yang memang tau tugasnya, hanya mengangguk anggukkan kepalanya sambil mulai melepas kepergian sang majikan.
Jarak tempuh dari rumah Maya ke bar tempat Adit menghibur diri ternyata hanya tiga puluh menit. Namun bukan itu masalahnya, penampilan Maya yang tertutup dari ujung rambut sampai ujung kaki inilah yang menjadi masalah, belum lagi ia tidak pernah sekalipun menjajakan kakinya ditempat terkutuk itu, hal itu cukup membuatnya bingung bagaimana harus berinteraksi nantinya.
Untungnya Bagas sudah memperkirakan hal tersebut. Berhubung Adit merupakan anggota tetap disana, tak sulit bagi Bagas untuk meminta sang pemilik bar memberi pelayanan spesial pada Maya seperti mereka memberi pelayanan pada Adit.
"Mari Bu, Pak Adit ada disana" Ucap salah satu wanita yang tadi memperkenalkan diri bernama Mami Pipo.
Sepertinya Mami Pipo inilah pemilik bar tersebut. Terbukti dari banyaknya karyawan yang tunduk saat mereka melewati Mami Pipo saat menjalankan tugasnya.
Kalian sudah pasti tau bukan pekerjaan Mami Pipo pasti tidak hanya sekedar pemilik tempat hiburan ini saja, tak jarang dirinya juga menjual jasa pada para hidung belang yang memang mencari kepuasan di tempat ini.
Maya diajak Mami Pipo ini berjalan melewati lorong remang remang. Sepertinya lorong ini dibuat sengaja dengan pencahayaan yang minim. Ada beberapa pintu yang tertutup rapat di sebelah kanan dan kirinya. Namun pintu pintu tersebut bukan tujuan Maya, ujung lorong ini lah yang menjadi tujuan nya untuk menjemput Adit.
Saat Mami Pipo membuka pintu paling besar diantara pintu yang sudah Maya lewati, dentuman musik ajeb ajeb langsung memenuhi rongga telinga Maya, bau rokok yang pekat menyapa indra penciuman nya dan sedikit membuatnya terbatuk. Kalau tidak ingat ada Adit didalam ruangan itu, sudah pasti ia tak ingin masuk atau bahkan singgah ke tempat ini.
Musik dan rokok perpaduan yang cukup memiliki buat kepala Maya pusing dibuatnya. Dan seakan Allah tahu keengganan Maya datang ke tempat ini, belum sampai Maya masuk kedalam, sosok Adit tengah di papah oleh seorang wanita cantik, putih dan montok berjalan kearahnya.
"Loh mau dibawa kemana Pak Adit?" Tanya Mami Pipo datar.
"Ke apartemen ku, Mam" Jawab santai wanita yang masih memeluk Adit tersebut.
Wanita itu mulai memindai Maya yang memang terlihat begitu mencolok bila dibandingkan dengan Mami Pipo. Maya yang berpenampilan tertutup, jelas berbanding terbalik dengan pemilik bar yang memakai pakaian kurang bahan tersebut."Pak Adit sudah dijemput" Ucap Mami Pipo sambil memberi kode lirikan pada Maya yang berada disebelahnya.
Belum ada reaksi apapun dari Maya. Wanita yang berstatus istri Adit itu, sedang bergulat dengan pikirannya sendiri. Melihat Adit yang setengah tidak saran ini membuatnya melihat sisi gelap dunia sang suami. Belum lagi tangan panjangnya yang terlihat seperti sedang memegang buah dada sang pemapah cantiknya.
"Lu pembantunya? Pak Adit malem ini sama gue, jadi minggir"
"Adit ikut sama saya"
"Adit? Lu siapanya sampai berani manggil agamanya langsung?"
"Saya istrinya" Sebuah pernyataan yang akhirnya Maya keluarkan karena tidak ingin terlalu banyak drama lagi.
Maya tau betul, wanita di hadapannya ini sedang mencari keuntungan dengan keadaan Adit yang tak sadarkan diri.
Namun bukannya segera menyerahkan Adit, wanita yang belakangan Maya ketahui namanya Nadia itu malah tidak mau melepaskan suaminya."Apa yang bisa membuat gue percaya kalau lu istri dari Pak Adit" Ujar Nadia berapi api.
Mami Pipo yang berada disitu segera memberikan kode kepada para lelaki bertubuh besar untuk membantunya membereskan masalah dihadapannya ini.
Awalnya Nadia tak ingin melepaskan Adit, ia bahkan mengancam untuk membuat bisnis yang Mami Pipo jalankan gulung tikar, akan tetapi entah mungkin hanya perasaan Maya saja atau bukan, wanita setengah tua itu seakan tak gentar dan tetap membantu Maya untuk membawa Adit keluar dari tempat itu.
"Terima kasih Bu" Ucap Maya begitu ia sudah bisa membawa Adit keluar dari bar milik Mami Pipo itu.
Mami Pipo tersenyum lalu memeluk Maya pelan "kalau butuh bantuan saya lagi, anda bisa menghubungi saya" Cicit Mami Pipo pelan.
Maya hanya menganggukkan kepalanya lalu berpamitan dan mulai mengendarai mobilnya meninggalkan tempat haram tersebut.
"Sebulan tak bertemu, kenapa kita malah bertemu dengan keadaan mu yang seperti ini? Aku kira kamu sibuk dengan pekerjaan mu sampai sampai tak ada waktu untuk pulang tapi ternyata aku salah. Kamu kembali pada dirimu yang dulu" Gumam Maya sambil beberapa kali menatap Adit pada kaca tengah mobil.
Rasanya begitu sakit melihat Adit harus kembali ke dunianya yang Maya kira sudah ditinggalkannya. Hampir satu tahun ini ia tak pernah melihat se berantakan ini. Mungkin dulu saat Arion belum berada diantara mereka, Adit bisa hidup seperti ini. Kehadiran Arion lah yang Maya percaya bisa membawa Adit keluar dari dunia gelapnya, lalu mengapa Adit kembali ke kehidupan malamnya lagi? Apa yang menjadi alasannya harus tenggelam pada dosa dosa lagi?
Tak mau berspekulasi apapun, Maya memutuskan untuk fokus berkendara. Ia sudah memutuskan untuk membawa Adit ke apartemen yang sebelumnya pernah mereka tinggali. Iya, keberadaan Arion lah yang membuatnya tak ingin membawa Adit ke rumah mereka.
Dengan bersusah payah, akhirnya Maya berhasil membawa Adit bahkan sudah merebahkan nya di kasur empuk disalah satu kamar di apartemen ini.
Dan selayaknya istri yang melayani suaminya dengan baik, Maya mulai membuka sepatu beserta kaos kaki yang Adit gunakan. Ia juga melepas dasi yang Adit kenakan.Setelah itu, Maya mendudukkan dirinya dipinggiran ranjang sambil menatap Adit penuh tanya. Kilatan akan pertemuan mereka, pernikahan keduanya, datangnya Arion, perlakuan Adit yang selayaknya Ayah bagi Arion dan bayangan akan Adit yang menolak adanya rasa diantara mereka tiba tiba saja berputar.
Ingin sekali bagi Maya keluar dari jerat pesona yang Adit tebarkan, tapi hati kecilnya menolak itu. Bahkan saat ini hatinya mengiba melihat sang suami tidak berdaya seperti ini. Andai ada yang bisa ia bantu untuk melonggarkan isi kepala Adit, mungkin sudah Maya lakukan. Hanya saja itu tidak akan terjadi.
"Aku pulang dulu ya Dit. Besok aku kesini lagi" Cicit Maya pelan sambil mulai berdiri.
Namun langkahnya terhenti begitu Maha merasakan tangannya ditahan oleh tangan yang lebih besar dari miliknya.
Tubuhnya berputar otomatis, menatap Adit yang masih setia memejamkan mata."Kamu mengigau Dit?" Ucap Maya sambil mencoba melepaskan genggaman tangan Adit pada tangannya. Akan tetapi tangan Adit terlalu mencengkram kuat tangannya sehingga susah untuk dilepaskan "Dit, lepas.. Sakit" Rengeknya mulai panik.
Bukannya terlepas yang ada Maya terseret dan jatuh tepat diatas tubuh Adit "Dit.. Lepaskan.. Tolong""Tunaikan tugasmu sebagai istri"
.
.
.06032023
Borahe 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Drama Korea
Romance"Aku akan mengatakan pada Mama kalau aku mandul. Jadi kamu tidak perlu memusingkan apapun. Hanya perlu tanda tangan dan semuanya akan aku urus dengan pengacara ku"