"May" Panggil Adit lirih. Sapaannya sejak tadi diacuhkan oleh Maya.
Dipertemukan lagi dengan orang yang sama, mungkin bisa dikatakan takdir baik, namun bagaimana jadinya, kalau dipertemukan dengan orang yang sama dengan perasaan yang berbeda? Bisa kah menyebutnya sebagai takdir baik juga? Atau malah sebaliknya?
Selama hampir delapan tahun belakangan ini, Adit mencari Maya begitu giat. Berkali kali ia menanyakan keberadaan wanita yang membawa anaknya itu, akan tetapi selalu tak ada titik terang. Tidak peduli seberapa profesionalnya detektif yang di sewanya, tetap saja hasilnya nihil dan keberadaan Maya tak pernah terdeteksi.
Tapi...
Lihat lah...
Setelah semalam ia mencoba mengikhlaskan mantan istrinya itu, tak lagi mencari keberadaannya, menerima semuanya, bahkan sudah membuka hubungan kembali dengan lawan jenis, yang ada Allah malah mempertemukan mereka.
Mempertemukan mereka yang sebenarnya tidak pernah mempunyai jarak terlalu jauh.
Bayangkan saja, Adit malah menemukan Maya di villa milik sang Papa di kota dimana hotel keduanya akan segera dibangun. Sungguh kejutan yang sangat indah.
Namun semua itu berbanding terbalik dengan apa yang Adit rasakan, karena didepannya kali ini, Maya hanya terdiam dan sudut matanya mulai mengeluarkan air mata. Tak ada sedikitpun senyum yang terpatri di wajah ayunya, yang ada malah awan hitam yang sepertinya akan tumpah.
"Bagaimana kabar mu? Arion? Dia sebesar apa sekarang May?"
Mendengar pertanyaan Adit, membuat Maya akhirnya terperanjat dari kediamannya. Ia bahkan bisa menyimpulkan makna di balik kata kata itu. Mungkin bagi orang lain terdengar manis tapi untuk Maya yang tau bagaimana sikap, watak dan tabiat Adit, itu semua tidak lebih seperti pisau yang sedang menusuk secara perlahan.
Tak ingin berlama lama dihadapkan dengan pria masa lalunya, Maya lebih memilih memberi instruksi pada Pak Amir yang sejak tadi berada diantara keduanya "Pak Amir tolong bersihkan paviliun ya Pak" Ucap Maya sambil menghapus kasar air matanya yang sempat luruh.
"Iya Bu. Mari Mas Adit"
Ajakan Pak Amir tidak diindahkan oleh Adit lelaki itu mengunci Maya dengan tatapannya yang datar. Adit bahkan tidak sadar meraih lengan Maya sebelum wanita itu menutup pintu utama villa ini.
"Lepas!" Ucap Maya penuh peringatan. Kalau dulu mungkin sentuhan Adit sempat Maya rindukan, kali lain cerita, Maya bahkan merasa sakit saat melihat Adit seperti ini. Lelaki dihadapannya ini sepertinya tidak pernah berubah sama sekali.
"Kita butuh bicara" Benar kan? Masih selalu menjadi lelaki paling seenaknya.
"Lepas saya bilang! Atau kita tidak akan pernah bicara sama sekali!"
Akhirnya dengan berat hati Adit melepaskan tangan mantan istrinya itu, sambil mulai mengamati Maya lebih dekat.
"Lima menit" Ucap Maya sambil memalingkan wajahnya karena risih ditatap sang mantan suami sejak tadi.
"Apa kabar May?" Tanya Adit dengan senyum merekah.
"Baik"
"Arion?"
"Baik"
"Kenapa pergi?" Pertanyaan Adit ini membuat Maya menatap tajam sang empunya. Bagaimana bisa pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut orang sudah menceraikannya. Apa Adit amnesia begitu mereka bercerai? Tidak mungkin bukan?
Tak mendapat respon apapun dari Maya membuat Adit menyadari kesalahannya "aku boleh bertemu Arion?"
"Untuk?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Drama Korea
Romance"Aku akan mengatakan pada Mama kalau aku mandul. Jadi kamu tidak perlu memusingkan apapun. Hanya perlu tanda tangan dan semuanya akan aku urus dengan pengacara ku"