80

2.5K 248 23
                                    

"Papa disini? Sudah lama?" Tanya Adit. Lelaki yang berstatus mantan suami Maya itu mendudukkan dirinya di samping sang ibu setelah mengalami tiga orang dewasa di ruang tamu.

Ada Pak Andika lengkap dengan sang istri, Bu Jihan dan ada Pak Hasan. Sungguh pemandangan yang langka terjadi di beberapa bulan ini. Terakhir Adit melihat ketiganya duduk bersama saat Adam meninggal dunia. Setelah itu tidak ada lagi acara kumpul-kumpul lagi, terlebih ada perbedaan pendapat yang tengah terjadi.

"Dari mana kamu, Dit? Kenapa jam segini baru pulang? Diskotik?" Ucap Pak Hasan sambil menatap jam perak merk ternama di pergelangan tangannya.

Hampir jam sebelas malam, saat Adit baru saja sampai di rumah orang tuanya. Bu Jihan benar-benar membuat Adit tinggal di rumah beliau, seperti keinginannya beberapa bulan lalu.

"Astaghfirullah Pa.. Aku udah tobat kali. Aku dari Jakarta" Jawab Adit sambil melonggarkan dasi di lehernya. Kancing di pergelangan tangannya juga ia lepas lalu lengan kemeja hitam yang di pakainya itu, ia gulung sampai siku.

Aura Adit sebagai pemimpin perusahaan memang tidak main-main. Tak kalah dengan pamor ayahnya, yang juga pengusaha hotel, Adit pun sudah membuktikan bahwa usahanya untuk memiliki perusahaan sendiri bisa di banggakan.

Meski sampai saat ini konsen perusahaannya masih tetap di bidan teknologi dan perangkat lunak, namun dua hotel yang memang sengaja ia bangun untuk mencari Maya dulu itu turut maju pesat. Kolaborasi teknologi dan barang nyatanya sungguh ter aplikasi dengan baik.

Tidak hanya sukses di bidang dunia kerja. Adit pun juga sukses menjadi jajaran pria yang paling di minati oleh para pengusaha tua untuk di jadikan menantu. Statusnya yang pernah menikah tidak pernah terendus media maupun. Hal itu membuatnya menjadi perjaka idola wanita di luar sana.

Namun yang terpenting dari semua pencapaian Adit itu adalah perubahan dari dalam dirinya sendiri. Tidak lagi masuk ke dalam tempat remang-remang, tidak lagi berkencan sana sini, dan mau bekerja keras sudah cukup membuktikan bahwa Adit sudah mengalami perubahan besar dalam hidupnya.

Terbukti saat banyak orang menggunakan waktu weekend untuk beristirahat, Adit malah rela terbang ke Jakarta hanya untuk menemui Arion. Setiap akhir minggu, selama tidak ada pekerjaan mendesak di kantor ia akan rela membuang waktu luangnya guna menjalin kedekatan yang lebih dengan anak sulungnya. Arion belum mau kembali hidup dengan Maya atau Adit, hal itu lah yang membuat Adit terbang satu minggu sekali ke Jakarta.

Berbeda dengan Arion yang harus memakan waktu tempuh yang cukup lama, Adit menyisihkan waktunya dua hari sekali untuk mendekati Hawa. Lelaki itu akan selalu mengunjungi anak gadisnya saat jam makan siang. Meski tak banyak perubahan pada panggilan Hawa pada ayahnya itu, namun tidak bisa di pungkiri Hawa mulai menerima keberadaannya di sekeliling bocah perempuan itu.

"Lelah Dit?" Tanya Pak Hasan lagi.

"Sedikit tapi masih aman kok Pa"

"Mau Papa beri saran agar tidak lelah?"

"Apa Pa?"

"Bawa mereka untuk kumpul dalam satu tempat"

Hening.
Tak ada jawabnya apapun dari saran yang Pak Hasan berikan itu. Adit terdiam tanpa bisa membuka mulutnya. Bukan karena tidak mengerti maksud dari mantan mertuanya itu, hanya saja pikirannya sedang tidak dalam keadaan prima untuk memikirkan hal-hal itu. Terlebih kematian Adam dan penolakan Bu Jihan masih cukup membekas dalam ingatannya.

Bu Jihan hanya menatap Adit datar, akan tetapi, tangan kanannya mengelus pelan punggung Adit, sehingga membuat Adit kembali menarik dirinya ke dunia nyata "eh Ma.."

"Kenapa? Ada masalah?" Kata Bu Jihan.

Adit menggeleng pelan, lalu menatap Bu Jihan sayu "Mama tenang aja, aku gak akan menikahi Maya lagi Ma" Ucap Adit lirih.

Jelas. Pernyataan itu bukan murni dari hati Adit. Apa yang Adit ucapkan berbanding terbalik dengan hatinya sendiri. Selama ini ia selalu mengusahakan untuk mengikat Maya kembali, terlebih saat ia sendiri mendengar Prasetyo tidak mempunyai perasaan apapun pada mantan istrinya itu. Namun, sekarang semua usahanya itu tak bisa ia lakukan kembali akibat restu dari sang mama yang tak pernah sampai pada nya dan Maya.

Anggapan Bu Jihan bahwa anak lelakinya masih akan tetap menyakiti Maya nanti di masa depan lah yang membuat restu Bu Jihan alot. Tak peduli bagaimana perubahan yang Adit tunjukkan, penilaian buruk itu masih bersarang. Terlebih saat Bu Jihan tau siapa Arion sebenarnya. Hal itu lah yang akhirnya membuat Adit harus memendam dalam dalam perasaannya pada Maya.

Tidak hanya restu Bu Jihan saja yang menghambat jalan Adit, di tambah lagi dengan kepulangan Adam yang bukan hanya kematian biasa, membuat Adit benar-benar memikirkan efek kedepannya untuk Maya dan anak-anak mereka, apabila Adit memaksakan hatinya.

"Kenapa Mas ngomong gitu?" Tanya Bu Jihan masih dengan wajah datarnya.

Terkejut. Jelas, pertanyaan itu membuat kening Adit berkerut. Apakah Bu Jihan sudah berubah? Apa yang menyebabkan Bu Jihan menanyakan hal yang sebaliknya dari ucapan Adit? Akan tetapi di lihat dari raut wajah Bu Jihan, apa yang tengah Adit pikirkan, tidak menunjukkan hal itu.

"Mas tau Ma. Sudah terlalu banyak nyakitin Maya. Mas sadar diri untuk itu. Biarkan seperti ini saja, buat Mas gak masalah" Ucap Adit tegas.

Adit tak ingin akibat ucapannya yang menonjolkan perasaan hatinya, membuat sang ibu memberinya restu yang tak sampai. Dulu saja saat restunya sampai rumah tangganya porak poranda, apalagi restu orang tuanya tak sampai, tak terbayang oleh nya bagaimana nasib rumah tangganya di depan sana.

"Yakin?" Tanya Bu Jihan.

Lagi, lagi kening Adit berkerut. Entah mengapa perasaannya mengatakan, mamanya sepertinya sedang mengejeknya dan ingin melihat bukti dari ucapannya tersebut mengarah ke keseriusan atau hanya sekedar nya saja.

"Maksudnya apa sih Ma? Mama mau Mas jawab apa?"

"Jawab sesuai apa kata Mas lah"

Helaan nafas lirih keluar dari mulut Adit. Andai bisa menjawab dengan lantang apa yang hatinya mau dan tidak menyakiti Bu Jihan, mungkin sudah sejak tadi Adit mengatakan yang sejujurnya.

"Mas mau jadi anak nurut kali ini Ma" Ujar Adit meyakinkan.

Sedangkan Bu Jihan, tentu tidak akan menerima jawaban itu secara mentah-mentah. Seakan ingin mengetahui perasaan Adit sedalam apa, Bu Jihan malah mencoba bermain kata "gak mau nikah? Yakin bisa nahan nafsu?"

"Nikah kalau bukan sama Maya, lebih baik enggak. Buat Mas semua ini cukup daripada harus kehilangan lagi" Kata Adit mencoba membalikkan keadaan.

"Ya udah sana nikahin Maya" Masih dengan raut wajah datar, Bu Jihan kembali melakukan serangan pada Adit.

"Jangan mengejek Ma"

Tapi bukannya menjawab perkataan Adit yang ada Bu Jihan malah menatap Pak Hasan sambil berkata "Mas, anakku gak mau nikahin anakmu jadi nikahkan Maya dengan orang lain aja"

"Ma..." Pekik Adit.

.
.
.

03082023

Borahe 💙

Ramein ya gess 🥰

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang