23

3.4K 156 0
                                    

Aditya Wisnu Wardhana.

CEO Global Solutions Corp. Lelaki dengan usia tiga puluh tujuh tahun, dengan rahang yang tegas, alis mata yang hampir menyatu, tatapan mata yang tajam dan hidung yang panjang, menjadi ciri khasnya. Tak ada satupun karyawan yang tak hormat padanya.

Aura pemimpin jelas melekat pada sosok Adit. Berbekal sejak lulus kuliah ia sudah bekerja di perusahaan sang papa, Pak Yusuf Wisnu, ia bisa membuka sendiri perusahaan dibidang keahlian yang memang benar benar ia senangi yaitu teknologi.

Perusahaan yang sudah berdiri lebih dari sepuluh tahun itu, cukup diminati oleh banyak perusahaan apalagi di era global seperti ini. Hal itu, tak urung membuat image perusahaannya semakin meningkat, serta membuat banyak sekali perusahaan lain yang ingin menanamkan modalnya.

"Ingatkan saya untuk menemui Pak Joko besok ya Gas, jam sepuluh" Ucap Adit pada Bagas dengan santai saat keduanya akan pergi meeting dengan Era Grup.

Bagas yang memang sudah sedari dulu bekerja dengan Adit, langsung melaksanakan tugasnya dengan menambahkan nama Pak Joko pada list jadwal terakhir sang bos.
Sudah tak heran bagi Bagas untuk tiba tiba mendapat acara tambahan atau ide Adit untuk menemui banyak orang besar.

"Hari ini saya lembur" Ucapan Adit kali ini cukup membuat gerakan tangan Bagas terhenti.

Oke, Bagas akan memaklumi dengan tambahan jadwal yang tiba tiba, akan tetapi untuk kerja lembur setiap malam Bagas cukup keberatan. Terlebih sudah hampir sebulan ini bos nya itu kembali ke settingan awal, menjadi lelaki gila kerja seperti tidak mempunyai anak istri yang menunggunya dirumah.

"Lembur aja sendiri" Balas Bagas kesal.

Adit yang mendengar Bagas bernada tidak seperti biasanya langsung mengangkat kepalanya dan menatap tajam asisten pribadinya itu "ulangi" Perintah Adit dengan nada tak kalah sengit.

"Gue ogah lembur! Lu sendiri aja"

"Gua bos nya disini" Ucap Adit penuh penekanan.

Bagas mendesah frustasi mendengar titah Adit yang seolah malaikat maut itu. Dengan perasaan kesalnya asisten pribadi Adit mendudukkan dirinya dikursi didepan meja Adit.

"Kalau lu ada masalah sama Bu Maya, harusnya lu minta maaf, bukan malah tiap hari lembur begini Dit. Kasian kalau sampai istri dan anak lu nungguin dirumah" Bagas sudah mulai menurunkan egonya, dan mencoba berbicara dari hati ke hati dengan Adit.

Bukannya terketuk hati sang bos, yang ada Adit menatap Bagas sengit dan mulai memancarkan aura permusuhan "kenapa? Salah omongan gue? Gue udah kenal Lu lama jadi gue tau lu. Pulang Dit, pulang"

"Lu gak akan ngerti!"

"Apa yang gak gue ngerti? Lu lagi mencegah perasaan lu semakin menjadi sama istri lu sendiri kan?" Adit terdiam menatap Bagas tak percaya. Bagaimana bisa sahabatnya ini tidak pernah meleset untuk menebak apa yang ada dipikirannya, entah itu dalam urusan pekerjaan atau urusan pribadi.

"Wajar Dit kalau seandainya suami itu punya perasaan lebih sama istrinya sendiri, gak ada yang salah. Jadi lu gak perlu repot repot menghindar, cukup ikuti alurnya dan lakukan yang sebaik yang lu bisa"

"Gue harus mempertanggung jawabkan kesalahan gue, Gas" Jawab Adit kecut.

Tidak menutup mata akan perilakunya yang dulu, membuat Adit akhirnya mengambil keputusan ini. Mulai terdeteksinya keberadaan sangat kekasih lah yang membuat Adit harus membatasi perasaannya pada sang istri, juga perasaan Maya padanya. Mengingat hubungan keduanya bersama Arion semakin dekat, tak urung hal itu pasti sedikit banyak menumbuhkan perasaan yang seharusnya menurut Adit tidak boleh ada.

Perpisahan tidak akan begitu menyakitkan kan, apabila saat menjalin hubungan kita tak pernah memakai perasaan?

Sulit memang harus memilih satu diantara dua yang memang seharusnya sama sama dipertahankan. Tapi bagi Adit gelar janda lebih bisa diterima oleh masyarat ketimbang gelar anak haram. Itulah alasan mengapa ia lebih memilih mempertanggung jawabkan masa lalunya ketimbang mempertahankan rumah tangganya, yang memang sejak awal tidak ada cinta didalamnya, atau bisa dikata sebelum perasaan cinta itu ada.

"Gue ngerti, tapi banyak cara untuk bisa mempertanggung jawabkan itu tanpa harus menghancurkan pernikahan lu, Dit"

"Apa?"

"Kalau lu bisa menyetujui Bu Maya membawa anak lain kedalam rumah tangga Lu, kenapa Lu gak bisa membuatnya menyetujui hal yang sama?"

"Lu gila ya! Itu sama aja ngaku kalau gue udah selingkuh di belakangnya Gas"

"Ya, why not? Semua sudah terjadi dan gak mungkin diulang kan?"

"Gak lucu! Pulang sana lu" Usir Adit sambil mulai meninggalkan kursi kebesarannya.
Dengan santainya mulai pergi dari ruangannya, seperti tidak pernah ada pembicaraan serius sebelumnya.

"Eh.. Dit, lu mau kemana?" Teriak Bagas tergopoh mengikuti sang bos yang sudah lebih dulu meninggalkannya.

"Ke tempat biasa" Teriak Adit tak kalah keras.

Bagas yang sudah benar benar lelah dengan tingkah laku Adit hanya bisa menatap kepergian sahabatnya itu dengan diam. Bukan tak ingin mencegah Adit pergi ke tempat hiburan, hanya saja Bagas sedang menyusun rencana agar sang bos segera mendapat tulah dari apa yang ia lakukan itu.

Tak butuh waktu lama untuk Adit sampai ditempat yang ia maksud.
Tempat dengan dua penjaga dipintu masuk itu, cukup mengenali Adit sebagai member tetap yang sering berkunjung kesana. Bahkan saat Adit mulai masuk kedalam ruangan yang penuh dengan musik, asap rokok, minuman haram serta para wanita dengan pakaian minim, Adit langsung diarahkan ke tempat yang memang biasanya ia pakai.

Duduk dihadapan meja panjang dengan background deretan minuman beralkohol berbagai merk membuat Adit cukup banyak mendapat perhatian, apalagi dengan setelan mode kerja yang sangat pas untuk badannya membuatnya menjadi incaran banyak wanita yang butuh belaian dan materi.

"Seperti biasa" Ucap Adit pada bartender perempuan.

Aneh memang, kalau biasanya bartender berjenis kelamin laki laki, disini ditempat biasa Adit bermain main malah memperkerjakan bartender wanita dengan pakaian minim yang mempertontonkan hampir semua bagian tubuhnya.

Baru selesai mengatakan pesanannya, tiba tiba seorang wanita dengan dada yang cukup terbuka menyapanya "Hai Pak Adit"

"Siapa?" Tanya Adit tak kenal.

"Nadia, Nadia Amira Wongso"

Mendengar nama lengkap wanita didepannya ini, membuat Adit akhirnya mengenalinya sebagai anak dari pemilik perusahaan yang pernah bekerja sama dengannya. Adit bahkan pernah dijodohkan dengan Nadia namun ia tolak karena ia tak ingin mempunyai istri dari kalangan model.

"Buat kan Pak Adit minuman yang biasanya gue pesan, sepertinya Pak Adit butuh hiburan untuk malam ini" Ucap Nadia pada bartender yang sedang meracik minuman itu.

Bukannya menolak, Adit malah mendiamkan tingkah Nadia itu dan mulai sibuk dengan ponsel pintarnya.

"Silahkan" Ucap Bartender sambil meletakkan dua gelas minuman berwarna kuning kecoklatan di hadapan Adit dan Nadia.

"Bersulang?" Kata Nadia, dan direspon Adit dengan menempelkan gelasnya pada gelas yang Nadia pegang.

.
.
.

05032023

.
Borahe 💙

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang