Tokkk... Tokkk... Tokkk...
Berkali kali gedoran pintu terdengar, namun Maya sama sekali tidak bergerak dalam tidurnya.
Hingga akhirnya suara pecahan terdengar dari luar.
Seseorang sengaja memecahkan pot bunga dihalaman rumahnya dengan Adit untuk memberitahu keberadaan nya.
Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, Maya menyambar krudung lebarnya lalu bergerak kearah pintu utama yang masih terus diketuk.
"Siapa sih?! Gak tau udah tengah malem gini apa? Adit juga kemana lagi" Gerutnya pelan sambil tetap berjalan kedepan.
Jam didinding sudah menunjukkan lewat tengah malam. Maya tak tau apakah Adit sudah pulang atau belum dari liburannya dengan sang kekasih, tapi satu yang pasti, orang yang sedang bertamu dirumahnya ini bukan suaminya karena Adit lah yang membuat sandi pintu itu jadi tidak mungkin suaminya itu melupakannya.
Perlahan dibukanya pintu besar itu oleh Maya dan sosok lelaki tinggi besar sedang berdiri membelakangi nya sambil berdecak pinggang.
"Permisi" Sapa Maya sambil memiringkan kepalanya pada sosok yang masih membelakangi nya itu.
Secepat kilat sosok itu membalik badannya dan meminta maaf sudah membuat tidur Maya terganggu "mohon maaf menganggu Bu. Perkenalkan Bu, saya Bagas, asisten Pak Adit"
"Iya, ada apa Pak? Suami saya belum pulang sepertinya"
"Pak Adit ada di mobil itu" Ucap Bagas sambil menunjuk mobil hitam yang terparkir dihalaman rumah.
Maya tak mengerti apa yang lelaki ini katakan "maksudnya?"
"Pak Adit mabuk Bu"
Sebuah pemberitahuan yang membuat Maya mundur beberapa langkah kebelakang. Maya hanya diam tanpa merespon ucapan asisten suaminya itu. Bukankah Adit seminggu yang lalu memberitahunya bahwa lelaki itu sedang berlibur di Bali?
Lagi pula Maya meyakini bahwa suaminya tidak seburuk itu karena Maya tau betul Adit masih menjalankan ibadah dengan taat. Dan ini kali pertamanya melihat Adit sekacau itu.
Minuman haram dan hiburan malam memang tak asing bagi pengusaha pengusaha kaya. Tak jarang mereka akan menyelipkan segala sesuatu yang buruk itu, disela sela rapat tapi untuk Adit, ia sungguh tidak percaya lelaki itu bisa berbuat sedemikian rupa.
"Bu Maya..." Panggil Bagas sambil menggoyang goyangkan tangannya dihadapan perempuan istri bos nya itu "Bu Maya..."
Seolah tersadar. Maya Mengedipkan matanya beberapa kali, mencoba tersadar dan mencoba mencerna lagi apa yang Bagas katakan.
"Lalu?"
Bagas hanya menolehkan pandangannya pada pot yang sudah tak berbentuk, tak jauh dari Maya berdiri. Maya yang paham akan maksud pandangan Bagas, pasti lelaki itu ingin memberinya tahu kalau pelaku dari perusak pot tanaman di rumahnya adalah suaminya sendiri.
Hanya bisa bernafas pasrah, sambil kembali memandang mobil hitam yang terdiam rapi dihalaman rumahnya.
Malam itu memang rumah mereka hanya berisikan Maya seorang diri. Bi Narti beserta suaminya meminta ijin untuk pulang kampung selama seminggu kedepan. Toh, tak banyak yang diurusi oleh Bi Narti saat Adit pergi untuk perjalanan bisnis seminggu ini, lagi pula Maya selalu sibuk dengan pekerjaannya.
"Kapan suami saya datang?"
"Saya tidak tau pastinya Bu karena saya pulang mendahului tapi sepertinya baru saja"
"Ya sudah, saya minta tolong untuk dibawa masuk ya Pak"
"Baik Bu"
Sepeninggal Bagas, Maya hanya bisa menatap tubuh Adit yang sudah tertidur dikasur miliknya. Tenaganya sudah habis terkikis oleh kekecawaan yang sudah Adit lakukan.
"Kamu ada masalah apa sampai sampai kamu seperti ini Dit?" Cicit Maya pelan sambil membenahi selimut yang menutupi tubuh suaminya itu "kamu gak bisa ngelepas aku tapi kamu juga gak bisa memperlakukan aku selayaknya. Lalu maumu bagaimana? Aku harus nolong kamu seperti apa? Kalau bentengmu terlalu tinggi?"
Karena tak ingin menangis, Maya memutuskan untuk menidurkan tubuhnya di ruang keluarga. Malam ini ia merelakan kasur empuknya untuk Adit tiduri. Mencoba melupakan apa yang terjadi dan memejamkan mata agar terlelap.
Hanya tiga jam Maya terlelap, sinar matahari sudah mulai muncul dari kejauhan. Dengan perlahan dibukanya pintu kamarnya, lalu mengecek kondisi Adit yang masih terlelap nyaman diperbaringannya.
Tak butuh waktu lama untuk Maya bersiap sampai akhirnya ia meninggalkan rumah guna untuk bekerja. Tak lupa ia membuatkan roti panggang untuk Adit dan meletakkannya di meja makan, lengkap dengan susu hangat.
"Satu lagi ya Dok" Ucap Suster Asri yang saat ini membantu Maya bekerja di poli umum.
"Iya Sus, santai aja"
Suster Asri membuka pintu dan mulai memanggil pasien terakhir untuk Maya "Pak Aditya Wisnu Wardhana, silahkan Pak"
Kepala Maya seketika menegak saat nama sang suami dipanggil oleh Suster Asri "siapa Sus?"
Belum juga terdengar jawaban Suster Asri, sosok pasien yang tadi disebutkan oleh rekan kerjanya itu, masuk dengan langkah tegap.
"Silahkan duduk Pak" Kata Suster Maya sopan.
Mata Maya tak lepas dari sosok Adit yang saat ini tengah duduk berada dihadapannya selayaknya pasien.
Ini kali keduanya Maya dikunjungi saat ia sedang bekerja."Dok..." Tegur Suster Asri pada Maya.
"Ohh iya Sus... Emm, ditinggal aja Sus, saya bisa sendiri"
"Maksudnya Dok?"
"Saya suaminya Dokter Maya" Adit memperkenalkan dirinya pada Suster Asri, agar Suster itu paham bahwa ia ingin berbincang berdua dengan istrinya.
"Hah? Serius Dok? Saya kira Dokter belum menikah" Respon Suster Asri benar benar diluar dugaan Maya dan Adit.
Berhubung tak ingin terlalu membuang waktu mereka, Adit akhirnya mengutarakan niatnya untuk berbicara empat mata dengan Maya "saya rindu dengan istri saya, boleh tinggalkan kami berdua Sus?"
Maya melongo bukan main mendengar penuturan Adit pada patner kerjanya. Namun untungnya Suster Asri paham apaa yang diinginkan oleh sepasang suami istri itu.
"Kamu baik baik saja?" Tanya Maya begitu mereka hanya berdua didalam ruangan kerjanya.
"Baik. Sorry semalam aku menganggumu"
"Its oke Dit, santai"
"Kamu gak bertanya?" Tanya Adit sedikit tidak enak.
"Enggak. Aku sadar kita gak sedekat itu untuk tau masalah masing masing"
Adit menghembuskan nafasnya kasar. Ia cukup menyesal harus berurusan dengan minuman haram dan pulang dalam keadaan mabok serta harus tertidur dikamar sang istri.
Kali pertama baginya setelah berbulan bulan menikah dengan Maya, masuk kedalam ruang pribadi sang istri.
"Kamu benar kita tidak dekat. Aku hanya ingin berterima kasih padamu"
"Kamu tak perlu melakukan itu Dit"
"Aku tidak melakukan apapun padamu kan?"
"Ma-maksud kamu?"
"Aku tidak melecehkanmu kan? Aku tidak menyentuhmu kan?"
"Bagaimana suami istri saling menyentuh disebut melecehkan Dit?" Batin Maya sambil menyeka air matanya.
.
.
.06122022
Borahe 💙
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Drama Korea
Romansa"Aku akan mengatakan pada Mama kalau aku mandul. Jadi kamu tidak perlu memusingkan apapun. Hanya perlu tanda tangan dan semuanya akan aku urus dengan pengacara ku"