17

3.8K 228 1
                                    

"Bi..." Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Bi Narti sudah menempelkan telunjuknya didepan bibirnya sendiri, memberi kode pada Adit untuk diam.

Adit yang tidak mengerti maksud Bi Narti hanya mengerutkan kening dan berbisik "kenapa Bi?"

Bukannya menjawab pertanyaannya, yang ada Bi Narti malah menarik lengannya mendekat ke arah ruang keluarga. Wanita paruh baya itu, menunjuk sofa putih dengan Maya terlelap disana.

Tapi bukan Maya yang menjadi tujuan mata Adit, akan tetapi bayi yang ada diatas dada Maya lah yang sedang lelaki itu tatap.

Bayi dengan baju warna biru langit sedang terlelap nyaman dalam pelukan istrinya.

Cukup lama bagi Adit mengamati keduanya, sampai akhirnya ia tersadar bahwa Bi Narti sudah meninggalkannya. Dengan langkah lelahnya, Adit menuju arah dapur, dimana Bi Narti berada.

"Sejak kapan Bi?" Tanyanya Pada Bi Narti.

"Beberapa hari lalu saat Mas Adit kerja keluar kota" Jawab Bi Narti sambil menyuguhkan teh hangat untuk sang pemilik rumah.

"Maya masih kerja selama bayi itu sudah disini?"

"Masih. Ada suster yang menjaga Rion sewaktu Mbak Maya kerja Mas"

"Rion?"

Bi Narti tersenyum sambil memandang majikannya itu penuh arti. Beliau berharap hati Adit mulai bisa luluh dengan adanya anggota baru di rumah ini. Tak banyak yang diinginkan oleh Bi Narti, karena melihat Adit dan Maya baik baik saja dalam berumah tangga, itu semua sudah cukup.

"Arshaka Arion Wardhana. Nama yang Mbak Maya kasih untuk bayi itu Mas"

Adit berpikir sejenak. Ia tak menyangka bahwa Maya tidak main main dengan memberikan nama belakangnya untuk bayi, anak sahabat istrinya itu.
Akan tetapi, tak bisa dipungkiri ada bagian dalam hatinya sedikit berdenyut saat mendengar nama belakangnya tersemat pada nama seorang bayi kecil.

Tak ingin terlalu berlarut dengan rasa yang tak biasa itu membuat Adit dengan sembarangan menyesap teh yang masih mengeluarkan asap.

Pranggg...

Dan semuanya berantakan. Gelas teh yang tadinya baik baik saja sekarang menjadi kepingan kecil dilantai.
Ditambah lagi dari arah ruang keluarga mulai terdengar tangisan bayi.

"Bi... Maaf gak sengaja" Ucap Adit sambil mulai membantu membereskan kekacauan yang ia perbuat.

Tapi bukannya senang akan bantuan Adit, Bi Narti malah mencegahnya dan memberinya saran yang tidak masuk akal.
"Biar Bibi aja yang bereskan. Mas Adit bantuin Mbak Maya aja, Rion kalau sudah nangis pasti minta digendong terus, kasian Mbak Maya nya"

Adit ragu untuk mengindahkan saran Bi Narti atau tidak, karena baginya ini semua hal baru dalam hidup seorang Aditya Wisnu Wardhana. Seorang pemimpin perusahaan teknologi terkenal harus membantu mengais bayi yang sedang menangis, apakah bisa?

"Mas... Mas Adit. Cepet bantuin Mbak Maya, kasian itu bayinya nangis" Perintah Bi Narti membuat Adit kembali sadar pada kenyataan.

Memang benar bayi itu masih menangis, bahkan setelah Adit mulai mendekat dan melihat Maya sedang ngayun ngayukannya tetap saja bayi itu masih merengek.

"Maaf" Kata itu yang bisa Adit ucapkan begitu ia semakin dekat dengan Maya.

Maya hanya mengangguk pelan, sambil seluruh tubuhnya bergerak gerak pelan mencoba menenangkan Arion dalam peluknya. Hati kecil Adit mengiba, saat sudah hampir sepuluh menit bayi itu tak kunjung tenang.

"Perlu bantuan?" Ucap Adit tak sadar.
Namun beberapa detik setelahnya Adit mengerutuki ucapannya yang sudah diluar nalarnya.

Bagi Adit, saat ini, ia seakan mencoba berperan menjadi ayah dan suami yang baik bagi Maya dan Arion.
Hal itu cukup berbanding terbalik dengan tingkah lakunya yang sempat menolak kehadiran bayi itu. Bahkan ia pernah menentang keras keputusan Maya yang benar benar ingin membuat mereka dalam satu garis kekeluargaan.

"Kamu mau nolongin sebentar? Aku akan buatkan susu" Ujar Maya sambil memandang Adit penuh harap.

Karena tak tega, akhirnya Adit mengiyakan permintaan Maya. Dengan hati hati Adit mencoba menggendong bayi yang masih menangis itu dalam kungkungan nya "ini gak papa May?" Tanya sedikit takut.

"Gak papa. Goyang goyangin sebentar ya. Aku angetin susunya bentar"

Sepeninggal Maya, Adit bisa mengamati dengan jelas tiap inci bentuk wajah Arion.

Bayi laki laki dengan wajah yang rupawan.

Itulah kesan pertama yang Adit lihat.

Arion memiliki kulit yang bersih, meski tidak terlalu putih tapi untuk ukuran orang indonesia, Arion tergolong dalam ruang lingkup itu. Entah memang masih mengantuk atau memang matanya yang kecil, Adit tidak tau tapi yang jelas hidung Arion cukup panjang. Sehingga pahatan Allah itu, terlihat sempurna tanpa cela sedikitpun.

"Kamu gak capek nangis? Maaf ya tadi ngagetin kamu" Cicit Adit pelan sambil menimang nimang Arion.

Seperti mengerti ucapan yang Adit katakan, Arion perlahan diam, mulai menutup kembali matanya dan tertidur dalam dekapan Adit.

Maya yang tak mendengar suara tangis bayi lagi, sedikit berlari ke ruang keluarga, akan tetapi langkahnya terhenti ketika indra penglihatan nya menangkap sosok Adit sedang bergumam sangat pelan ditelinga Arion.

Masih lengkap dengan menggunakan baju kerja, Adit yang notabene dingin, cuek, dan tak berperasan itu, tiba tiba menjelma menjadi sosok suami yang ada didalam cerita dongeng. Suami idaman yang selalu membantu istrinya mengurus anak mereka.

Adit membalikkan tubuhnya, begitu merasakan ada sosok lain yang memperhatikan dirinya dari belakang. Matanya bertemu dengan mata Maya, dan ia melihat senyum simpul dari sang istri yang sedang menghampirinya. Sepertinya sudah lama Adit tak melihat raut bahagia diwajah Maya selain saat wanita itu bercengkrama dengan mamanya.

"Rion tidur?" Tanya Maya berbisik.

"Iya"

"Letakkan di bantal bulat itu, biar kamu gak capek"

Dengan sangat hati hati, Adit meletakkan Arion sesuai perintah Maya, lalu mendudukkan dirinya tak jauh dari bayi tersebut.

"Terima kasih" Ucap Maya tulus.

"Hmm"

Hening.

Tak ada lagi pembicaraan diantara keduanya. Masing masing sibuk dengan pikirannya sendiri sendiri.
Sampai akhirnya, Adit mulai membuka percakapan diantara mereka "ayo bertukar kamar"

"Untuk?" Tanya Maya bingung.

"Kamu butuh kamar itu bayi itu kan? Kamu bisa merombak ulang lantai dua kalau kamu mau"

Maya menarik bibirnya tipis. Ia benar benar tak menyangka dengan penawaran yang Adit berikan. Kehadiran Arion disini, sepertinya membawa perubahan didalam diri Adit, meskipun keduanya baru bertemu sebentar.

"Tidak usah Dit. Rion bisa tidur denganku. Lagipula kamarku terlalu besar untuk satu orang"

"Hmmm"

"Istirahat lah, kamu pasti lelah" Ucap Maya pelan.

Adit menatap wanita yang dinikahinya satu tahun lalu itu, tak ada jawaban apapun yang keluar dari dalam mulutnya. Ia beranjak pelan dari tempatnya, Akan tetapi langkahnya terhenti dan berbalik menatap Maya dan Arion bergantian.

Kemudian hal mengejutkan terjadi, Adit mengucapkan kata kata yang cukup membuat Maya terdiam ditempatnya "kamu bisa memanggilku kalau kamu butuh bantuan untuk mengurus bayi itu"

.
.
.

29012023

Borahe 💙

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang