38

3.4K 194 11
                                    

Lagi dan lagi, semuanya harus terhenti. Memang benar apa kata Allah, mau sekuat apapun kamu memperjuangkan nya kalau memang hal itu belum layak menjadi milik mu, pasti tidak akan terwujud.

Seperti hari ini, Adit mengira ia akan secepatnya menyelesaikan semuanya lalu kembali ke kota tempat tinggalnya, namun sayang nya, asisten yang seharusnya membantunya menyelesaikannya mendadak mendapat musibah dengan masuknya sang ibu ke rumah sakit.

Dan karena masih memiliki hati nurani dan tak ingin di cap sebagai bos yang semena-mena, Adit rela menjadwalkan ulang segala pekerjaan yang harusnya ia selesaikan hari itu. Bahkan Adit dengan senang hati mengantar Susan ke rumah sakit tempat ibunya dirawat.

"Maaf Pak, semua nya jadi berantakan karena Ibu saya" Ucap Susan dengan hati kalut. Perempuan itu berkali kali meremas tangannya yang sudah berkeringat sejak tadi.

Akhir akhir ini memang kesehatan sang ibu menurun karena tidak ingin mengonsumsi obat obatan penurun darah tinggi yang sudah dokter resep kan, alhasil kondisinya memperihatinkan dan parahnya ibunya sampai pingsan dan harus dilarikan ke rumah sakit terdekat.

"Jangan pikirkan pekerjaan. Pikirkan Ibu mu dulu. Besok aku akan meminta Bagas untuk segera kesini menggantikan tugasmu agar kamu bisa merawat ibu total sampai sembuh" Jawab Adit dengan pandangan tetap fokus kedepan. Perasaan tak nyaman mulai menyelingkupi hatinya. Berduaan dengan lawan jenis selain mama dan adik membuatnya gelisah.

"Tapi Pak..." Ingin sekali Susan menyanggah perkataan Adit namun belum sampai ucapannya selesai, tangan Adit sudah terangkat guna meminta asisten Zara itu berhenti mengoceh.

"Fokus pada kesehatan ibu mu saja"

Susan hanya bisa terdiam tanpa menyanggah lagi perkataan sang bos. Beberapa kali pandangannya melirik Adit yang sangat fokus pada jalanan di depannya, hatinya bersyukur bekerja dilingkungan yang baik, lengkap dengan bos yang baik pula.

"Nanti saya pesan kan room untuk Bapak di hotel Pak Andika ya Pak"

"Gak perlu Susan. Papa saya ada villa disini jadi nanti malam saya menginap saja disana"

Kepala Susan mengangguk paham. Ia tak lagi bertanya apapun. Pikirannya terfokus pada sang ibu yang belum diketahui lebih lanjut keadaannya.

"Belok kanan atau kiri?"

"Kanan Pak"

Dan benar saja tak selang berapa lama dari Adit membelokkan mobil itu, da rumah sakit disebelah kiri jalan. Dengan cepat Adit memarkir mobilnya lalu mengikuti langkah Susan yang lebih dulu turun dan berlari ke arah IGD.

"Bude gimana keadaan Ibu?" Tanya Susan ketika ia melihat wanita paruh baya yang sedang duduk didepan pintu IGD yang tertutup.

Wanita yang mengenali suara ponakan nya itu seketika menegakkan tubuhnya dan menatap khawatir Susan "Susan..." Panggilnya pelan sambil mulai terisak.

Tak jauh berbeda dari keadaan bude nya, sudut mata Susan juga sudah mulai berair. Sejak tadi lelehan air matanya sengaja ia tahan karena tak ingin mengganggu Adit yang sedang berkonsentrasi mengemudi.

"Ibu gimana Bude? Kok bisa Ibu pingsan? Ibu sudah diperiksa? Susan boleh masuk?" Tanya Susan terus menerus.

"Ibu mu pingsan sewaktu tadi menurunkan jemuran Susan. Kata dokter kemungkinan efek dehidrasi tapi saat ini masih di periksa lebih lanjut karena Ibu mu punya riwayat tekanan darah tinggi"

Mendengar penjelasan sang bude, Susan hampir saja terjatuh. Ia tak kuat menompang bobot tubuhnya sendiri setelah mendengar keadaan ibu nya yang mengkhawatirkan. Untung saja bertepatan dengan itu Adit sudah berdiri di belakangnya dan dengan sigap meraih tubuh Susan yang sedikit oleng.

"Kamu gak papa? Ibu mu bagaimana?" Tanya Adit setelah mendudukkan Susan di kursi yang ada didepan ruang tunggu IGD rumah sakit ini.

Susan hanya menggelengkan kepalanya sambil menatap nanar pintu yang sedari tadi ia datang, belum terbuka sama sekali.

"Dengan siapa?" Kali ini bude Susan angkat bicara melihat ponakannya ditolong dengan laki laki yang belum pernah beliau temui sebelumnya.

Adit yang menyadari bahwa ada orang lain diantara dirinya dan Susan buru-buru tersenyum ramah dan mengulurkan tangannya sambil berkata "saya Adit, Bu, atasan Susan"

Bude Susan mengangguk paham sambil menjabat tangan bos ponakan nya tersebut dan mulai memperkenalkan diri "saya Sari, Bude nya Susan"

"Bagaimana keadaan Ibu nya Susan, Bu? Kenapa sampai di larikan ke rumah sakit?"

"Ibu nya pingsan Mas dan sekarang Dokter masih memeriksanya. Terima kasih banyak ya Mas sudah ngantar keponakan saya kesini"

"Gak papa Bu..."

Belum sampai Adit melanjutkan ucapannya, tiba-tiba pintu ruang IGD terbuka dan menampakkan dokter laki laki dengan nametag Prakoso, Sp. PD.

"Susan?" Sapanya ramah sambil tersenyum ramah.

Susan yang mendengar namanya dipanggil seketika mendongakkan kepalanya dan sedikit berlari kearah si pemanggil "Dokter Pras... Gimana keadaan Ibu saya, Dok? Gak papa kan Dok?"

Kepala Adit mengangguk pelan mendengar Susan menyapa dokter dihadapan mereka ini dengan baik, lelaki itu sudah menyimpulkan bahwa Susan sudah pasti kenal dekat dengan dokter berjas putih itu.

"Untung saya lagi jaga jadi saya tau riwayat Ibu kamu dan pemeriksaan apa yang harus dilakukan. Memang pingsannya karena dehidrasi cuma saya menemukan fakta lain"

"Apa itu Dok?"

"Ibu mu sepertinya tidak mengonsumsi obat darah tinggi yang saya resep kan tempo hari ya?"

"Iya Dok, Ibu gak mau minum obat, katanya lelah harus minum obat setiap hari"

"Kamu ini gimana, sudah berulang kali saya jelaskan, obat darah tinggi itu wajib di konsumsi terus menerus, harusnya kamu ikut memberikan pengertian"

"Maaf Dok"

"Ya sudah, jangan diulangi lagi. Sana masuk temui Ibu mu"

Susan dan bude nya mengangguk hormat pada Dokter Pras lalu dengan jalan cepat mulai memasuki IGD, melupakan Adit yang sejak tadi berdiri diantara mereka.
Namun, belum sampai lima menit, pintu kembali terbuka dan menampakkan sosok Susan kembali "maaf Pak Adit, saya terburu buru mau menemui Ibu saya sampai lupa ada Bapak disini. Terima kasih banyak Pak sudah mengantar saya ke rumah sakit. Bapak bisa pergi dan melanjutkan kembali pekerjaan Bapak yang tertunda"

"Kamu ngusir saya?"

"Eh... Enggak Pak maksud saya bukan begitu"

"Lalu?"

"Gak tau"

"Kamu ini bagaimana sih. Sudah, biarkan saya melihat keadaan keadaan Ibu mu agar bisa mempertimbangkan kamu layak libur atau tidak"

Mata Susan membola mendengar ucapan yang Adit katakan "loh katanya saya boleh libur untuk merawat Ibu saya, Pak?"

"Saya berubah pikiran" Ucap Adit sambil mulai membuka pintu IGD mengacuhkan panggilan Susan padanya, yang meminta jatah libur yang sudah Adit janjikan.

Tak butuh waktu lama bagi Adit tau dimana letak Ibu Susan yang sedang dirawat karena ada bude Sari yang bisa ia kenali disini.

"Selamat Siang Bu..." Sapa Adit ramah dengan diikuti Susan yang sedang kesal karena diabaikan dibelakangnya.

"Masyaallah, calon mantu ku ternyata ganteng banget Mbak Yu"

.
.
.

28042023

Borahe 💙

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang