34

3.7K 246 22
                                    

Matahari mulai menampakkan sinar keemasannya begitu mobil yang Adit kendarai berlabuh di rumah yang menyimpan banyak kenangan antara dirinya dan Maya. Tak banyak berubah dari rumah ini, tanaman yang sama masih berada ditempatnya, tertata rapi karena memang Bi Narti masih bermukim disini bersama suaminya.

Entah kenapa dari semua tempat yang ingin Adit singgahi, rumah ini lah yang menjadi pilihannya sore ini. Rumah yang sudah ia berikan pada Maya dihari perceraian mereka. Berharap ia akan menemukan petunjuk yang membuatnya akhirnya bisa menemukan Maya kembali.

"Loh, Mas Adit? Kapan datang Mas? Sehat Mas?" Tanya Bi Narti dari dalam rumah tergopoh.

Adit hanya tersenyum melihat Bi Narti yang sudah merawatnya sejak lama masih menyambutnya dengan baik, meski ia bukan lagi tuan rumah disini.

"Saya baik Bi, Bibi gimana? Bapak gimana?"

"Baik Mas cuma Bapak lagi pulang kampung soalnya dikampung panen. Ayo masuk Mas" Ajak Bi Narti.

Ragu ragu Adit mengikuti Bi Narti masuk kedalam rumah ini. Kilatan flashback tiba tiba menyerangnya tiada henti. Wajah Maya berkali kali hadir sampai akhirnya membuat mantan suami menyesal lagi.

"Duduk Mas. Ini diminum. Seadanya ya Mas" Adit mengangguk dan mengeruput pelan teh hangat yang Bi Narti sajikan.

Bibirnya tersenyum miring saat ia ingat, ia pernah membuat Arion menangis karena keteledoran nya yang memecahkan gelas waktu itu.

'Arion... Sebesar apa kamu sekarang Nak?' gumam Adit dalam hati.

Terhitung sejak perceraiannya berlangsung, sudah hampir tiga tahun Adit tak menjumpai anak kandungnya itu. Tak ada gambaran apapun dan bagaimanapun dalam kepala Adit, seperti apa Arion saat ini. Hal itu cukup membuatnya lagi, lagi menyesali perbuatannya.

"Maya apa kabar Bi?" Akhirnya pertanyaan yang sejak tadi bersarang dikepalanya mulai Adit kemukakan.

Namun bukannya menjawab pertanyaan Adit, yang ada Bi Narti menghela nafasnya berkali kali, sampai akhirnya wanita yang usia tak lagi muda itu mengatakan sesuatu yang membuat Adit terkejut "Bibi gak tau Mas gimana kabar Mbak Maya"

"Ma-maksud Bibi?"

"Terakhir Bibi ketemu Mbak Maya itu, sewaktu Mbak Maya pergi dari rumah ini" Ada nada sedih di setiap kata yang Bi Narti ucapkan, itu sudah cukup membuat Adit percaya bahwa memang Maya tidak pernah datang ke rumah ini lagi.

Mungkin banyak hal didalam rumah ini yang membuat Maya akhirnya menghapus rumah ini menjadi tujuan bermukimnya. Banyak kenangan, yang hampir semua pahit tertoreh di dalamnya jadi wajar kalau Maya tidak ingin menginjakkan kakinya lagi di tempat yang membuatnya merasa sakit.

"Lalu siapa yang mengurus semua ini Bi?"

"Ibu Jihan, Mas"

"Mama?"

"Iya Mama Mas Adit"

'Mama mengurus semuanya? Padahal jelas jelas tau semua ini untuk Maya? Kenapa bukan Papa Rohan saja yang mengurus semuanya?'

Banyak pertanyaan yang berputar putar di kepala Adit. Otaknya mencoba menghubungkan setiap fakta yang mengarah untuk dijadikan petunjuk dimana keberadaan Maya, tapi tetap saja, semua nihil. Otak pintarnya tak bisa menalar apapun dibalik semua fakta yang baru saja ia ketahui.

"Mas Adit belum menemukan Mbak Maya?"

Gelengan kepala Adit cukup menjawab pertanyaan yang Bi Narti tanyakan. Dua orang yang akhirnya saling diam dan berharap sesuatu yang sama yaitu dipertemukan lagi dengan pemilik asli rumah ini.

"Bibi kangen sama Mbak Maya, Mas. Dimana Mbak Maya sekarang ya? Mbak Maya itu gak seperti wanita pada umumnya Mas. Kalau yang lain mungkin akan bahagia dengan harta gono gini karena perceraian, Mbak Maya malah gak bawa seperserpun harta yang Mas Adit kasih" Fakta lain yang dibeberkan Bi Narti cukup membuat Adit tercengang.

Pantas saja, sang mama bisa mengambil alih rumah beserta kendaraan yang memang Adit hadiahkan untuk Maya, ternyata di balik itu ada kenyataan yang membuat Adit semakin terlihat seperti penjahat, mantan istri yang tidak mau membawa sepeserpun harta pemberiannya.

"Berarti Maya menolak pemberian saya, Bi?"

"Bibi rasa begitu, karena saat membersihkan kamar Mbak Maya, Bibi sempat menemukan kartu ATM, sertifikat rumah ini dan beberapa perhiasan. Itu semua Bibi serahkan pada Ibu karena Bibi gak bisa menghubungi Mbak Maya"

Lagi, lagi, rasa penyesalan menghantui Adit. Dulu saat ia masih sendiri, doa yang selalu Adit ulang untuk kriteria calon istrinya, salah satunya tidak matre. Dan benar Allah mengabulkan doa itu setelah sekian lama, hanya saja dirinya lah yang menutup mata akan itu dan menyia-nyiakan nya.

"Mulai detik ini saya yang akan membiayai semua keperluan rumah ini Bi"

"Tapi Mas..."

"Urusan Mama biar saya yang atur"

Akhirnya kepala Bi Narti mengangguk tanda setuju dengan apa yang Adit ucapkan.

"Bi, saya mau menginap disini boleh?"

"Boleh Mas, Mas Adit sudah makan? Saya siapkan makan dulu ya, setelah itu saya pulang ke belakang"

Adit menganggukkan kepalanya dan mulai ikut beranjak bersamaan dengan Bi Narti yang menuju arah dapur. Kakinya melangkah pada pintu yang tak jauh dari tempat tadi bercengkrama. Pintu putih, yang hanya beberapa kali ia masuki karena permintaan Arion.

Tak pernah terbesir dalam benaknya, ia akan punya kesempatan menilik kembali kamar Maya. Tadinya tujuannya hanya singgah sebentar, mencari tahu keberadaan Maya, lalu pergi ke diskotik langganan nya. Akan tetapi semua berubah begitu ia merasakan rasa sesal dan damai bersatu didalam rumah ini. Dan ruangan ini, mungkin menjadi salah satu yang nantinya akan sering sering ia kunjungi.

Hanya ruangan berisikan tempat tidur, meja rias, dan lemari kayu lah, yang cukup membawa sosok Maya hadir dalam ingatannya kembali.

Gambaran bagaimana kikuk nya keduanya saat harus berada dalam satu ranjang bersama untuk pertama kalinya, membuat ujung bibirnya terangkat pelan.

"Aku ingin mengulang itu May. Harusnya banyak malam yang kita habiskan bertiga disini" Ucap Adit terbata sambil mulai duduk ditepian kasur. Sudut mata berair, sedikit berhayal apabila keinginannya itu Allah wujudkan kembali.

Dirabanya pelan bantal dimana tempat Maya tidur kalau itu. Mencoba membayangkan kehadiran Maya disini "kamu sekarang dimana? Sebegitu bencinya kah sama aku, sampai sampai kamu tak ingin aku temukan?"

"-- aku menyesal May... Tolong kembali"

"-- tolong maafkan aku"

.
.
.

08042023

Borahe 💙

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang