21

3.6K 191 0
                                    

Memang benar apa kata orang, jangan pernah masuk kedalam hidup seseorang kalau kamu menginginkan ia berubah seperti apa yang kamu mau, karena sejatinya perubahan itu bukan berasal dari dirimu tapi dari dalam dirinya. Dan apabila ia menganggap dirimu penting, tanpa kamu suruh ia pasti akan membuktikan bahwa ia layak untukmu.

Rasanya seperti ingin tertawa terbahak sambil menangis saat Maya mulai berharap akan perubahan yang Adit lakukan itu tanpa maksud tertentu, nyatanya, itu tak lebih dari sebuah skenario belaka.

Tawaran akan kehidupan yang layak untuk ke depannya, malah menguak semua rencana yang ada dibaliknya. Adit tak ingin rahasianya terkuak saat Arion belum bisa diterima oleh keluarganya, karena itu semua bisa berimbas pada citra perusahaan dan naik turunnya saham ditempat kerjanya.

Dan parahnya lagi, seperti punya kedekatan yang tak terlihat, kata yang Arion ucapkan pertama kali saat bayi kecil itu bisa mengeja kata adalah kata "Papa".
Sungguh bertolak belakang dengan keadaan yang terjadi. Penolakan Maya akan kedekatan keduanya seperti angin lalu bagi Adit. Lelaki itu bukannya memilih untuk menjauh dari Rion, yang ada ia malah semakin dekat.

"Rion mana Sus? Kok gak ada dikamarnya?" Tanya Maya begitu ia selesai membersihkan diri setelah pulang bekerja.

Adit, Maya dan Arion sudah kembali lagi kerumah mereka yang beberapa saat lalu sudah selesai direnovasi.
Ada beberapa kamar tambahan dan taman dirumah itu diperkecil guna menambah beberapa ruangan dilantai satu.
Dan yang paling mencolok dari semua renovasi tersebut adalah kamar Adit berhadapan dengan kamar Maya dan juga kamar Arion.

Lalu lantai dua untuk apa?
Disana masih ada kamar yang sebelumnya Adit gunakan, serta ada tambahan kamar tamu yang memang dibutuhkan saat ada beberapa sanak sodara yang mungkin saja ingin berkunjung.

"Tadi dibawa Mas Adit ke kamarnya, Mbak" Jawab Suster Ina yang sedang membantu Bi Narti untuk membuat makan malam.

"Adit? Sudah pulang dia?"

"Sudah Mbak"

Kening Maya berkerut. Entah sudah berapa kali Maya mendengar bahwa suaminya itu pulang lebih awal dari biasanya. Bukan tak ingin melihat Adit dirumah, hanya saja sepertinya ada yang tidak beres dengan lelaki itu. Akan tetapi seperti biasa, Maya hanya bisa diam tanpa ingin ikut campur apa yang terjadi pada hidup pasangannya itu.

"Rion kalau udah gede kayaknya nanti bakal kayak Papi nya deh Mbak" Kata Suster Ina sambil tertawa.

"Kok bisa?"

"Iyalah Mbak, kan kalau anak laki laki deket sama Ayahnya, pasti nanti gedenya pasti pingin kayak Ayahnya" Jelas Suster Ina.

Maya mengangguk anggukkan kepalanya, tanda setuju dengan asumsi yang Suster Ina katakan.
Sejujurnya Adit memang sempat membuat Maya baper dengan sosoknya yang sangat menjiwai perannya sebagai Ayah Arion. Akan tetapi perasaan yang tumbuh itu terpaksa Maya kubur dalam dalam sebelum berbunga. Dengan alasan, Maya tidak ingin perasaan nya hanya bertepuk sebelah tangan.

"Makan aja dulu Mbak mumpung Rion anteng sama Mas Adit" Ujar Bi Narti sambil mulai menata masakannya diatas meja makan.

"Nanti aja Bi, saya ke kamar aja dulu" Pamit Maya.

Sesampainya di kamar, Maya hanya bisa menghela nafas berkali kali. Perasaannya sesak memperkirakan bagaimana nasibnya kedepannya.

Akankah semuanya akan sama seperti ini? Atau akan berubah? Perubahan apa yang akan terjadi nantinya?
Entah lah, Maya pun juga bingung memikirkannya.

"Maya rindu Ma" Gumamnya pelan sambil menatap langit dari jendela kamarnya. Tak hanya menatap langit tapi ia juga merindukan seseorang yang sudah berada diatas langit.

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang