49

3.4K 251 14
                                    

"Kenapa kamu susah diberi tahu sih! Aku bilang jangan ya jangan" Ucapan Bagas sedikit meninggi dikarenakan Zara masih juga belum mengerti apa yang Bagas jelaskan, mengenai dirinya dan Adit serta keadaan Maya.

Zara yang lagi-lagi mendapat sanggahan dari Bagas, menatap lelaki itu tak percaya. Entah mengapa Zara merasa ada sesuatu yang masih Bagas sembunyikan dari nya selain keberadaan Maya dan anak-anak nya.

Memikirkan Maya dan anak-anak membuat Zara tersenyum kecut. Kali ini Zara sepertinya mengerti kenapa larangan mengganggu Maya diproklamirkan oleh Bagas, karena sepertinya Bagas memang mengetahui sesuatu yang tidak orang lain ingin tahu. Semua ini pasti ada hubungannya dengan Adit dan masa lalu keduanya.

"Kamu denger aku ngomong apa barusan Ra?" Tanya Bagas, saat melihat Zara melamun sendiri ditengah perdebatan mereka.

Dengan tergagap Zara mencoba kembali beradu pendapat dengan Bagas, guna memancing lelaki di hadapannya ini mengungkap semua nya yang terjadi delapan tahun kebelakang.

"Ga-gak! Zara akan tetep minta tolong Mbak Maya"

"Ra... Aku harus bilang berapa kali sama kamu. Tolong jangan ganggu mereka lagi, kasian Ra" Ujar Bagas dengan nada memohon dan sedikit putus asa.

Zara menatap Bagas lama sebelum akhirnya Ia mengatakan hal yang membuat Bagas terkejut "Mas tau siapa ayah dari Hawa dan Adam kan?"

Bungkam. Bagas yang terlalu shock mendengar pertanyaan itu membuatnya memilih diam dan mulai beranjak dari tempat duduknya saat ini. Namun, bukan Zara namanya kalau
ia tidak bisa mendapatkan jawaban dari pertanyaan nya tersebut, untuk melobi klien saja Zara ahli apalagi hanya untuk mengorek informasi yang Bagas tutupi, pasti Zara bisa.

Keyakinan itulah yang akhirnya membuat Zara, semakin mencecar Bagas dengan banyak pertanyaan "Mbak Maya masih mencintai Mas Adit kan Mas? Mbak Maya belum menikah lagi kan? Adam dan Hawa..."

"Stop!! Cukup Ra. Aku tidak akan pernah memberi mu jawaban apapun" Ujar Bagas sambil menghentikan langkahnya dan menatap tajam Zara. Adik sahabat nya ini sudah keterlaluan. Menafsirkan apapun hanya dengan satu kali pertemuan saja.

Rasa penyesalan itu muncul melihat semua tidak se kondusif apa yang ia pikirkan. Iya, Bagas sudah memprediksi hal ini akan terjadi suatu saat nanti tapi tidak pernah terpikir akan se ricuh ini. Kejadian demi kejadian setelah pertemuan Maya dan Adit membuatnya berpikir, harusnya Bagas tidak merekomendasikan villa ini untuk Maya tinggali, harusnya luar pulau atau bahkan luar negeri yang menjadi tempat persembunyian Maya.

"Zara memang gak tau apa saja yang Mas Bagas sembunyikan dari kita. Zara juga gak akan memaksa Mas Bagas buat ceritain semuanya, tapi itu bukan berarti Zara hanya akan diam ya Mas. Zara akan tetap cari tahu, tanpa bantuan Mas Bagas sekalipun" Ancaman yang Zara layangkan pada Bagas tidak main-main. Hal itu terlihat dari matanya yang merah menahan amarah.

Bagas hanya menghembuskan nafasnya lelah. Adit dan Zara memang tidak ada bedanya. Sama-sama keras kepala, meski tak bisa dipungkiri tetap lah seorang wanita yang masih memakai hatinya.

"Oke kalau itu mau mu, cuma pesen ku tolong jangan menyakiti terlalu banyak... Dia terlalu sakit selama ini" Kata Bagas mulai masuk kembali ke ruangan kerja mereka.

Cukup lama bagi Zara mencerna kata-kata Bagas. Dua sisi hatinya sedikit berlawanan. Satu sisi ingin semuanya terungkap, bagaimana Maya bisa di villa papa nya, bagaimana kehidupan Maya selama ini dan siapa ayah Adam dan Hawa. Akan tetapi, di lain sisi Zara juga sadar, memaksa Maya menceritakan semua pasti akan membuat luka Maya kembali menganga, sekalipun Zara tahu dari orang lain, tetap saja akan selalu ada yang tersakiti.

Tapi kali ini sebuah keputusan Zara ambil mencoba tidak melibatkan Maya terlebih dulu. Iya, Zara ingin ia berbicara empat mata dengan sang kakak lebih dulu. Oleh karena itu, tangannya terulur mendial nomor handphone milik Adit.

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang