15

4.3K 236 1
                                    

Mungkin karena terlalu sering disakiti dan menyakiti, membuat Maya kebal dengan  apapun yang dilakukan Adit.

Seperti saat ini, tiba tiba lelaki itu datang di ruang rawat inap nya dengan wajah sudah semerah tomat. Ini bukan tentang lelaki itu yang sedang salah tingkah tapi lebih seperti Adit sedang menahan emosinya.

Maya memang sejak semalam harus dirawat inap karena tubuhnya demam hebat akibat proses induksi laktasi yang sedang ia jalani. Mencoba membuat tubuhnya mengeluarkan asi untuk bayi malang yang akan menjadi anaknya.

Iya, setelah kunjungannya saat itu ke Jakarta, akhirnya ia menyetujui untuk mengupayakan bayi mungil itu menjadi darah dagingnya. Dan salah satu upaya yang Maya lakukan dengan membuatnya menjadi mahramnya.

Seorang bayi akan menjadi mahram ibu adopsi nya apabila bayi tersebut bisa meminum minimal lima kali susu ibu adopsi nya sampai kenyang sebelum bayi itu dalam masa pesapihan atau kurang dari dua tahun.

Allah memuluskan upaya yang Maya upayakan itu dengan memberi asi tanpa ada proses mengandung atau melahirkan.

Sayangnya, sampai asinya sudah keluar, bayi kecil itu belum bisa ia dekap. Keadaannya yang prematur membuatnya harus menerima perawatan intensif dibandingkan dengan bayi yang lahir cukup umur.
Lagipula Maya baru mengantongi ijin Adit untuk mengadopsi bayi itu satu minggu yang lalu, dan proses pengalihan wali sedang dilakukan oleh pihak pengacara Azmin.

Hal ini lah yang membuatnya harus menjadi pasien di rumah sakit tempatnya bekerja. Keadaan Maya yang demam akibat sumbatan asi, yang beberapa hari ini sering tidak ia pompa karena terlalu banyaknya kegiatan, membuatnya harus menanggung akibat kesalahannya itu, termasuk amarah Adit saat ini.

"Kamu..." Ucapan Adit menggantung begitu melihat sang mama tengah duduk disebelah Maya sambil tersenyum melihat kedatangannya.

Adit harus rela menahan rasa kesalnya pada Maya yang sudah mengacaukan jadwal kerjanya. Harusnya pagi ini ia meeting dengan salah satu klien yang akan diajaknya bekerja sama, namun karena informasi dari Bi Narti yang mengatakan bahwa Maya dirawat dirumah sakit, mau tidak mau Adit harus rela meetingnya ia tunda beberapa saat.

"Mama sudah lama?" Tanya Adit melembut sambil mulai mengecup tangan dan pelipis sang ibu.

Bu Jihan tersenyum manis sebelum akhirnya mengeluarkan kalimat ejekan pada Adit "aduh anak Mama, suami terbaik ini baru dateng loh menjenguk istrinya"

Mata Adit berputar malas. Lelaki itu paham bahwa ia akan mendapat omelan super panjang dari Bu Jihan akibat ketidaktahunnya akan kondisi sang istri.

Bukan maksud Adit ingin beralasan, tetapi akibat perjanjiannya dengan Maya untuk tidak mencampuri hidup masing masing itulah yang akhirnya membuatnya tidak tahu menahu akan urusan yang ada didalam rumahnya. Lagipula pernikahan mereka tidak dilandasi perasaan saling suka jadi wajar bukan kalau seandainya mereka tidak peduli dengan yang lainnya.

Maya cukup dewasa untuk mengambil keputusan dalam hidupnya. Jadi meski dalam satu ikatan pernikahan, Adit tidak perlu repot repot untuk menjaganya kan?
Lebih lebih kondisi Adit sedang tidak baik baik saja. Ia sedikit merasa tertekan karena kekasihnya tidak bisa ia temukan dan Adit selalu menjadikan alasan itu untuk pergi ketempat hiburan dan selalu pulang dalam keadaan tak berdaya.

Jadi lumrah bukan apabila Adit tidak tau tentang keadaan Maya?

"Maaf Ma tapi Adit bener bener banyak kerjaan. Sampai sampai Adit selalu pulang tengah malam. Berhubung Adit gak mau membuat menantu mama yang cantik ini kebangun jadi Adit tidur di ruang kerja. Maya mungkin gak mau Adit terganggu juga jadi Maya datang ke rumah sakit sendiri, gitu ya sayang?" Jelas Adit penuh senyum.

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang