102

2.2K 232 10
                                    

Dengan langkah lebar dan super cepat Adit menghampiri ranjang besar di kamarnya. Kejutan setelah ia menyalakan lampu sungguh membuat bibir nya melengkung sempurna. Seseorang yang ia rindukan kini ada di depan matanya, Maya.

Sang istri kini sedang menatap Adit dengan wajah khas orang bangun tidur. Maya memakai piyama satin berwarna maroon dengan rambut yang dibiarkan tergerai. Tidur wanita itu terusik karena Adit menyalakan seluruh lampu di kamar tidurnya.

"Sayang..." Teriak Adit tertahan "kamu disini? Sejak kapan? Kenapa gak menghubungi aku dulu? Kamu kesini sama siapa? Adek gimana? Papa?" Adit langsung memberondong Maya dengan banyak pertanyaan, akan tetapi tak ada satu pun pertanyaan Adit yang di jawab wanita itu.

Yang ada Maya malah menurunkan kakinya dan melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk beberapa saat. Adit mengira istrinya itu sedang buang air kecil tapi ternyata dugaan nya salah "air anget nya udah tak siapin, mandi dulu gih, baru kita ngobrol" Ujar Maya sambil mulai membuka lemari besar Adit yang ada di kamar itu.

Setelah terdiam beberapa saat karena keterkejutan nya, Adit memilih untuk menuruti ucapan Maya. Tubuhnya yang sedari pagi memang ia gunakan untuk bekerja ini, memerlukan pembersihan diri sebelum menghabiskan sisa malam dengan sang istri.

"Oke Sayang" Jawab Adit sambil mulai melangkahkan kakinya ke kamar mandi.

Maya yang melihat itu, sedikit merapikan tempat tidur, dan meletakkan baju ganti di atas nya, kemudian wanita itu memakai hijab instannya, turun di arah dapur untuk membuatkan Adit teh hangat.

Pekerjaannya menjadi istri, Maya kerjakan dengan baik kali ini. Ia bahkan sudah menambahkan aromaterapi pada air hangat di bathtup yang akan Adit gunakan untuk berendam setelah tadi mengisinya. Maya paham bahwa Adit butuh penyegaran dan refresing dari penatnya masalah di kantor yang akhir-akhir ini membuat kepala suami nya pecah.

"Loh Mas sudah selesai?" Sapa Maya begitu ia sudah kembali dengan dua cangkir air berwarna coklat di nampan. Maya melihat Adit sedang menyelesaikan sentuhan terakhir dari aktivitas berpakaiannya.

Tapi bukannya Adit segera menyelesaikan acara menutup tubuhnya, lelaki itu yang ada malah terdiam dan mencoba menajamkan telinganya akan dugaan panggilan yang Maya berikan pada nya sudah berganti. Bukan lagi memanggilnya dengan nama lelaki itu, Maya malah memanggilnya dengan sebutan "Mas" seperti saat dulu mereka bersandiwara di depan orang tua mereka.
Bedanya saat ini, mereka hanya berdua dan Maya memanggilnya dengan sebutan itu. Itu menandakan bahwa istri nya itu sadar betul dengan apa yang sedang ia lakukan. Hal itu membuat degup jantung Adit meronta kuat. Adit senang dan gugup secara bersamaan.

Bukan ingin, tak mensyukuri perubahan sang istri hanya saja sedikit terselip dalam hati Adit, apa yang sebenarnya terjadi sehingga membuat perubahan yang signifikan pada diri istrinya itu. Ada kah yang akan istri nya itu minta atau ada lah kesalahan nya yang tidak ia sadari?
Entahlah Adit sendiri tidak tau pasti, tapi yang jelas saat ini ia ingin menikmati ini semua.

"Su-sudah" Jawab Adit sedikit terbata. Rasa gugup yang Adit rasakan, tidak hanya di karenakan panggilan Maya yang sudah berganti saja, akan tetapi matanya sedang menatap adegan dimana Maya sedang melepas hijab instan nya dan kembali membiarkan rambutnya terurai bebas tanpa tertutup apapun. Dipikiran Adit, Maya seperti melakukan adegan itu dengan efek slow motion sehingga membuat pikiran Adit semakin menggila.

"Aku buatkan teh buat Mas"

Lagi, lagi panggilan 'Mas', Maya sisipkan di ucapannya, membuat Adit kalang kabut.

Sejujurnya, keadaan hati Maya tidak jauh berbeda dengan keadaan hati Adit. Perempuan itu juga cukup grogi untuk melakukan semua hal yang ia lakukan saat ini. Mengganti panggilan sampai menyiapkan segala kebutuhan Adit layaknya seorang istri pada umumnya, cukup membuat kupu-kupu di dalam perut nya berterbangan. Namun, hal itu tidak sedikitpun membuat Maya menyesal melakukannya.

Sejak kedatangannya tadi pagi, Bu Jihan memang sengaja memberi tips pada Maya untuk membuat anak sulung nya semakin bertekuk lutut. Selama ini, Bu Jihan paham betul mengapa tidak ada kemajuan apapun di pernikahan kedua anak dan menantu nya itu, semua itu di karenakan rasa bersalah yang masih Adit pelihara. Oleh karena itu, Bu Jihan memberikan saran pada Maya untuk lebih dulu bersikap terbuka pada Adit agar Adit juga melakukan hal sama pada sang istri.

"Terima kasih" Ucap Adit mulai menyesap teh hangat yang Maya buat "sejak kapan disini?" Pertanyaan itu kembali Adit ulang karena Maya belum memberikan penjelasan apapun pada nya sejak tadi.

"Tadi pagi. Aku bosen di rumah, Adek ngajak pergi melulu jadi aku minta temenin Papa deh"

"Terus Adek sekarang dimana? Papa pulang ke rumah Papa?"

"Adek udah tidur di kamar sebelah"

Jawaban Maya itu membuat Adit mendadak berdiri dan keluar dari kamar. Maya yang tahu kemana tujuan suami nya itu, hanya mengekori Adit dan turut melihat anak perempuannya yang sedang tidur di kamarnya.

"Adek tadi sebenarnya nungguin Mas pulang cuma karena seharian ini main sama Mama jadi kecapekan deh" Kata Maya hanya berdiri di pintu, ia sedang mengamati Adit yang sedang mencium kening anak perempuan mereka itu, tak lupa selimut Hawa juga di rapikannya.

Mendengar penjelasan Maya, membuat kepala Adit menoleh, akan tetapi, ekspresi yang Adit tunjukkan cukup aneh di mata Maya. Lelaki itu tidak menampakkan senyum seperti sebelumnya, membuat Maya bertanda tanya, apakah ada salah dalam ucapannya.

"Jangan keluar kamar tanpa penutup kepala May" Sebuah ultimatum yang langsung Adit berikan begitu ia dan Maya kembali masuk ke dalam kamar lelaki itu.

"Maaf Mas tadi reflek ngikutin Mas ke kamar Adek"

"Its oke tapi jangan di ulangi ya Sayang? Mas cuma mau hanya Mas yang liat kamu tanpa hijab, oke?"

Ucapan Bu Jihan memang tidak pernah salah, wanita yang sudah melahirkan Adit itu cukup mengenal anaknya dengan baik. Perkataan beliau benar adanya, tentang Adit yang akan cepat mengerti kemana arah sikap yang Maya tunjukkan dan Adit sanggup mengambangi itu dengan menyebut dirinya sendiri dengan sebutan 'Mas' seperti Maya memanggilnya.

"Oke"

"Ya udah sekarang ceritain lagi, gimana bisa kepikiran kesini"

"Kan aku udah bilang aku bosen di rumah"

"Kenapa kesini? Gak jalan-jalan ke mall aja? Atau kemana gitu?"

"Mas gak suka aku kesini?"

"Bukan gitu sayang, Mas cuma mikir, untung hari ini masalah di kantor udah beres kalau belum gimana? Kasian di kamu dong udah jauh-jauh gak ketemu Mas"

"Ya gak gimana-gimana Mas, kan bagus malah aku bisa penyesuaian lagi disini"

"Penyesuaian buat apa? Mas gak setuju ya kalau kamu yang harus bolak balik, biar Mas aja"

"Mas gak perlu bolak balik lagi habis ini. Aku bakalan ngikutin Mas tinggal dimana kok"

"Maksud nya?"

"Aku udah resign Mas, dan Hawa udah pindah sekolah disini jadi kita bakalan serumah"

"Kamu serius Sayang?"

"Serius Mas"

.
.
.

09092023

Borahe 💙

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang