86

2.4K 243 7
                                    

Meskipun memiliki pengalaman akan berumah tangga lebih dari satu tahun dan jam terbang sebagai playboy kelas kakap tak di ragukan, tetap saja hal itu tidak ada gunanya saat berhadapan dengan wanita yang sedang marah. Tidak peduli apapun yang laki-laki lakukan, pasal akan wanita tidak pernah salah akan selalu berlaku.

Hal itu lah yang menyebabkan Adit kalang kabut, saat mengetahui bahwa Maya memutuskan untuk berdiam diri di dalam kamar setelah pertemuan mereka di dampingi Pak Hasan sore tadi. Bahkan makan malam pun, harus di antar oleh Bi Sri ke kamar Maya. Menggunakan Hawa sebagai umpan untuk membujuk Maya gagal Adit dan Pak Hasan lakukan dikarenakan Maya hanya mau bertemu Hawa saja tanpa ada orang lain di dekat mereka.

Adit bahkan harus mencari alasan saat Hawa menanyakan keberadaan ibundanya malam hari. Bersama Pak Hasan malam itu, Adit mengurus segala keperluan Hawa sampai bocah perempuan itu berhasil tertidur tanpa Maya di sisinya.

"Gimana itu?" Tanya Pak Hasan sambil menunjukkan dagu ke arah kamar Maya, setelah melihat Adit hanya duduk diam di meja makan yang sudah kosong.

Karena tak memiliki jawaban yang pas untuk menjawab pertanyaan Pak Hasan, Adit hanya menghentakkan bahu lemah "pakai kunci cadangan aja deh Dit" Ucap Pak Hasan memberi solusi.

Bukannya Adit mengiyakan usul Pak Hasan, yang ada raut muka Adit semakin masam "kalau begitu caranya Maya bisa makin ngamuk Pa"

"Terus gimana?"

"Kayaknya aku bakalan pergi dulu deh Pa. Ada yang harus aku lakuin"

"Enak aja, ngelampiasin semua ke Papa. Enggak-enggak! Lagian mau kemana kamu? Ketemu klien? Kayak gak ada Bagas sama Zara aja deh"

Sebagai orang yang turut andil dalam marahnya Maya, jelas Pak Hasan tidak ingin menghadapi aksi diamnya Maya sendirian karena secara tidak langsung dua lelaki beda generasi ini lah yang menyebabkan wanita dewasa di atas sana mengurung diri.

"Jemput Arion gimana? Atau mau minta tolong Mama aja?" Usul Adit mulai kebingungan.

Gelengan kepala tegas Pak Hasan tunjukkan sebagai penolakan akan usul yang Adit kemukakan "kenapa Pa? Kan gak mungkin Maya nolak Rion? Papa tau sendiri kan gimana sayangnya Maya sama anak itu?" Kata Adit.

Pak Hasan menghela nafas panjang lalu memandang Adit tepat di inti matanya "jangan pakai Arion dulu"

"Kenapa?"

"Kasian anak itu harus banyak ketinggalan pelajaran hanya karena kelakuan Papi nya yang begajulan kek kamu" Tembak Pak Hasan pada Adit.

Adit hanya tersenyum canggung mendengar fakta yang mertuanya katakan. Kenyataan itu jelas tak bisa Adit elak lagi dari sisi manapun. Tak ada yang bisa di gunakan untuk membela diri sekalipun ia ingin dosa nya tak lagi di ungkit.

"Terus gimana Pa? Besok pagi aku ada meeting penting"

"Harus kamu yang datang?" Tanya Pak Hasan.

Anggukan kepala Adit berikan pada Pak Hasan sebagai jawaban "ada masalah di kantor Pa... Bagas sudah mencoba meng-handle nya, hanya saja sepertinya aku memang harus turun sendiri membenahi kekacauan yang sudah di perbuat karyawan ku sendiri"

"Parah?"

"Rugi cukup banyak Pa"

Jawaban Adit mau tidak mau membuat Pak Hasan memberikan ijin untuk menantu nya itu pergi esok hari dan hanya beliau lah yang akan menghadapi kemarahan sang anak.

"Tapi kasih tau kamu bakalan pergi besok" Titah Pak Hasan.

Adit menyugar rambutnya kebelakang secara kasar akibat frustasi atas perintah Pak Hasan. Bagaimana bisa, saat Maya masih tidak mau menemuinya, ia harus menjelaskan tentang kepergiannya esok yang entah akan sampai kapan "gimana caranya Pak?"

"Kamu ini dari tadi tanya cara aja. Pikirin dong, masak Papa aja? Kamu ini CEO loh"

"Gak usah bawa-bawa jabatan deh Pa. Anak Papa gak terpengaruh sama jabatan aku soalnya"

"Iyalah secara gak ada bedanya juga sama hidup dia. Cuma Papa bingung deh Dit, kamu bisa bikin perusahaan sendiri kayak gini dapet wangsit dari mana? Atau Bagas doang yang kerja?"

Astaga, Adit benar-benar di buat mati kutu dengan ucapan Pak Hasan yang kali ini jujur sedalam-dalamnya. Ia bahkan merasa sedang dikuliti habis-habisan akibat tidak tau apa yang harus ia lakukan apabila berhadapan dengan istri yang marah.

"Udah ah, Papa gak seru. Aku mau ke Maya aja deh. Teriak-teriak depan kamarnya aku jabanin dah, daripada disini ngobrol sama Papa gak dapet solusi"

"Papa cuma ngomong secara fakta kok. Ya udah sono pergi, awas aja sampek bikin keributan dan Hawa bangun. Papa bejek kamu"

Dengan langkah gontai, Adit akhirnya menyeret kakinya menuju kamar yang sedang menjadi tempat Maya bersembunyi. Di depan pintu kayu jati itu, Adit menghembuskan nafasnya berkali-kali. Andai mendobrak pintu tidak akan menambah kemarahan sang istri, sudah bisa dipastikan sejak tadi hal itu lah yang menjadi opsinya untuk menerobos masuk ke dalam.

Memikirkan banyak pengandaian, membuat Adit akhirnya mencoba peruntungan dengan sedikit aksi mengetuk pintu kamar Maya dengan sopan. Hasilnya, jelas sudah terlihat. Tidak ada tanda-tanda pergerakan Maya dari dalam kamar sedikitpun. Namun, entah mengapa Adit meyakini bahwa Maya belum tidur. Wanita itu seperti sedang menguji kesabaran nya yang memang tak lebih tebal dari tisu.

"May... Ini aku, Adit. Boleh ketemu gak? Aku mau ngomong" Ucap Adit.

Hening. Tak ada sautan apapun dari dalam kamar.

Membayangkan bahwa Amaya sebenarnya sedang duduk di pinggiran tempat tidur dengan telinga yang siap mendengar semua penjelasannya, Adit akhirnya mengalah dengan berbicara sendiri layaknya orang gila di depan pintu kamar yang tertutup.

"Aku minta maaf ya. Aku tau, aku salah. Harusnya aku tidak mendatangi mu dengan cara yang seperti ini. Harusnya aku pakai aturan pada umumnya, melamar mu dengan romantis lalu mewujudkan pernikahan sesuai mimpimu, harusnya begitu ya? Karena aku tau, pernikahan kita sebelumnya jauh dari kata indah".

Perasaan bersalah kembali menyelimuti Adit. Flash back akan pernikahan nya dengan Maya beberapa tahun silam. Pernikahan yang tak pernah terbayangkan akan berakhir sangat menyedihkan.

"Dan lagi, lagi, aku membuat pernikahan kedua kita jauh dari kata indah. Tidak ada kamu disana sebagai pengantin wanita cukup membuat ku ragu May... Tapi aku juga ingin memberitahu mu bahwa aku tidak menyesal menikahi mu lagi, karena kali ini aku pastikan pernikahan kita tidak akan berakhir tragis"

"Kamu boleh percaya atau tidak dengan semua ucapan ku"

"Tapi satu hal yang pasti... Aku mencari mu semalam ini bukan karena Arion atau kamu pengganti Sella... Tapi hanya karena aku terlambat menyadari bahwa aku memang membutuhkan mu karena aku mencintai mu"

"Besok aku harus kembali karena ada pekerjaan yang harus aku selesaikan jadi jangan mengurung diri lagi ya? Aku akan pergi, jadi kamu bisa melakukan apapun seperti biasanya. Aku pamit ya sayang"

.
.
.

11082023

Borahe 💙

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang