"Dit..." Setelah menggoda Adit dengan panggilan 'Mas' kini Maya kembali memanggil suaminya seperti sedia kala.
Tak ada ejekan atau hal yang berbau memojokkan, Maya malah berucap dengan lirih sampai bisa menghentikan kaki Adit yang sudah beranjak menjauh untuk pamit pulang.Panggilan lembut itu tentu menarik perhatian Adit. Meski hanya pernah serumah selama dua tahun, Adit hafal betul nada bicara Maya. Wanita nya itu pasti sedang menginginkan sesuatu "ada apa? Sudah malam, tidur lah" Jawab Adit tak kalah lembut. Meskipun perkataan Adit tak urung sebagai perintah, akan tetapi kakinya tetap kembali berjalan ke arah Maya dan berdiri tepat di depan sangat istri "ada apa? Hmm?" Tanyanya lagi.
Di tatap dengan jarak yang lumayan dekat, bahkan dengan nafas Adit yang sudah berhembus di depan wajahnya, tak urung membuat Maya salah tingkah. Pipinya memanas dan jantungnya berdebar tak karuan. Pikiran yang sejak tadi akan ia utarakan pada Adit tiba-tiba menghilang berganti dengan perasaan malu.
"Kamu sakit? Kenapa wajahmu merah gitu?"
Maya menggeleng.
"Terus kenapa? Kita ke rumah sakit sekarang ya. Kamu harus di periksa" Ucap Adit khawatir.
Namun lagi, lagi Maya tetap menggeleng.
"Terus kenapa?"
Dengan sedikit gugup, Maya berkata "mundur sedikit, aku mau bicara"
Kening Adit jelas berkerut. Walaupun begitu ia tetap menuruti keinginan Maya dengan mundur dua langkah kebelakang. Dengan adanya langkah mundur Adit itu membuat Maya mencoba menetralisir detak jantungnya yang seperti akan perang saja.
Setiap gerak gerik yang Maya lakukan menjadi perhatian Adit tersendiri. Entah sudah berapa kali istrinya itu menarik nafas dalam-dalam seakan beban di dadanya terlalu menekan jalan nafasnya "kenapa? Ada apa?" Tanya Adit penasaran.
"Aku mau bicara"
"Tapi sudah malam sayang. Kamu besok harus kerja, istirahat aja ya. Aku janji secepatnya kita bicara" Lagi, lagi titah akan istirahat Adit gaungkan pada Maya, terlebih mengingat waktu sudah hampir tengah malam. Karena di lihat dari informasi yang papa mertuanya berikan akhir-akhir ini sepertinya istrinya itu menambah jam kerjanya sehingga Maya dan Hawa akan pulang bersamaan.
Mendengar Adit kembali memanggilnya 'sayang' di malam itu membuat hati Maya kembali ditabuh kencang. Sepertinya setelah ini ia harus menyiapkan hati akan setiap panggilan manis yang akan keluar dari mulut Adit.
"Kamu kenapa lagi? Muka mu memerah lagi May"
'Semua karena mu' umpat Maya dalam hati.
"Aku gak papa. Hanya kepanasan" Kilah Maya menyembunyikan rasa gugupnya. Wanita itu heran pada respon tubuhnya yang tidak seperti biasanya menghadapi Adit.
Beberapa hari yang lalu ia bahkan dengan berani mendiamkan lelaki di hadapannya ini, tidak mau menemuinya bahkan memblokir akses komunikasi mereka saat Adit menghubungi nya. Akan tetapi saat sudah berhadapan langsung dengannya, mendadak nyali Maya menciut, mungkin bukan menciut lebih tepatnya salah tingkah. Apalagi ini merupakan pertemuan pertama mereka setelah Maya mengetahui statusnya yang sudah berubah menjadi istri Aditya Wisnu Wardhana.
"Kepanasan? Kamu yakin gak sakit? Ini dingin loh"
"Lupakan soal itu. Aku mau bicara" Setelah bisa kembali mengontrol dirinya, Maya kembali ke topik awal mereka, ada yang ingin ia bicarakan dengan sang suami.
"Oke kita bicara tapi kalau sakit bilang ya" Maya menganggukkam kepalanya "Sekarang kita duduk dulu" Ajak Adit sambil menggenggam tangan Maya Dan nuntunnya untuk duduk di meja makan. Lelaki itu bahkan bersikap romantis dengan menarikkan kursi untuk Maya duduki lalu Adit juga menghempaskan pantatnya di kursi meja makan juga.
Maya kira Adit akan duduk di hadapannya, lalu mereka berbicara sambil berhadapan tapi nyatanya ia salah, Adit bukannya duduk di depannya namun lelaki itu memilih untuk mendudukkan dirinya di samping Maya
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Drama Korea
Romance"Aku akan mengatakan pada Mama kalau aku mandul. Jadi kamu tidak perlu memusingkan apapun. Hanya perlu tanda tangan dan semuanya akan aku urus dengan pengacara ku"