51

3.5K 263 6
                                    

'Anak haram'

Sebuah permainan kata yang banyak masyarakat gunakan untuk melabeli bayi yang lahir dari hubungan di luar pernikahan.
Sebutan ringan yang membuat luka cukup dalam, tidak peduli salah siapa tapi yang jelas membuat trauma.

Dan Arion mendapat gelar itu dari anak kecil yang usianya setara dengan Arion, Hasan namanya.

Entah bagaimana pendidikan di dalam rumah Hasan sampai anak usia sembilan tahun itu bisa menyakiti hati teman seusianya hanya dengan panggilan yang belum tentu ia tau maknanya.

Memang, Arion lahir dari buah kesalahan Adit dan Sella, hanya saja memberi julukan 'anak haram' sepertinya sangat berlebihan.

Adit mengepalkan tangannya begitu mendengar penuturan Arion. Ia menatap Maya yang juga menatapnya balik. Seakan bisa berkomunikasi lewat bahasa kalbu, Adit mengangguk pelan kemudian membelokkan pandangannya pada Hasan yang sedang tertunduk dan mama nya di sampingnya.

"Hasan apa benar yang Arion bilang?" Tanya Adit selembut mungkin. Emosinya sudah mencapai ubun-ubun coba ia tahan karena Hasan bukan lah lawan yang sebanding dengan nya.

Mama Hasan menyenggol pelan lengan sang anak, dan berbisik "bener apa yang temen mu bilang itu? Awas kamu di rumah ya"

Maya yang juga mendengar ancaman dari mama Hasan akhirnya ikut berbuka suara, mencoba membuat Hasan lepas dari tekanan sang Mama, agar bocah lelaki itu mau dengan jujur mengatakan yang sebenarnya "gak papa Nak, ngomong aja. Papi nya Arion gak marah kok, Tante juga, cuma Tante minta Hasan minta maaf ya sama Arion karena sudah ngatain Arion yang tidak-tidak, nanti Arion juga akan minta maaf sama Hasan karena sudah mukul Hasan, oke?"

Mendengar penuturan bijak Maya, membuat Adit semakin di landa emosi. Ingin rasanya ia mengumpat dan mendebat apa yang Maya ucapkan, akan tetapi, itu tidak mungkin ia lakukan disini saat ini. Mempertontonkan perdebatan keduanya hanya akan membuat cap baru di nama Arion, cap memiliki orang tua tidak kompak. Akhirnya dengan pasrah Adit hanya menunggu reaksi kedua lawan di hadapannya ini.

Tatapan amarah Maya dapat kan dari ibu Hasan itu dengan nada berapi-api, beliau mengungkapkan ketidakterimaannya "enak aja selesai dengan minta maaf. Anak Ibu enggak sakit, la anak saya bonyok begini. Gak saya, gak terima!" Ucapnya sambil mencoba tetap mempertahankan harga diri anaknya yang sudah anjlok.

"Jangan kasar. Saya bisa tidak terima kalau istri dan anak saya dicaci maki seperti ini, sedangkan semua bermula dari anak ibu. Cukup katakan minta ganti rugi apa, semua akan saya penuhi" Tanya Adit tegas. Aura seorang pemimpin mengeluar dari tubuh yang masih berbalut jas hitam itu.

Maya tercengang dengan penuturan Adit yang menyebutnya istri. Ada perasaan tidak nyaman begitu Maya melihat akting yang sedang Adit lakukan. Bersikap baik-baik saja padahal didalamnya sudah rusak tak berupa. Seakan lupa bahwa diawal pertemuan keduanya, mereka memang duo aktor yang tidak diragukan lagi keahlian dramanya.

Ibu Hasan tersenyum kecil mendengar penuturan Adit. Sejak Adit datang, wanita yang berusia tak jauh beda itu, memang sudah memperhatikan gerak gerik Adit. Setelan jas mahal, sepatu bermerk, menjadi sorotan utamanya. Ibu Hasan sudah menduga bahwa lelaki yang berperan sebagai ayah Arion ini pasti bukan orang sembarangan. Untuk itu ia mencoba memanfaatkan peluang ini untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya.

"Saya mau seluruh biaya pengobatan Hasan ditanggung orang tua Arion. Saya ingin mengecek seluruh tubuh anak saya" Pinta Ibu Hasan.

Adit yang mendengar itu tersenyum mengejek, namun tak urung ia mengiyakan apa yang Ibu Hasan mau "hanya itu?" Tanya Adit, dibalas dengan anggukan kepala Ibu Hasan "Ibu bisa memilih rumah sakit mana pun yang Ibu mau. Nanti asisten saya di depan yang akan mengurus semuanya. Tapi... Setelah Hasan meminta maaf pada anak saya" Imbuh Adit dingin.

"Oke. Hasan cepet minta maaf" Jawab Ibu Hasan.

Hasan yang sejak tadi menunduk, dengan perlahan mengangkat kepalanya menatap Adit, Maya, Arion dan Bapak kepala sekolah bergantian. Ada perasaan takut menyerang nya begitu melihat kewibaan Adit yang memang diatas rata-rata.

"Cepet" Bentak Ibu Hasan pada anaknya.

Dengan terbata akhirnya Hasan mulai membuka mulut "Ri-rion... Aku minta maaf sudah ngolok-olok kamu. Aku tau aku jahat tapi tolong maafkan aku ya. Aku janji, aku gak akan begitu lagi sama kamu"

Arion yang mendengar permohonan maaf dari Hasan langsung menimpali ucapan temannya itu "aku maafkan tapi jangan di ulangi lagi ya. Aku punya Papi kok sama kayak kamu, cuma Papi ku memang kerja di luar kota jadi Papi jarang dirumah. Aku juga minta maaf sudah nonjok kamu"

Setelah mendapat penyelesaian masalah ini, akhirnya pertemuan dadakan tersebut selesai.
Zara yang sedari tadi hanya menunggu diluar langsung mendapat titah dari sang kakak untuk mengurus segala keperluan pengobatan Hasan di rumah sakit yang lawannya mau.

"Kamu pakek mobil Mas. Biar Mas pulang sama Maya dan Arion. Segera hubungi Mas kalau terjadi apa-apa" Ucap Adit tegas sambil mulai berjalan menuju tempat parkir diikuti Maya dan Arion yang ada dibelakangnya.

"Mana kuncinya" Pinta Adit begitu mereka ada didepan mobil Maya. Maya yang kesal karena kemunculan Adit yang tiba-tiba, mulai mendebat keputusan mantan suaminya itu "aku bisa pulang sendiri. Kamu minta jemput Bagas saja"

"May, ada Arion disini. Biarkan aku ikut mobil mu atau kalau tidak kita pakai mobil ku"

Tak mendapat pilihan yang tidak ada untung nya sama sekali bagi nya, akhirnya dengan berat hati Maya memberikan kunci mobil pada Adit "nih" Ucap Maya kesal, sambil mulai membuka pintu belakang mobil.

Adit yang melihat itu, menatap tak percaya, dengan nada yang datar ia memberi perintah Maya untuk duduk di samping kemudi "duduk di depan, Abang duduk belakang"

Arion yang sejak tadi merasa bersalah hanya menuruti perintah ayahnya dengan diam, mendudukkan dirinya dengan tenang di kursi di bagian belakang.

Perasaan lelah karena hampir seharian ini berkelana, juga membuat Maya akhirnya pasrah dengan titah yang Adit kemukakan.

Mobil mulai bergerak meninggalkan pelataran sekolah Arion menuju villa. Keheningan menyelimuti perjalanan ketiga. Tak ada inisiatif dari Maya dan Adit untuk membuka pembicaraan, hingga akhirnya Arion lah yang memecahkan keheningan itu "Mami... Papi..." Panggil Arion pelan pada orang tuanya.

"Hmm..." Jawab Adit

"Apa Bang? Lapar?" Jawab Maya.

Nyali Arion menciut begitu mendengarkan jawaban dari Adit. Papi nya itu berubah menjadi tegas dan dingin daripada pertemuan keduanya terakhir tadi pagi "Abang minta maaf" Cicitnya pelan namun masih bisa Adit dan Maya dengar.

Maya yang menangkap nada ketakutan sang anak, menolehkan kepalanya pada Arion "Mami tau Abang selalu marah dikatain gak punya ayah tapi bukan berati harus mukul kan? Emang Mami pernah ngajarin mukul begitu? Mukul itu gak akan nyelesain masalah Bang, yang ada semakin menambah masalah. Jangan di ulangi ya Bang, cukup sekali ini aja"

"Tapi Abang gak suka Hasan ngatain Abang gak punya Papi, padahal Abang punya Papi. Dia gak percaya!" Ucap Arion menggebu-gebu. Bocah itu sedang membela dirinya sendiri atas tindakannya yang membuat biru beberapa bagian tubuh Hasan.

"Bang! Jangan ngomong kasar sama Mami, Papi gak suka" Ujar Adit dingin.

Lagi-lagi, Arion dibuat ciut dengan ucapan Adit. Sekali lagi, akhirnya Arion mengucapkan permintaan maafnya pada Maya.

"Abang boleh marah, Abang boleh gak terima tapi enggak buat mukul. Papi percaya Abang bisa mengendalikan diri setelah ini. Papi gak marah karena Papi tau Abang sedang membela diri dari Hasan tapi jangan di ulangi lagi ya, Abang bisa?" Pertanyaan Adit langsung diangguki oleh Arion.

"-- Semua salah Papi yang memang gak pernah nge dampingin Abang dari kecil tapi Papi minta, tolong perlakukan Mami dengan baik, jangan ngomong kasar sama Mami karena... Papi sudah terlalu banyak nyakitin Mami jadi Abang jangan ikut-ikutan nyakitin Mami, oke? Cukup Papi aja yang jahat, anak Papi harus jadi anak baik"

.
.
.

02062023

Borahe 💙

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang