61

2.8K 226 14
                                    

Karena Hawa berpotensi untuk membuat Arion tetap di tempat sedangkan Arion sendiri ingin pergi dari villa itu, keputusan yang bisa Maya dan Adit ambil, hanyalah mempercepat kepindahan Arion.

"Bawa Rion pergi segera Dit, aku gak mau Hawa semakin lama semakin tidak ingin berpisah" Ucap Maya lesu.

Keinginan Adit untuk berbicara berdua dengan Maya, akhirnya terpenuhi meski Hawa lah penyebab kedua nya bisa duduk bersama.

Awalnya Adit merasa rengekan Hawa akan menjadi titik balik dimana Maya tidak akan bisa menolak ajakan rujuk nya, namun yang terjadi malah sebaliknya. Tak sampai lama Adit mendudukkan dirinya di kursi belakang villa, Maya sudah mengultimatum nya untuk membawa Arion pergi.

Tolong, garis bawahi, MEMBAWA ARION PERGI.
Bukan meminta Arion tinggal, tapi Maya memintanya pergi.

Untung saja Arion tidak mendengar ucapan Maya saat ini, andai ia mendengarnya sudah dipastikan tidak hanya Hawa akan yang akan tersakiti tapi juga Arion karena bocah itu pasti merasa, ibundanya sudah mengusirnya dari rumah.

"Tapi Maya, semua masih bisa dibicarakan. Kita cari solusinya bersama"

"Kamu mengajak ku mengulang kisah yang sama Dit? Mungkin kalau kamu datang lebih cepat aku akan mengiyakan tapi sekarang... Aku tidak bisa"

Lagi, lagi kilatan masa lalu berputar di kepala Maya. Bagaimana cara mereka bertemu, bagaimana proses mereka bisa menikah, bagaimana Arion bisa ada, bagaimana ia terpaksa menyerahkan diri dan bagaimana ia akhirnya hatinya dihancurkan.

Oke, Maya akui saat itu ia kalah. Hanya dengan perlakuan Adit yang mendadak baik dan adegan di malam panas yang begitu lembut itu, ternyata cukup membuat hatinya menghangat. Ada jantung yang akhirnya berdegup kencang setelah sekian lama terikat masa lalu yang kelam.

Adit memang obat atas rasa tidak percayanya pada laki-laki sekaligus penyebab luka yang sudah di sembuhkan nya sendiri.
Dan Maya tidak ingin luka itu semakin membesar apabila mereka bersama.

"Aku masih tinggal di rumah kita yang lama dan di kamar mu" Ucap Adit mulai bercerita "kamu tau kenapa aku memilih kamarmu? karena disana, aku bisa mengingat kenangan kita"

Proses lama yang membuatnya akhirnya sadar bahwa memang ada sesuatu yang ia rasakan pada Maya. Bukan lagi tentang butuh, tapi tentang rasa yang sering kali tak pernah ia sangka akan ada, tak pernah ia mau hadirnya.

"Mungkin kamu akan menyebutku lelaki tidak tau diri atau bahkan lelaki brengsek sekalipun, aku tak masalah. Aku tau salah ku, May. Aku bahkan akhirnya sadar kamu punya tempat tersendiri disini" Ucap Adit lagi sambil menunjuk dadanya.

Fakta bahwa Adit masih tinggal di rumah mereka yang dulu, cukup membuat Maya terpana, apalagi kamarnya lah yang lelaki itu tinggali. Sungguh di luar dugaan.

Lelaki yang Maya kenal dengan egoisnya, sikap semena-menanya, tidak mau harga dirinya diinjak-injak, dan super kejam di depannya ini, tiba-tiba mengakui perasaan yang harusnya Maya dengar sejak dulu.

"Semua sudah terlambat Dit. Itu tidak akan mengubah apapun yang ada saat ini. Aku hanya melihatmu sebagai Papi anak-anak, tidak lebih. Hati ku sudah memilih orang lain dan kamu juga tau bukan siapa yang aku pilih" Tegas Maya lirih.

Ada perasaan bersalah saat menyadari penolakannya pasti akan membuat luka di hati Adit tapi ia tak bisa melakukan apapun, ada rasa takut akan tersakiti kembali menghantui. Maya bahkan sudah merelakan Arion untuk dibawa pergi meski nantinya setiap malam tangisnya akan mengatakan bahwa ia merindukan anak sulungnya itu.

"Kamu yakin dengan Dokter itu? Dia lebih baik dari ku?" Mendengar pertanyaan Adit, Maya sedikit tersenyum miring. Sikap sombong Adit masih tetap ada meskipun lelaki itu berusaha berubah menjadi lebih baik di depan Maya.

Maya mendesah pelan, lalu ditatap nya Adit dalam-dalam "setelah perceraian kita, aku menunggumu, Dit. Sekuat hati aku menjaga diri untuk tidak jatuh hati dengan siapapun dan menjaga agar orang lain juga tidak menyukai ku. Tapi akhirnya aku gagal melakukan itu karena aku lelah untuk menunggumu"

"-- kamu berhasil membuat ku jatuh sedalam-dalamnya Dit. Tapi setelah itu aku sadar, aku tidak bisa seperti itu terus menerus, aku harus bangkit dan melanjutkan hidup ku"

"-- lalu setelah semua pencapaian dari usaha ku berhasil, kamu mau menghancurkan nya? Kalau perceraian kita hanya karena emosi sesaat mu, maka hal itu sungguh disesalkan. Akan tetapi rasa sesal tidak selamanya bisa mengembalikan sesuatu yang sudah rusak, karena sesuatu yang sudah rusak itu perlu di buang dan diganti yang baru"

"-- aku pernah mencoba mengejar orang yang salah yang aku cinta tapi yang ku dapat hanya ribuan luka, jadi biarkan kali ini aku mengejar cinta di orang yang tepat, sekalipun nantinya cinta ku tidak terbalas, setidaknya aku berbangga telah melakukan yang terbaik yang aku bisa"

Pengakuan cinta yang harusnya Maya ungkapkan sejak dulu, hari ini akhirnya ia utarakan di depan orang yang sangat terlambat untuk membalasnya. Miris sekali rasanya, saat keduanya saling mengungkapkan perasaan mereka tapi keadaannya tidak lagi sama.

"Jangan menangis" Ucapan yang selalu sama Adit agungkan saat ia melihat mata Maya basah. Namun kali ini ada yang berbeda, lelaki itu langsung meraih Maya untuk masuk kedalam peluknya dan mencoba menenangkan mantan istrinya tersebut.

Mencoba merasakan sakit yang Maya rasakan akibat tindakan gilanya. Bahkan setelah hampir sepuluh tahun terlewati, wanita yang menjadi ibu dari anak-anak nya ini masih begitu terlihat sakit karena luka yang sempat ia torehkan.

Dengan kasar Maya melepaskan pelukan Adit lalu menghapus air matanya, meski matanya kembali berkabut, Maya tidak berhenti karena Maya ingin mencoba untuk terlihat baik-baik saja dihadapan mantan suaminya itu "satu hal yang tidak kamu miliki dan dia miliki adalah bagaimana cara dia untuk tidak membuat ku menangis. Dia adalah orang yang tidak akan pernah membuat air mata itu keluar dari mata ku, Dit"

"Ternyata dia sebaik itu ya?" Jawab Adit sambil tersenyum miring. Ia mengasihi dirinya sendiri yang benar-benar tidak mempunyai kesempatan untuk membawa Maya kembali.

"Satu-satunya yang membuatnya lebih unggul dari mu hanya satu, yaitu... Dia tidak pernah menyakiti ku seperti halnya kamu dulu"

"-- dan yang paling penting, dia tidak pernah memperdulikan orang lain selain aku, Dit" Maya menarik nafasnya pelan lalu menyambung ucapannya yang memang belum selesai "apa menurutmu, aku bisa menolak pesona nya yang sebegitu sempurna? Jelas tidak Dit. Jadi aku mohon mari berjalan di jalan masing-masing. Aku yakin anak-anak akan paham suatu saat nanti kenapa kita memilih jalan ini"

"Semoga kamu bahagia. Malam ini aku akan membawa Arion pergi jadi tolong tenangkan Hawa dan beri pengertian Adam bahwa mereka tidak sedikitpun akan kehilangan Abangnya"

.
.
.

26062023

End

Borahe 💙

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang