7

4K 213 3
                                    

Bloam.

"Jangan ceramah dulu, oke? Aku ada penerbangan jam sepuluh pagi jadi tolong antarkan ke bandara"

Maya hanya menggelengkan kepalanya mendengar penuturan orang yang baru saja memasuki mobilnya.

Diberikannya jas dokter yang biasanya ia gunakan untuk mengobati pasien pada orang tersebut "pakai itu" Perintahnya.

"Terima kasih sayang" Ucap manja orang yang sudah duduk disamping Maya.

"Terlalu bahaya untuk pergi sendiri dengan pakaian minim begitu Sella. Berapa kali sih, aku harus ngasih tau kalau kamu itu cantik? Tapi akan lebih cantik lagi kalau kamu nutup auratmu"

"Ceramah dimulai" Ucap Sella sambil sedikit tertawa.

Iya, wanita yang baru saja masuk kedalam mobil Maya, tak lain, tak bukan adalah Sella sahabat Maya sejak lama.

Sella menghubungi Maya beberapa saat lalu dan mengatakan bahwa ia sedang berada di Surabaya.

Awalnya Maya kira sahabatnya itu baru saja sampai tapi ternyata Sella sudah beberapa hari yang lalu di kota ini tanpa mengabarkan apapun padanya.

"Kamu dengerin aku gak sih, Sell?"

"Iya denger tapi pacar ku suka aku begini, gimana dong?"

"Putusin lah" Jawab Maya tanpa dosa.

Sella yang mendengar saran dari sahabatnya itu cukup tekejut "gila kamu! Gak mau lah, aku sayang dia tau"

"Dia? Sayang kamu juga? Atau cuma nafsu sama kamu?"

"Apaan sih May, gak seru ah.."

Saat mobil yang Maya kendarai berhenti di lampu merah, ia memalingkan wajahnya kearah Sella "Sell kalau dia sayang sama kamu, dia gak akan rela tubuh kamu diliat orang lain selain dia"

"Kayak suamimu gitu maksudnya? Nyuruh kamu buat baju panjang kemana mana, tapi apa yang kamu dapat dari pelakuannya itu? Hubungan kalian bahkan diam ditempat meski dia memperlakukanmu begitu May"

Maya terdiam dengan ucapan yang Sella tutur kan.

Memang benar apa yang Sella katakan itu sebuah kenyataan tapi entah mengapa hati kecilnya sedikit tidak terima akan semua itu.

Adit memang menjaganya sesuai marwahnya. Lelaki berstatus suaminya itu juga menyuruhnya untuk tetap anggun dengan baju panjangnya. Akan tetapi itu hanya sebatas perintah semata, bukan sebagai bukti kemajuan untuk hubungan keduanya. Hanya menjaga tanpa ada niat apapun termasuk menerima keterikatan mereka.

"Sudahlah May. Kita sama sama sedang berjuang dijalan kita masing masing kan? Kamu berjuang untuk rumah tanggamu dan aku berjuang untuk menaikkan hubunganku ke level berikutnya dan mencari restu orang tuanya, oke?" Kata Sella lagi.

Wanita yang sedang dibalik kemudi itu hanya mengangguk anggukkan kepalanya. Ia tau betul watak sahabatnya itu bagaimana, Sella akan berubah ketika ia akhirnya harus dihadapkan dengan kejadian yang menurutnya besar.

"Kamu gak berniat mengenalkan aku pada pacarmu itu?" Tanya Maya mulai mengalihkan topik ke hal hal yang ringan.

"Tidak"

"Kenapa?"

"Kenalkan aku pada suamimu dulu setelah itu aku mengenalkanmu pada pacarku"

"Tak perlu"

"Kenapa May? Kamu bahkan tidak mengirim foto pernikahan kalian padaku. Apa yang sebenarnya terjadi selama aku tidak pernah berkunjung kesini?"

Dengan gelisah Maya menjawab "ti-tidak ada yang terjadi apapun"

"Kamu berbohong! Aku mengenalmu lama May jadi aku tau bagaimana kamu. Jangan dilanjutkan kalau memang kamu tidak bahagia. Aku yakin Papa Rohan tidak pernah mendesakmu menikah selama ini, lalu apa yang membuatmu nekat menikah dengan lelaki ini? Apa kau menyukainya lebih dulu?"

Maya mengehembuskan nafasnya kasar. Memang hidupnya sudah berubah sejak kematian sang mama tapi hidupnya semakin berubah saat ia memutuskan menikah dengan Adit.

Mungkin bisa dibilang, Maya salah mengira semua akan baik baik saja setelah ia menikah. Apa yang Namanya wasiatkan akan bisa ia laksanakan dan bonusnya Maya punya teman berbagi.

Terlalu muluk kalau Maya meminta Adit menjalankan perannya dengan baik sebagai suami. Ia berpikir setidaknya saat status aslinya tidak bisa dilakukan, ada baiknya mereka berteman. Dan ternyata berteman pun tidak mereka lakukan.

Kehidupan keduanya makin terpisah jauh dan makin mendingin dengan sendirinya meski tinggal dalam satu atap. Bayangkan saja sudah hampir empat bulan dan tak pernah ada cerita mereka duduk bersama hanya untuk menceritakan bagaimana hari mereka. Sungguh miris.

"Aku belum menyukainya Sell, tapi aku selalu menganggapnya suamiku"

"Tapi dia tak pernah menganggap kamu sebagai istrinya kan? Lalu apa baiknya untukmu kalau kamu masih tetap menjalani pernikahan ini May?"

"Ibunya, Sell. Ibunya.."

Sella menghantam pintu mobil dengan kesal. Ia tau pasti hati kecil sahabatnya itu sedang mencoba mengasihi orang lain dengan mengorbankan hidupnya sendiri "kamu bisa menolong orang lain dengan cara lain May. Kenapa harus dengan menikah?" Ucap Sella gemas.

"Ibunya sahabat Mama, Sell. Aku bisa ngeliat Mama dari sosok beliau. Aku rindu Mama, Sell" Maya mulai menepikan mobilnya karena butiran kristal dimatanya sedikit menghalangi pandangannya. Wanita itu tak mau akibat kecerobohan nya membuat pengendara lain celaka.

Setelah memastikan mobil yang dinaiki berhenti sempurna Sella langsung mendekap tubuh sahabatnya yang bergetar itu "aku tau May. Aku juga merindukan Mama sepertimu meski aku bukan anak kandungnya, tapi tolong jangan membuat dirimu sendiri menderita hanya untuk membahagiakan orang lain"

"-- kamu harus bahagia agar bisa membahagiakan orang lain, May. Jadi aku mohon lepaskan apapun yang membuatmu terluka"

Maya hanya terdiam mendengar penuturan Sella. Isak tangisnya masih terasa namun sudah tak terlalu parau tadi.

"Kamu tau Sell bagaimana Mama mertua ku memperlakukan aku? Aku tak pernah dianggapnya menantu, aku sudah dianggapnya seperti anaknya sendiri dan mungkin bahkan saat ini kedudukanku lebih tinggi dari suamiku" Ucap Maya masih mencoba menolak usul yang Sella berikan.

Sella menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Entah bagaimana caranya menjelaskan pada sahabatnya itu bahwa apa yang telah Maya lakukan itu akan melukainya sendiri cepat atau lambat.

"Mungkin aku salah dengan menyarankan perceraian padamu tapi aku benar benar tak ingin melihatmu terluka May"

"Aku tau, aku paham tapi tolong kali ini biarkan aku menjalaninya sendiri. Sekalipun nantinya aku terluka, aku janji tidak akan merepotkanmu"

"Apa yang kamu katakan! Aku sahabatmu jadi jangan tanggung semuanya sendiri. Kalaupun kamu tetap ingin menjalani ini semua, aku punya cara agar semua bisa membaik"

"Apa itu?"

"Membuat suamimu jatuh cinta padamu"

"Bagaimana bisa membuatnya mencintaiku, Sell kalau dia sudah memiliki wanita lain jauh sebelum aku menikah dengannya"

.
.
.

20112022

Borahe 💙

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang