28

4.1K 215 6
                                    

"Hadiah terbaik adalah apa yang kamu miliki saat ini, dan takdir terbaik adalah apa yang kamu jalani saat ini"

Itu kata orang bijak.

Tapi bagi ku.

Tak ada yang baik dari takdir yang ku jalani saat ini.

Bagaimana bisa, menjadi janda saat usia pernikahan belum genap tiga tahun menjadi takdir terbaik?

Allah benar benar sedang meremukan seluruh yang ku punya, terlebih hati ku.

Berharap lebih pada makhluk-Nya lah, sepertinya itu yang menjadi poin kesalahan ku sehingga Allah murka.

Apa aku salah mulai menaruh hati pada suamiku sendiri? Bukan kah itu salah satu usaha untuk ku mempertahankan rumah tangga ku? Aku rasa iya.

Tapi ternyata,

Itu salah. Karena sebelum aku bisa mengusahakannya, aku dipaksa mundur oleh keadaan dan mengakui semuanya sudah GAGAL.

Ya, Pernikahan yang baik bukanlah pernikahan yang bisa kita dapat dengan mudah, karena sejatinya pernikahan yang baik itu adalah hubungan yang terus menerus selalu diupayakan.

Dan waktu pengupayaan itu sudah habis, sejak turunnya talak dari mulut Adit, mantan suami ku.

Benar bukan sebutannya?

MANTAN SUAMI.

Aditya Wisnu Wardhana, mantan suami ku itu sebulan yang lalu membuat ku menangis hebat, mengabaikan semuanya termasuk Arion karena sakit hati ku atas lenyapnya pernikahan kami yang baru seumur jagung ini.

Mata ku bengkak, badan ku mulai mengurus, dan produksi Asi ku berkurang. Aku terlalu terluka untuk itu.

Apalagi mengingat fakta bahwa Papa ku lah yang meminta kami bercerai, dan tidak adanya perlawanan dari Adit membuat ku akhirnya menyadari, bahwa hanya aku yang ingin menulis cerita ini.

Tokoh utama di cerita ini yang ku lukis dengan indah, sudah ingin sesegera mungkin sampai di bab akhir. Belum lagi tokoh pendamping yang memang ingin cerita ini ditutup.
Aku bisa apa?
Lalu dengan siapa aku bisa menulis cerita ini? Sedangkan semua tokoh nya ingin pergi?

Entah lah...
Aku tidak tau.

Aku bahkan tidak ada bayangan apapun tentang esok.

Yang ada dibenak ku saat ini, aku hanya harus pergi.
Menjauh dulu, untuk terbiasa dengan keadaan yang tak lagi sama.

Dan salah satu cara ku menjauh adalah dengan mengundurkan diri dari tempat kerja ku, serta melimpahkan klinik kecil ku pada teman yang bisa ku percaya yaitu Dokter Agnes.

"Terus lu kapan balik?" Tanya Dokter Agnes kala ia sudah menyanggupi untuk tetap memberikan pengobatan sebaik baiknya di lingkungan yang dibawah rata rata.

"Aku usahakan secepatnya" Jawab ku datar.

"Lu bisa share masalah lu sama gue, May"

Aku tak ingin menjawab ucapan Agnes sama sekali. Bagi ku, semua tidak akan kembali seperti semula meski aku berkoar koar pada nya.

"Aku pulang dulu. Makasih ya udah bantuin" Kami berjabat tangan dan aku segera menuju ke tempat selanjutnya yang ingin ku tuju.

Rumah sakit tempat ku bekerja.

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang