43

4K 296 2
                                    

Pintu utama villa yang Maya dan anak-anaknya tempati terbuka, ada Adam yang hanya masuk seorang diri membuat perasaan Maya sedikit tidak nyaman.

"Assalamualaikum Mami" Ucap Adam dengan ceria begitu masuk kedalam rumah.

Maya yang memang selalu menunggu anak-anaknya didekat pintu, seketika memasang senyum dan merentangkan tangan "waalaikumsalam... Kakak sudah pulang? Tapi kok sendirian? Abang mana?" Tanya Maya saat Adam sudah berada dalam pelukannya.

"Abang di belakang lagi ngobrol sama temennya Mami" Jawab Adam setelah mengurai pelukan keduanya.

Benar tebakan Maya, bahwa keberadaan Adit bukan hanya untuk melihat kehidupan dirinya saja tapi juga untuk kembali ke tempat nya semula, dengan menggunakan Arion sebagai umpan.

"Ohh iya. Sekarang Kakak masuk kamar ya siap-siap berangkat sekolah, Mami nungguin abang dulu"

Adam menganggukkan kepalanya begitu mendengar perintah sang ibunda. Dengan senyum khas anak anak, bocah tujuh tahun itu masuk kedalam kamarnya, menyisakan Maya yang sedang gelisah.

Disisi lain, Arion yang sedang berjalan beriringan dengan Adit tiba-tiba menanyakan pertanyaan keramat, yang Adit sendiri bingung harus bagaimana menjawabnya "Om siapa?" Tanya Arion.

Langkah kaki Adit lagi, lagi terhenti. Sejujurnya, ia sudah mempersiapkan diri akan pertanyaan ini, hanya saja panggilan yang Arion sematkan cukup membuatnya tak enak hati karena mau seberapa baik pun Adit mempersiapkan diri, tetap tak ada yang akan baik baik saja saat anak kandung nya memanggil ayah nya dengan sebutan yang tak semestinya.

Mungkin dari semua kejadian yang sudah terjadi delapan tahun ini, memang sangat wajar bagi Arion memanggil Adit dengan sebutan "Om" karena semua masih beralasan dan alasan terkuatnya adalah karena Adit tak pernah membersamai Arion sejak Arion mulai bisa mengenali orang.

Tapi tetap saja, ada sebagian hati Adit yang sakit saat Arion memanggilnya seperti orang lain padahal Arion darah dagingnya.

"Nanti tanyakan sama Mami ya" Jawab Adit sambil melangkahkan kaki kembali menuju villa.

Adit lebih memilih bermain dengan aman.
Bukan karena ia tak ingin di akui, tapi sepertinya ia perlu mengetahui medan terlebih dulu sebelum mulai melakukan serangan. Ia cukup paham bukan hanya hatinya yang harus di jaga, tapi juga hati Arion perlu ia pertimbangkan agar kelak saat Arion tau kebenarannya ia tak sakit hati atau membenci nya.

"Kenapa harus nunggu Mami?"

"Karena Mami punya jawaban terbaik nanti"

Arion menganggukkan kepalanya tanpa melawan sedikit pun. Ada perasaan haru saat melihat kepatuhan Arion, bocah lelaki di sampingnya ini terlihat begitu dewasa. Mungkin kalau anak diluar sana akan mendebat nya karena tidak memberikan jawaban yang memuaskan, lain hal nya dengan Arion, ia lebih memilih diam dan patuh.

Hal itu, membuat Adit diam diam berbangga hati dengan didikan Maya yang patut ia acungi jempol. Meski tak bisa dipungkiri bahwa ada sisi lain dari Arion yang mungkin sedikit harus dipoles. Arion terlalu dingin untuk anak seusianya.

"Bang..." Panggil Maya pada Arion saat ia melihat Arion dan Adit masuk bersamaan kedalam lingkungan villa.

Hati kecil Maya tercubit ketika ia melihat pemandangan yang memang seharusnya terjadi sejak lama.

Pemandangan seorang ayah dan seorang anak sedang berjalan bersama pulang dari masjid sesudah menunaikan sholat subuh.

Sungguh indah bukan? Seperti gambaran di novel-novel islami yang sedang booming saat ini. Gambaran akan keluarga harmonis tanpa ada nya tangis.

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang