47

4.3K 278 7
                                    

"Aku akan tetap memilihmu tidak peduli berapa kali kamu menolaknya"

"Pergilah, aku harus bekerja"

"Aku bakalan buktiin ucapan ku, May" Janji Adit menggebu sebelum akhirnya meninggalkan halaman depan villa Papa nya.

Maya hanya mendesah pelan sambil merapikan wajahnya dari sisa-sisa air mata. Ia tak ingin anak-anaknya melihatnya menangis setelah berbincang dengan lelaki sebelumnya, terutama si bungsu Hawa, yang super menolak saat ada saja lelaki yang mencoba mendekatinya.

"Mami lama banget sih ngobrol sama Om itu? Ngomongin apa?" Tuh kan, baru saja Maya batin, langsung saja Hawa sudah berada didepannya, lengkap dengan kedua tangan di samping tubuh nya.

"Om itu Papi nya Abang, jadi yang sopan Dek" Kata Arion yang saat ini berjalan mendekat kearah ibu dan adiknya.

Hawa menatap Maya dan Arion bergantian, mencoba mencerna apa yang abangnya ucapkan "Papi? Kok cuma Papi nya Abang? Papi nya Adek mana? Bukannya Papi kita sama?"

"Kita sharing Papi, oke? Papi Abang juga Papi Adek kok"
Bukannya senang akan penjelasan Arion, yang dengan rela mau membagi sang Papi dengan sodaranya, Hawa malah terlihat semakin menekuk wajahnya berkali-kali lipat.

"Gak mau!! Adek mau Papi Adek sendiri!! Dimana Papi Adek, Mami?" Rengek Hawa sambil menghentai-hentakkan kakinya ke lantai.

Bocah perempuan itu sebelumnya tidak pernah ingin mengetahui sosok sang ayah yang sudah menelantarkan hidupnya dan Adam, tapi mendengar Arion tahu dan bisa bertemu dengan ayah kandungnya membuatnya iri.

"Nanti sepulang sekolah Adek pergi sama Mami ya. Mami bakalan ceritain semua tentang Papi Adek, Adek mau?" Ujar Maya mencoba mendinginkan amarah anak bontot nya itu.

Mendengar penawaran Maya, membuat Hawa berpikir keras. Bocah itu sedang bingung antara mengiyakan ataupun menolak apa yang membuatnya penasaran. Rasa sakit yang sudah lama ia dan sodara kembarnya rasakan sebelumnya akibat bully-an tidak memiliki ayah, membuat keduanya menutup telinga akan sosok lelaki yang membuatnya hadir di dunia. Tak peduli seberapa bagus Maya mendongeng akan sosok ayahnya, kakak beradik itu akan selalu menjadi orang pertama yang pergi berlalu.

"Gimana Adek mau?" Tanya Maya mencoba meyakinkan kembali.

Maya paham betul, semua anaknya berhak tau seperti apa sosok ayah mereka karena kelak sejelek apapun tingkah sang ayah, terutama Hawa yang akan tetap membutuhkan ayahnya saat dewasa.

"Kakak gak mau!" Jawab Adam yang baru saja bergabung bersama mereka.

"Adam!! Abang gak pernah ngajarin kamu untuk ngebentak Mami ya, minta maaf sekarang juga" Ucap Arion bengis. Bocah lelaki itu sudah mencoba menahan amarahnya ketika melihat adiknya berlaku tidak sopan.

"Bang... Udah" Maya melerai.

"Maaf Mami, Kakak salah. Tapi Kakak tetep gak mau tahu tentang Papi!"

"Kak... Jangan kayak gitu dong. Adeknya harus dikasih contoh yang baik" Kata Maya mencoba membujuk Adam.

"Kakak cuma punya Daddy Azwin, gak mau yang lain!"

Desahan panjang keluar dari mulut Maya. Sangat sulit baginya saat dua anak kembarnya bertingkah seperti ini. Mereka terlalu kaku untuk anak kecil usia delapan tahun.

"Oke, oke Mami nyerah. Sekarang kita sarapan ya setelah itu Mami antar kalian ke sekolah, oke?"

Sepertinya kejadian yang berhubungan dengan Maya dan Adit selalu saja ada. Terbukti saat sudah datang di tempat Maya bekerja, wanita sempat melihat mobil Adit terparkir diparkiran mobil rumah sakit. Untungnya, Maya tidak melihat ada nya sosok Adit disekitaran situ, sehingga memudahkannya untuk menghindari mantan suaminya itu.

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang