19

3.7K 192 1
                                    

Tinggal ditempat lebih kecil membuat semua pergerakan setiap penghuninya bisa diketahui secara terang terangan. Ada tiga kamar didalam rumah singgah mereka ini, satu kamar untuk Adit, satu kamar untuk Maya dan Arion serta satu kamar untuk Bi Narti dan Suster. Tak banyak ruangan didalam nya, hanya ada dapur dan ruang tamu yang berfungsi sebagai ruang keluarga juga.

Jadwal Maya hari ini hanya berdiam diri dirumah saja, hari liburnya ia habiskan dengan Arion sejak tadi pagi dan saat ini ia sedang memasak untuk makan malam anak kecil itu sambil memperhatikannya dari jauh.

Arion sedang duduk dikursi makannya, memamah biskuit yang sejak tadi menjadi camilan pengganjal sambil menunggu makan malamnya siap. Namun bukan Arion saja yang berada di ruangan itu, ada Adit masih dengan baju kerjanya, sejak tadi mengamati bayi kecil itu, ia bahkan lupa seharusnya ia membersihkan dirinya lebih dulu, sebelum berinteraksi dengan makhluk termuda di apartemen ini.

"Mas Adit gak disuruh ganti baju dulu Mbak?" Tanya Suster Ina yang sejak tadi membantu menyiapkan makanan untuk Arion dan seluruh keluarga.

Maya hanya menghembuskan nafasnya pelan, tapi tak urung langkah kakinya mendekati kedua manusia tersebut.

Dari jauh Bi Narti tersenyum lebar melihat banyaknya perubahan yang terjadi dirumah tangga majikannya itu.

"Sudah selesai masaknya Sus?" Tanya Bi Narti pada Suster Ina.

Suster Ina hanya menggeleng pelan sambil tetap mengamati gerak gerik Maya dan Adit sejak tadi "andai mereka benar benar keluarga kecil yang saling mencintai, pasti Rion lebih bahagia dari sekarang ya Bi"

"Doakan saja Sus, keberadaan Arion bisa menyatukan Mami Papi nya"

Suster Ina hanya menganggu pelan. Setelahnya ia hanya diam menyimak percakapan Maya dan Adit dari tempatnya berdiri.

"Kamu gak ganti baju dulu?" Tanya Maya pada Adit yang masih setia menguapkan potongan potongan kecil biskuit pada mulut Arion.

"Nanti" Jawab Adit singkat tanpa perlu menoleh pada Maya.

Maya yang tidak suka dengan respon Adit, langsung mengangkat tubuh Arion dan membawanya ke arah dapur.

"May... Dia belum kenyang" Teriak Adit tak terima mainnya dibawa kabur.

"Rion gak mau main sama Papi yang masih bau badan" Jawab Maya sambil menahan tawanya.
Suster Ina dan Bi Narti pun ikut tersenyum kecil mendengar perdebatan keduanya.

Adit yang mendapat serangan telak hanya terdiam, kemudian mengendus endus lengan dan ketiaknya untuk memastikan kebenaran ucapan Maya. Namun bukannya mencium bau badannya, yang ada Adit malah mencium baru parfumnya sendiri.

"Awas kamu ya May" Geram Adit sambil masuk ke dalam kamarnya sendiri.

Maya yang mendengar Adit menggerutu hanya bisa tersenyum lebar sambil beberapa kali menciumi pipi gembul Arion "jangan kayak Papi mu ya sayang, dikit dikit marah, dikit dikit kesel. Gak baik gitu itu"

"Mas Adit banyak berubah ya Mbak" Ujar Bi Narti sambil memotong wortel.

Tak tau harus berkomentar seperti apa, tapi yang jelas Maya membenarkan apa yang Bi Narti katakan. Bukan tanpa alasan Maya menyetujui ucapan Bi Narti, karena Maya sadar betul, kadang Adit malah lebih dulu pulang kerumah ketimbang dirinya. Padahal saat sebelum pindah ke apartemen ini, Adit akan dikatakan pulang lebih awal apabila ia sudah tiba dirumah sebelum pukul delapan tapi akhir akhir ini bahkan sehabis magrib, lelaki itu sudah duduk manis sambil menemani Arion bermain.

"Semoga Mas Adit, Mbak Maya dan Rion bahagia selalu ya Mbak.." Doa tulus Bi Narti hanya mampu Maya aminkan dalam hati. Ia tak ingin terlalu banyak berharap pada Adit. Bukan tak ingin semuanya terwujud, hanya saja Adit bukan tipe lelaki yang senang menunjukkan perasaannya dan Maya tak ingin terjebak dalam perasaan yang hanya ia sendiri miliki.

"Semangat ya Mbak" Suster Ina menimpali.

"Semangat buat apa?" Tanya Maya heran.

"Semangat mengambil hati suami. Hahaha"

Maya hanya tersenyum tipis, sambil mengusap usap kepala Arion "itu nomor kesekian Sus, yang penting buat saya, Rion bisa seperti anak yang lainnya, punya keluarga yang utuh"

"Jangan seperti itu Mbak... Keluarga yang utuh itu keluarga yang harmonis dan itu semua perlu diperjuangkan" Tambah Bi Narti.

"Harmonis? Seperti ini saja, saya sudah bersyukur Bi jadi rasanya saya serakah apabila saya menginginkan lebih dari ini"

"Mbak boleh menginginkan lebih dari ini asal Mbak juga melaksakan kewajiban Mbak dengan baik"

"Kewajiban?"

"Iya kewajiban mencintai pasangan yang kita nikahi"

Lagi, lagi, Maya langsung terdiam begitu mendengar nasehat dari Bi Narti. Begitu juga Adit yang mendengarnya dari balik pintu kamarnya.

Tadinya Adit akan langsung keluar dari kamarnya dan merebut paksa Rion dari tangan Maya namun langkahnya terhenti begitu mendengar perkataan Bi Narti.

Rasanya terlalu jahat untuknya apabila hanya Maya saja yang harus melaksakan kewajiban itu, sedangkan dirinya sendiri masih susah menerima kehadiran Maya dalam hidupnya. Semua perhatiannya masih tertuju pada kekasihnya yang belum bisa ia temukan. Dan Arion, hanya Adit anggap sebagai pengalihan atas semua masalah yang sedang ia hadapi.

Kejam memang, tapi itulah kenyataannya.

Karena di lubuk hatinya yang terdalam, Adit masih ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan kekasih yang sudah lama meninggalkannya. Padahal jelas jelas, ia tau betul, ia ditinggalkan karena sifat buruknya.

Meminta kekasihnya menggugurkan kandungan nya, hanya untuk keselamatannya seorang diri, bukankah ia terlalu keji?

Lalu bagaimana orang yang begitu biadab ini harus mewujudkan keinginan banyak orang untuk melukis keluarga yang harmonis?

Mustahil bukan?

Membuat dirinya bahagia saja tidak bisa, apalagi membahagiakan anak orang lain?

Padahal pada dasarnya rumah tangga itu saling membahagiakan, bukan saling menyakiti dan memainkan drama baik baik saja dihadapan orang lain kan?

.
.
.

05022023

Borahe 💙

Bukan Drama Korea Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang