85. Dilema

595 44 6
                                    

💙 Mas Rezky

Aku menghembuskan napas secara perlahan. Mencoba memberi keyakinan padaku, kalau semua ini pasti akan bisa kulewati dengan lancar. Hanya harus bersabar dan berusaha lebih giat lagi, aku yakin, semua ini pasti bisa diatasi dengan baik ke depannya.

Ya Allah.

Semoga aku tak harus kehilangan salah satunya. Semoga, wanita-wanita yang kusayangi tetap bisa kupertahankan untuk berada di sisiku sampai aku menutup usia. Entah itu Ibuku, atau calon istri dan juga calon anakku, semoga mereka akan tetap berada di pihakku selamanya. Semoga aku bisa meyakinkan mereka semua, dan membuat mereka juga percaya, kalau pilihanku memang sudah benar dan tepat untuk kami semua.

Aamiin.

Aku menolehkan kepalaku, untuk melihat jam dinding yang terpasang di dalam kamarku.

Sudah hampir satu jam, bahkan azan isya juga sudah berkumandang. Tapi Rina dan Elysia belum juga kembali datang.

"Apa Rina lagi lanjut masak ya?"

Aku bangkit berdiri dari atas tempat tidurku. Ingin mengecek apakah Rina benar-benar sedang memasak atau tidak di rumahku. Karena tadi, kalau aku tak salah dengar, Rina bilang, kalau dia akan menyiapkan nasi dan juga sop ayam untukku.

Aku memijat pelipisku, karena tiba-tiba, kepalaku terasa pening sekali dan seperti berputar-putar saat aku sedang berjalan.

Jadi kini, aku berjalan perlahan sambil berpegangan, saat aku menuruni setiap anak tangga untuk menuju dapur yang ada di lantai satu.

Tapi saat aku sudah sampai di dapur, aku terkejut luar biasa. Karena yang kulihat saat ini, bukanlah Rina dan Elysia.

"Loh, Diba? Kok kamu ada di sini?"

Diba yang tadinya sedang menutup panci sop yang ada di atas kompor lekas menoleh setelah mendengar panggilan dariku.

"Mas Rezky udah bangun?"

Aku menganggukkan kepalaku, "Iya. Kamu belum jawab pertanyaanku tadi, Dib. Kenapa kamu bisa ada di sini?"

"Tadi, Mas Satrio yang minta aku buat datang ke sini, Mas. Katanya, Mba Rina telepon, kasih kabar, kalau Mba Rina dan El, ada acara penting yang harus segera didatangi. Tapi karena Mas Satrio sama Mba Mita masih harus jagain tamu, jadi aku yang disuruh ke sini dulu buat ngecek keadaan Mas Rezky."

Aku sedikit bingung dengan penjelasan yang Diba sampaikan saat ini.

"Mas Rezky mau makan? Tadi, Mba Rina udah masakin nasi sama sop ayam buat Mas Rezky. Mas Rezky mau makan sekarang? Kalau iya, biar langsung aku siapkan," kata Diba membuyarkan lamunanku.

"Sebentar, Dib. Jadi, kamu ke sini, karena disuruh sama Satrio?"

Diba langsung mengangguk ke arahku, "Iya, Mas. Kata Mas Satrio, karena Mba Rina yang telepon."

"Rina yang telepon?"

Diba mengangguk lagi, "Iya, Mas. Mba Rina yang telepon Mas Satrio. Aku nggak tahu pasti pesan penting dari Mba Rina ada apa aja, tapi aku cuma disuruh ke sini buat jagain Mas Rezky, sebelum nanti, Mas Satrio dan Mba Mita yang datang setelah selesai ngurus semua tamu di Sari Laut."

"Terus, sekarang, Rina sama El, ke mana?"

"Udah pulang, Mas."

"Pulang?" tanyaku jelas terkejut luar biasa.

"Iya, Mas. Tadi, waktu aku sampai di sini, Mba Rina sama El udah nunggu aku di depan. Terus, Mba Rina cuma titip pesan, kalau katanya, aku disuruh nyiapin makanan yang udah Mba Rina masakin buat Mas Rezky. Emangnya, Mba Rina belum bilang sama Mas Rezky kalau mau pulang?"

Aku terdiam.

Rina dan Elysia pulang?

Tapi kenapa mereka tak bicara dulu denganku?

Aku langsung berbalik cepat sekali untuk naik ke kamarku, tanpa mempedulikan panggilan yang sedang Diba tujukan untukku.

"Mas, Mas Rezky mau ke mana? Mau makan sekarang nggak?"

Aku benar-benar tak peduli untuk makan sekarang, Diba. Yang harus cepat kuambil sekarang, adalah hanya ponselku saja. Karena aku harus cepat untuk menelepon Rina, dan bertanya, tentang di mana dia dan Elysia sekarang sedang berada.

Itu saja.

Karena ini sungguhan penting sekali. Informasi darurat yang harus bisa segera kuketahui.

Aku membuka pintu kamarku lebar-lebar dan segera meraih ponselku yang tadi kusimpan di atas nakas.

Setelahnya, aku segera memencet panggilan cepat nomor 2 untuk menghubungi Rina.

Aku harap-harap cemas di tempat berdiriku, "Rina, ayo angkat teleponku."

Tapi sampai nada sambung berakhir, ternyata, Rina tetap tak mau menerima panggilan telepon dariku.

Aku jelas tak menyerah, karena kini, aku sudah langsung kembali menghubungi Rina. Tapi ternyata, hasilnya, tetap sama saja. Rina tetap tak mau menjawab panggilan telepon dariku, bahkan sampai 7 kali aku melakukannya, Rina tetap tak kunjung menerimanya.

Hatiku jadi resah. Kini aku benar-benar langsung gelisah.

"Rina, kamu ke mana? Kamu nggak papa, kan?"

*****

Halo semuanya 😍😍😍

Gimana bacanya? 😍😍😍

Lebih suka versi lama atau versi terbarunya Kali Kedua? 😍😍😍

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang