💙 Mas Rezky
Hari ini, aku kembali ke TK Nuansa.
Dan aku memang akan selalu bahagia setiap kembali ke tempat ini.
Suasananya, orang-orangnya, dan tentu saja, karena adanya Rina dan juga Elysia.
Kesempatan kali ini, Nuansa akan mengadakan kegiatan kekompakan antara anak dan orangtua. Semacam kegiatan untuk mempererat hubungan antara anak dan orangtuanya.
Aku dan timku sudah menyiapkan berbagai acara yang nantinya bisa dilakukan bersama-sama antara anak dan orangtuanya. Ada mewarnai, menyanyi, menari, dan memasak. Untuk mewarnai dan memasak, itu akan dilombakan. Jadi nanti, akan ada pemenang yang diumumkan setelah selesai acara. Sedangkan untuk menyanyi dan menari, itu acara untuk bersenang-senang saja. Jadi semua ikut, dan semua juga akan dapat hadiahnya.
Acara sudah dimulai sejak jam 9 pagi tadi. Dimulai dengan menyanyi. Dan kini, dilanjutkan dengan kegiatan menari oleh anak-anak TK Nuansa dengan kostum binatang yang mereka pakai.
Aku baru saja selesai menyiapkan perlengkapan untuk acara memasak nanti di halaman belakang sekolah yang luas. Di sana, sudah dibangun tenda-tenda besar. Jadi insyaAllah, bisa dipastikan, kalau nanti, semua orang tidak akan kepanasan.
Kini, aku ingin masuk ke aula untuk menonton anak-anak yang sedang menari, tapi baru sampai di pintu masuk, aku langsung berhenti. Karena aku melihat Rina yang tampak gelisah sekali dengan ponsel yang menempel di telinganya dan juga langkah kakinya yang sedang mondar-mandir ke sana ke mari.
Melihat hal itu, aku jadi langsung memperlambat jalanku supaya tak menganggu kegiatan telepon Rina.
Dan sepertinya, Rina sudah selesai dengan panggilan teleponnya. Tapi raut wajah Rina justru terlihat semakin gelisah yang membuatku juga jadi ikut khawatir karenanya.
Jadi segera mendekati tempat Rina sedang berada, aku ingin tahu bagaimana keadaannya. Dan apa sebenarnya yang saat ini sedang mengganggu pikirannya.
"Kamu kenapa, Rin?" tanyaku saat aku sudah berdiri beberapa langkah di hadapan Rina.
Rina menoleh ke arahku. Dan kini aku bisa melihat dengan sangat jelas, bahwa Rina memang benar-benar sedang gelisah, dari bagaimana tatapannya yang terlihat sangat sendu.
"Kamu kenapa? Ada apa, Rina?" tanyaku lagi karena Rina yang tak kunjung bersuara.
"Ini, tadi, Mba Tuti yang jaga di rumah Ibu, telepon. Kasih kabar, kalau katanya, Ibu jatuh di kamar mandi. Sekarang, Ibu udah dibawa Pak Udin ke Rumah Sakit. Tapi katanya, di sana, mereka bingung. Soalnya, sopir Ibu yang biasa antar Ibu pergi-pergi, lagi libur hari ini. Jadi ..."
Rina terlihat sangat gelagapan, jadi aku langsung mencoba untuk memberikannya ketenangan. "Tarik napas dulu ya. Tenang, Rina."
Rina menghentikan ucapannya, dan segera mencoba untuk menarik dan menghembuskan napasnya secara perlahan.
Baru setelah Rina sudah tak terlihat panik lagi, aku mulai bertanya kembali. "Sekarang, jelasin pelan-pelan ya. Bu Widya, kenapa?"
"Ibu jatuh di kamar mandi, Mas. Udah diantar ke Rumah Sakit sama Pak Udin, satpam di rumah Ibu. Tapi sampai di Rumah Sakit, katanya, mereka bingung. Soalnya, sopir yang biasa nganter Ibu pergi dan kontrol, hari ini, kebetulan lagi libur. Aku mau langsung ke sana, tapi El juga masih ada acara di sini."
"Shinta di mana? Shinta bisa ke sana nggak?"
"Dari tadi, aku udah coba telepon Shinta, berulang kali, tapi belum diangkat sampai sekarang, Mas. Kayaknya, pasiennya lagi banyak banget. Makanya Shinta sampai nggak sempat buat pegang HP. Kalau mau telepon Cahyo, nggak mungkin. Soalnya Cahyo lagi ada di Solo."
Aku berpikir sejenak.
Melihat Rina yang sedang panik luar biasa seperti sekarang ini, jadi membuatku ingin cepat-cepat mendapatkan solusi, supaya Rina bisa tenang kembali.
"Gini aja. Sekarang, kamu langsung ke Rumah Sakit buat susul dan rawat Bu Widya. Semua urusan El, di sini, biar aku yang jaga. Ya?" usulku pada Rina.
"Tapi, Mas. Habis ini, masih ada acara mewarnai sama memasak. Dan nanti, aku harus ikut nemenin El lomba. Iya, kan? Terus gimana El kalau beneran aku tinggal ke Rumah Sakit?"
"Udah, nggak papa. Nanti, biar aku yang temenin El untuk ikut semua lombanya. Sekarang, kamu ke Rumah Sakit aja, langsung susul Bu Widya biar kamu bisa tenang. Di sini, El akan selalu sama aku. Jadi nanti, biar aku yang temenin El sampai semua kegiatan selesai. Ya?"
Rina masih terlihat sangat gelisah, dan memberikan tatapan bergetarnya ke arahku. Jadi sepertinya, Rina bersikap seperti itu, karena dia belum setuju dengan usulanku.
"Nggak papa, Rina. InsyaAllah, El akan aman dan baik-baik aja sama aku. El anak yang sangat baik, dan mudah sekali untuk ditenangkan serta diberi pengertian. El bukan anak yang rewel. Jadi kamu tenang aja. Ya? Jangan panik. Dan coba untuk tetap berpikir positif. Sekarang, kamu fokus aja untuk urus Bu Widya di Rumah Sakit. Untuk El, aku yang akan jaga. Oke?" kataku, yang saat ini sedang berusaha kembali untuk meyakinkan Rina supaya ia mau setuju dengan tawaranku.
"Beneran nggak papa, Mas?"
Aku langsung menganggukkan kepalaku. "Nggak papa, Rina. El beneran akan selalu sama aku. Jadi nanti, biar aku yang sampaikan sama Bu Wulan, kalau sekarang, kamu harus jaga Bu Widya di Rumah Sakit. Oke? Kamu tenang ya. Jangan panik lagi. Ada aku di sini sama kamu. Ya?"
Rina masih tampak sangat ragu. Meski aku sudah berusaha keras menyampaikan usulanku.
"Nggak papa, Rina. Nggak papa. Beneran nggak papa. Jadi udah ya, kamu tenang. Jangan semakin panik. Karena kalau kamu panik terus kaya gini, nanti, kamu malah jadi nggak bisa berpikir jernih. Sekarang, kamu langsung berangkat aja ke Rumah Sakit biar Bu Widya bisa cepat ditangani. Oke?"
Akhirnya, Rina mau untuk menganggukkan kepalanya. Setelah banyaknya afirmasi positif yang coba kuberikan untuk Rina.
Alhamdulillah.
"Iya, Mas. Aku minta tolong, jaga El ya, Mas."
Aku jelas langsung memberikan anggukan kepalaku lagi, supaya Rina bisa segera tenang saat ini. "Iya, Rina. Di sini, El akan selalu sama aku. Jadi kamu tenang aja. Ya? Jangan semakin khawatir, dan jangan panik lagi. Karena beneran ada aku yang sama kamu. Oke?"
Rina langsung bergerak untuk memasukan ponselnya ke dalam tas jinjingnya, dan juga mengeluarkan kunci mobilnya. "Sekarang, aku ke Rumah Sakit dulu ya, Mas. Mau cepat lihat kondisi Ibu."
"Iya, Rina. Hati-hati ya. Yang tenang. Supaya di jalan, kamu juga bisa nyetir dengan benar."
"Aku titip El ya, Mas. Dan maaf, karena lagi-lagi, aku jadi buat repot Mas Rezky."
"Aku nggak repot, Rin. Jadi kamu nggak usah khawatir. Sekarang, kamu langsung ke Rumah Sakit aja. Tapi kamu yang tenang ya. Hati-hati nyetir mobilnya. Nggak usah sampai ngebut. Oke?"
Rina mengangguk, walau masih dengan ekspresi wajah yang terlihat sangat sendu. "Iya, Mas. Terimakasih ya, Mas. Aku titip El ya, Mas. Kalau ada apa-apa, langsung kabari aku."
"Iya, Rina. Udah, kamu berangkat sekarang. Nggak papa. Semoga, Bu Widya bisa diobati secepatnya dan bisa segera baik-baik saja. Kamu juga harus tetap hati-hati ya di jalan."
"Iya, Mas. Aku pamit ya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam."
Rina segera berbalik dan berjalan cepat sekali keluar sekolah. Bahkan kini, Rina juga jadi sedikit berlari supaya bisa segera sampai di mobilnya.
Aku ingin sekali mencegah Rina supaya jangan berlari seperti itu. Karena aku tak mau kalau Rina sampai jatuh dan terluka. Tapi aku juga paham betul, kalau sekarang ini, Rina pasti sedang sangat khawatir dengan keadaan Bu Widya. Jadi semoga, Bu Widya tak apa. Dan Rina juga tetap aman sampai di sana.
"Baik-baik ya, Rina. Jangan sampai terluka," doa tulusku untuk seorang perempuan sholihah yang masih selalu sangat kucinta.
*****
![](https://img.wattpad.com/cover/243408032-288-k81198.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua ✔
RomanceJANGAN LUPA FOLLOW YA 😊😍 Mari kita dukung para penulis yang sudah berusaha keras mempublikasikan dan menyelesaikan setiap tulisannya dengan memberikan apresiasi pada karya serta kehadirannya 😊 ***** [COMPLETED] Tentang Elsa Azarina Safira, yang m...