130. Mulai Dekat

333 35 8
                                    

💙 Mas Rezky

Saat ini, aku sedang berada di ruang tengah bersama Rina, Rio, dan Elysia yang sudah tertidur di pangkuan Rina. Karena seperti biasa, setelah sholat zuhur dan makan siang, adalah jadwal tidur siang untuk Elysia.

"Rio," panggilku.

"Kenapa, Om?"

Rio menjawabku, tapi dia sama sekali tak mengalihkan pandangannya padaku yang sedang memanggil namanya. Sejak tadi, Rio tetap sibuk mengusap-usap pipi Elysia, padahal Elysia sudah lelap dalam tidurnya.

"Pipi Adeknya jangan dijawili terus kaya gitu, Mas. Nanti Adek El jadi kebangun loh," tegurku.

"Habisnya, pipinya Adek El halus banget, Om. Adek El juga cantik."

Aku terkekeh. Benar-benar. Rio memang menuruni sifat Papa dan Om Gantengnya. Sama-sama tahu dan paham betul mana cewek yang cantik dan rupawan.

"Iya. Om tahu, Adek El memang cantik banget. Tapi Adeknya jangan digangguin terus bobonya, Mas."

Akhirnya Rio mengalihkan pandangannya padaku, tapi wajahnya malah cemberut seperti itu. "Rio masih pengin main, Om. Tapi Adek El malah bobo."

"Besok kan Rio masih bisa main lagi sama Adeknya. Sekarang, biarin Adeknya bobo dulu ya?"

Rio langsung mengalihkan pandangannya pada Rina, "Tante Nana sama Adek El, besok, main ke sini lagi ya?"

"Tante Rina, Mas. Bukan Tante Nana," kataku.

Rio langsung mendelik padaku, "Tapi kan Om Rezky panggilnya Tante Nana. Masa Rio nggak boleh?"

Aku langsung menggerakkan jari telunjukku ke kanan dan ke kiri, "Nggak boleh. Yang boleh panggil Tante Nana, cuma Om Rezky."

Rio mendengus keras padaku, "Pelit!"

Aku dan Rina langsung tertawa pelan melihat Rio yang langsung menekuk wajahnya karena kularang memanggil Nana pada Rina.

"Rio ikut tidur siang aja kaya Adek El. Besok, insyaAllah, Tante Rina sama Adek El ke sini lagi buat main sama Rio," kata Rina lembut sekali.

Yang tadinya ekspresi wajahnya sudah begitu masam, kini Rio langsung tersenyum dengan sangat senang. "Beneran ya, Tante?"

Rina mengangguk membenarkan, "Iya, Mas. Beneran. Besok, Tante Rina sama Adek El ke sini lagi sebelum Rio pulang ke Purwokerto."

"Oke, Tante. Rio tunggu ya?"

Rina tersenyum sambil kembali memberikan anggukan kepalanya, "Iya, Mas. Sekarang, Rio tidur siang juga ya kaya Adek El. Biar bisa tambah tinggi."

Rio tertawa, "Oke, Tante. Rio ke kamar dulu ya," kata Rio sambil mencium pipi kanan Rina.

Aku langsung melebarkan kedua mataku. Apa-apaan itu?

Kenapa Rio berani sekali mencium pipi merona milik calon istriku?

"Rio."

"Apa si, Om?"

"Masa Rio cium-cium Tante Rina si?" ucapku sedikit ketus.

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang