94. Kesakitan

387 49 0
                                    

❤️ Rina

"Mama, El mau ketemu Om Eky."

Aku memeluk putriku semakin erat, dengan napas yang terasa sangat tersendat. "El di sini aja ya sama Mama."

"Nggak. El mau ketemu Om Eky, Ma. El mau ketemu Om Eky."

Elysia menangis deras dalam dekapanku. Dan itu jelas jadi salah satu kelemahan terbesar untukku.

Aku mengusap-usap punggung Elysia yang kini sudah mulai bergetar, "El di sini aja ya sama Mama."

"Tapi El mau ketemu sama Om Eky, Mama. El mau ketemu Om Eky. Ayo ke bawah, Mama. Om Eky ada di sana," ucap Elysia dengan suaranya yang mulai terbata.

Aku ikut menangis.

Aku menangis karena dua orang yang saat ini sangat berpengaruh besar dalam hatiku, sedang saling mencari untuk bertemu. Walau pun sebenarnya, aku pun juga begitu.

Tapi aku tak bisa. Karena kalau kali ini aku goyah, aku takut kalau aku akan berubah jadi egois dan ingin mempertahankan Mas Rezky untuk tetap berada di sisiku dan Elysia. Sedangkan keadaan saat ini, sedang memaksaku untuk segera mundur dan berhenti mengharapkannya.

"Maaf, El. Maafin Mama ya, sayang. Karena sekarang, Mama nggak bisa ajak El untuk ketemu sama Om Rezky," ucapku terbata. Karena air mataku kini juga sudah mulai turun dengan derasnya.

Elysia menangis semakin keras, "El mau ketemu Om Eky, Mama. El mau ketemu sama Om Eky. Ayo turun. Ayo turun, Ma. Kita ketemu sama Om Eky di sana."

Aku memeluk Elysia semakin erat, mencoba membagikan kekuatan pada putri kecilku tercinta, bahwa kini, sebenarnya, aku juga sedang sama berjuang menahan rasa rinduku pada Mas Rezky.

"Maafin Mama ya, El. Maaf. Sekarang, kita nggak bisa ketemu sama Om Rezky. El tenang ya, jangan nangis, nanti Om Rezky jadi tahu kalau kita ada di sini."

"Tapi El mau ketemu sama Om Eky, Ma. El kangen Om Eky."

Elysia menangis semakin deras, dan kini, putri kecilku langsung meletakkan kepalanya di ceruk leherku. Dan aku, pertahananku kini sungguhan runtuh, aku luruh, saat diriku bisa merasakan dengan sangat jelas bagaimana air mata Elysia yang sudah mengalir di sela-sela bajuku.

Aku ikut tergugu, "Iya, El. Mama juga kangen Om Rezky."

Ya Allah.

Ini sungguhan sesak sekali.

Sakit.

*****

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang