29. Terkejut

2.6K 360 55
                                    

💙 Mas Rezky

Hari ini, akan ada reuni para anggota OSIS saat aku SMA dulu di restoran milikku, Sari Laut.

Entah bagaimana awalnya, akhirnya, anak-anak anggota OSIS yang sekarang sedang berada di Semarang memutuskan ingin bertemu, sekedar ingin berkumpul setelah sekian lama tak berjumpa. Entah yang memang sudah pindah dan jadi menetap di sini, bekerja di sini, sekolah lagi di sini, atau yang dengan sengaja pergi ke Semarang supaya bisa ikut reuni hari ini. Yang jelas, mereka semua akan berkumpul di restoku, di jam makan siang nanti.

Saat ini, aku sedang duduk di ruang kerjaku bersama Ardi, sahabatku semasa remaja dulu.

"Ky, ko esih seneng karo Rina?" tanya Ardi tiba-tiba.

(Ky, kamu masih suka dengan Rina?)

"Ngapa ko dadi takon kaya kuwe?" jawabku malah balik bertanya.

(Kenapa kamu jadi tanya seperti itu?)

"Ya penasaran, pengin ngerti, mulane aku dadi takon. Soale mengko kan Rina juga melu meng ngene."

(Ya penasaran, pengin tahu, makanya aku jadi tanya. Soalnya nanti kan Rina juga ikut datang ke sini)

Aku jadi bergerak pelan untuk mengendikan bahuku.

"Deneng kaya kuwe?" (Kok begitu?)

"Bingung semaure." (Bingung jawabnya)

"Berarti, ko esih seneng ya?" (Berarti, kamu masih suka ya?)

Aku menghela napasku, lalu langsung menyandarkan tubuhku di kursi kerjaku. "Esih senenga, aku juga ora bakal teyeng ngapa-ngapa, Di." (Walau pun aku masih suka, aku juga nggak akan bisa berbuat apa-apa, Di)

"Deneng ngomonge kaya kuwe?" (Kok ngomongnya begitu?)

"Rina wis duwe bojo, Di. Terus nyong kudu piwe? Jelas nyong kudu mundur, kan?" (Rina sudah punya suami, Di. Terus aku harus gimana? Jelas aku harus mundur, kan?)

Tiba-tiba, Ardi jadi memajukan tubuhnya. Dan menyerangku dengan ekspresi kelewat serius di wajah tegasnya. "Nek ko pancen esih seneng karo Rina, ko bisa langsung usaha siki, Ky." (Kalau kamu memang masih suka sama Rina, kamu bisa langsung berusaha sekarang, Ky)

"Aja ngawur, Di. Nyong ora gelem dadi wong lanang sing ngancuraken rumah tanggane wong." (Jangan ngawur, Di. Aku nggak mau jadi laki-laki yang menghancurkan rumah tangga orang)

Ardi malah jadi menghela napasnya dengan sangat panjang, "Berarti, seprene, ko urung ngerti britane Rina ya?" (Berarti, sampai selama ini, kamu belum tahu beritanya Rina ya?)

"Berita, tentang apa?"

Dan helaan napas teramat berat dari Ardi jelas membuatku jadi langsung bertanya-tanya. "Ada apa sebenarnya?"

"Suami Rina sudah meninggal, Ky. Sekarang, Rina, janda."

Aku langsung membulatkan kedua mataku. Luar biasa terkejut dengan informasi yang baru saja Ardi sampaikan kepadaku.

"Jangan bercanda, Di. Jangan macam-macam soal nyawa seseorang."

"Aku serius, Ky. Beneran. Aku nggak lagi bohong sekarang."

Aku meneliti ekspresi wajah Ardi, ingin mencoba mencari kebohongan di sana. Tapi tak ada. Nihil. Ardi benar-benar sangat serius dengan ucapannya.

Rasanya, tubuhku jadi lemas seketika. Aku meluruh dan menyandarkan tubuhku sepenuhnya di kursi kerjaku dengan gerakan yang sangat tak berdaya.

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang