74. Sudah Ada

2.1K 84 13
                                    

💙 Mas Rezky

Senyum bahagia masih begitu setia terkembang di wajahku, walau panggilan teleponku dan Rina sudah berakhir dari beberapa menit yang lalu.

Memang ya, bagi Rezky Pramurindra, Rina itu akan selalu sangat berhasil untuk memberikan efek kejut yang begitu luar biasa. Bahkan walau hanya sekedar melihatnya, atau mendengar suaranya saja, atau walau Rina hanya diam dan tak berbuat apa-apa, tapi itu semua akan tetap bisa membuatku jadi tersenyum dengan sangat bahagia karenanya.

Memang jatuh cinta itu selalu bisa semembahagiakan ini!

Luar biasa sekali.

Dan semoga, bahagiaku akan segera bertambah dengan mendengar jawaban 'iya' dari Rina.

Aamiin.

Ya, semoga. Semoga Allah akan segera mengabulkannya.

"Astaghfirullah," aku langsung nyebut saat pundakku tiba-tiba ditepuk dengan keras dari arah belakang.

Aku menolehkan kepalaku, dan semakin terkejut saat mengetahui siapa seseorang yang saat ini telah mengagetkan aku. "Astaga, Ibu. Kenapa malam-malam begini ngagetin Rezky si, Bu?"

Ibu malah tertawa, dan langsung menyusul duduk di sampingku dengan ekspresi cerahnya.

"Ya habisnya, kemarin, kamu nggak pulang, Dek. Terus sekarang, hari ini, kamu pulangnya malam begini. Emangnya, kamu habis dari mana aja, Dek? Habis sibuk apa?"

"Ibu belum tidur, karena nungguin Rezky pulang?"

"Ya nggak juga si. Tapi ya iya."

"Jadi, yang benar, yang mana? Ibu nungguin Rezky apa nggak?"

Bukannya menjawab pertanyaan yang tadi kuajukan. Tiba-tiba, Ibu langsung memukul pahaku dengan begitu mengejutkan.

"Ibu kenapa si? Dari tadi, Rezky dipukulin terus kaya gini."

Ibu malah terkekeh setelah mendengar omelan dan juga nada protes dariku.

Ibu Sri tercinta, sebenarnya, sedang kenapa?

Ada apa dengan Ibuku tercinta?

"Kenapa? Ibu kenapa? Coba bilang sama Rezky, Ibu lagi pengin apa?" todongku mulai penasaran juga.

"Ibu cuma pengin tahu, pacarmu, siapa?"

"Astaga, Ibu. Rezky udah bilang kan kalau Rezky nggak pacaran."

"Bohong."

"Beneran, Bu. Kapan Rezky pernah bohong sama Ibu?"

"Hari ini. Sekarang."

"Astaga. Kok Ibu jadi nuduh kalau Rezky bohong? Rezky bohong soal apa?"

"Bohong, soal kamu nggak pacaran. Tadi, Ibu dengar ya, kalau kamu habis teleponan sama siapa."

Aku langsung meneliti ekspresi wajah Ibu.

Mencoba mencaritahu apakah Ibu benar-benar serius mendengar panggilan teleponku dan Rina atau tidak.

"Emangnya, sama siapa?" tanyaku mencaritahu, apakah Ibu sedang jujur, atau bohong tentang ucapannya.

"Sama perempuan. Namanya, Rina. Iya, kan?"

Aku langsung tercengang.

Jadi Ibu benar-benar mendengarkan panggilan teleponku dan Rina?

"Jadi? Rina, siapa? Pacarmu, kan? Kalau bukan pacar, nggak mungkin kamu bela-belain telepon dia malam-malam begini cuma buat ngabarin kalau kamu udah sampai di rumah. Apa-apaan itu, Dek?"

"Kok apa-apaan?"

"Ya apa-apaan dong. Kenapa nggak bilang sama Ibu kalau kamu udah punya pacar?"

"Rezky memang nggak pacaran, Bu."

"Terus, Rina, siapa? Jangan sembunyi-sembunyi ya, Dek. Apa-apa itu cerita. Ibu udah curiga lama sebenarnya. Tapi Ibu sabar. Dan mau nunggu kamu yang cerita sendiri sama Ibu," Ibu berucap seperti itu sambil bersungut-sungut padaku.

Apakah aku memang harus bercerita tentang Rina pada Ibu, sekarang?

"Cepetan jawab. Yang jujur. Jangan pakai bohong. Apalagi mau menutup-nutupi. Nggak usah berkelit lagi ya, Dek. Soalnya, sekarang, kamu udah ketahuan."

Mungkin iya.

Karena siapa tahu, setelah aku bercerita pada Ibu, maka aku bisa segera mendapatkan tambahan doa supaya Rina mau memberikan jawaban 'iya' atas lamaranku.

Aku menarik napas perlahan, "Rina itu perempuan yang Rezky suka, Bu."

Ibu langsung membolakan kedua mata dengan begitu sempurna, "Jadi bener, kalau sekarang, kamu udah punya pacar, Dek?"

"Rezky sama Rina, nggak pacaran, Bu. Tapi Rezky memang sayang banget sama Rina."

"Jadi yang bener, yang mana? Kamu pacaran atau nggak sama Rina?"

"Nggak pacaran, Bu. Lagian, nggak mungkin juga kalau Rina mau pacaran sama Rezky."

"Ngomong yang jelas, Dek. Nggak usah pakai muter-muter segala."

Aku terkekeh lagi. Karena Ibu Sri memang selalu ingin to the point, tak suka berputar-putar, karena Ibu Sri memang tak akan pernah bisa sabar terlalu lama.

"Rezky sudah lamar Rina, Bu. Jadi Ibu doakan ya, semoga, Rina mau terima lamaran Rezky."

Ibu terlihat terkejut luar biasa.

Dan astaga, aku benar-benar jadi langsung tertawa. Karena kenapa Ibu Sri tiba-tiba berubah jadi menggemaskan sekali dengan ekspresi terkejutnya?

Tapi ternyata, tawaku tak bisa bertahan lama. Karena tak lama setelahnya, Ibu Sri sudah memukuli punggungku dengan sangat semena-mena.

"Kamu kok lamar anak orang, nggak bilang-bilang dulu sama Ibu?"

Aku mengusap-usap bekas pukulan dari Ibu yang terasa cukup pegal di bagian punggungku, "Kan ini udah bilang."

"Iya. Tapi setelah dipaksa sama Ibu."

Aku memberikan senyumanku, lalu segera meraih tangan Ibu. "Pokoknya, Rezky minta doa restu ya, Bu. Semoga, Rezky bisa cepat menikah. Dan semoga, Rina mau jadi istrinya Rezky."

Ibu ikut tersenyum kepadaku, "Kenalin dulu sama Ibu."

"Iya, Bu. Pasti. Nanti, kapan-kapan, Rezky kenalin Rina sama Ibu. Dan yang pasti lagi, Rina itu perempuan yang cantik dan baik. Cocok banget buat jadi menantu Ibu."

"Aamiin. Pokoknya, yang jadi menantu Ibu, Ibu harap, wanita yang sholihah dan wanita yang baik-baik."

"Aamiin. InsyaAllah, Rezky juga sayangnya sama perempuan yang seperti itu, Bu."

Ibu menepuk pundakku sebanyak dua kali, kemudian bangkit berdiri. "Ya udah, kamu cepat tidur, sana. Terus nanti, bangun buat sholat malam. Doa sama Allah, semoga lamaran kamu diterima sama Rina. Jadi Ibu juga bisa cepat dikenalin sama dia."

"Aamiin. Ibu juga bantu doa ya."

"Jelas dong. Pasti. Tapi janji ya, kapan-kapan, harus kenalin Ibu sama Rina."

"Iya, Bu."

Dan hari ini, aku benar-benar memantapkan hatiku, bahwa aku memang harus berani berjuang untuk bisa lebih dekat dengan Rina dan Elysia. Supaya aku bisa mendapatkan mereka berdua.

Semoga Allah segera mengabulkan harapan besar yang senantiasa kupanjatkan di dalam setiap doa khusyu yang kupunya. Bahwa semoga, Allah kabulkan supaya aku bisa segera memberikan menantu untuk Ibu Sri tercinta.

*****

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang