70. Berdebar

989 105 26
                                        

❤ Rina

Aku berjalan berdampingan bersama Mas Rezky sampai ke depan pintu rumah Ibu.

Alhamdulillah, Elysia sudah diperbolehkan untuk pulang. Dan aku memutuskan untuk pulang ke rumah Ibu, bukan ke rumahku sendiri, karena Mas Rezky yang mengantarkan kami pulang.

Entahlah, dari semenjak kemarin malam, rasanya, aku berubah jadi sangat pendiam saat berada dekat dengan Mas Rezky.

Bukan karena malu. Tapi karena aku masih merasa sangat terkejut dengan semua hal yang telah Mas Rezky ungkapkan kepadaku.

Dan sepertinya, aku belum siap menerima serangan mendadak di saat sebelum-sebelumnya aku merasa bahwa semua hal yang terjadi di antara kami berdua telah berjalan normal seperti biasanya. Seperti yang memang sudah seharusnya. Jadi saat Mas Rezky memberikan kejutan dengan sangat tiba-tiba, aku jelas merasa tak siap dan tak tahu harus memberikan jawaban seperti apa kepadanya.

Mas Rezky yang setia menemaniku menjaga Elysia dari semenjak kemarin sore dia datang ke rumah sakit.

Sebenarnya, aku sudah meminta Mas Rezky untuk pulang saja. Tapi Mas Rezky malah menolak, dengan alasan karena Mas Rezky tak mau meninggalkan aku sendirian saja.

Selain itu, katanya lagi, karena Mas Rezky tak mau aku kesulitan. Dan barang kali, nanti, akan membutuhkan bantuan, jadi Mas Rezky memutuskan kalau dia akan tetap bersamaku di rumah sakit sampai Elysia diperbolehkan untuk pulang.

Saat mendengar Mas Rezky memberikan jawaban seperti itu, rasanya hatiku sungguhan jadi berdetak tak karuan.

Aku tak tahu alasan apa pastinya. Yang jelas, jawaban Mas Rezky telah sangat berhasil membuatku merasa semakin bersalah karena terus-menerus merepotkannya. Padahal, aku tahu, kalau Mas Rezky juga pasti butuh istirahat setelah banyaknya pekerjaan yang telah ia lakukan sebelumnya. Tapi bukannya pulang dan tidur di rumah, Mas Rezky justru rela tetap berada di rumah sakit untuk menemaniku menjaga Elysia.

Dan kemarin, sepertinya, keadaan juga tak mendukung permintaanku agar Mas Rezky bisa segera pulang. Karena dari semenjak Elysia sadar, putri kecilku terus merengek mencari keberadaan Mas Rezky dan meminta supaya Mas Rezky tetap berada di sisinya.

Sampai hari ini, aku tetap tak habis pikir, kenapa Elysia bisa berubah sangat manja seperti itu?

Dan kenapa harus dengan Mas Rezky, bukan dengan aku?

Bukan aku tak suka. Hanya sedang merasa, bahwa semua ini terjadi dengan sangat tiba-tiba. Yang awalnya semuanya akan terlewat dengan biasa saja, dalam waktu yang cepat berubah menjadi sangat hati-hati jika dirasa. Karena satu kalimat dari Mas Rezky yang sangat tak terduga, membuat semua hal jadi terasa seperti berubah dalam sekejap mata saja.

Aku dan Mas Rezky sudah sampai di teras rumah Ibu.

"Aku pulang dulu ya, Rin," kata Mas Rezky yang kini sudah berdiri berhadapan denganku.

Aku menganggukkan kepalaku, "Iya, Mas. Hati-hati ya di jalan. Terimakasih, karena Mas Rezky sudah banyak banget bantu aku jagain El dari kemarin. Dan maaf, karena lagi-lagi, aku sama El terus-menerus ngerepotin Mas Rezky."

"Rina," Mas Rezky tiba-tiba memanggilku dengan suaranya yang sangat dalam.

"Dalem, Mas."

"Aku harus jelasin kaya gimana lagi sama kamu, kalau aku benar-benar nggak pernah merasa direpotkan sama kamu atau El? Justru, aku seneng banget, karena bisa habisin banyak waktu sama kalian. Jadi, jangan minta maaf lagi ya?"

Aku tertegun untuk sesaat.

Ya, hanya untuk sesaat. Karena bersyukur, setelahnya, aku langsung bisa menyadarkan diriku sebelum pikiranku terlarut terlalu dalam setelah mendengar ucapan super lembut dari Mas Rezky.

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang