💙 Mas Rezky
Sudah seminggu berlalu. Dan Rina masih saja belum mau menjawab satu pun telepon dariku. Bahkan, pesan yang kukirimkan pada Rina, juga sama mengenaskannya seperti diriku. Karena Rina tak mau memberikan satu pun balasan pesan untukku.
Aku menghela napas cukup keras.
"Kenapa lagi?"
Aku mengangkat wajahku. Dan sudah bisa melihat siapa orang yang saat ini sedang bertanya seperti itu padaku.
"Mboten nopo-nopo, Bu." (Tidak apa-apa, Bu)
"Cuma mikirin Rina, kamu bisa sampai kusut begitu? Katamu, dia wanita baik. Tapi kok kamu sampai pusing begitu hanya karena mikirin dia?"
Aku menghela napas lagi. Mencoba menguatkan diriku, bahwa aku akan tetap jadi anak baik dan berbakti pada Ibu, apa pun beban berat yang sedang terjadi saat ini.
"Ibu, Rezky udah bilang kan, kalau Ibu harus ketemu dulu sama Rina, baru Ibu bisa menilai Rina seperti apa. Ibu belum kenal, tapi Ibu sudah melabeli Rina sampai seperti itu. Itu namanya, Ibu sudah berprasangka buruk terlebih dahulu."
"Terserah. Yang jelas, Ibu nggak suka kalau ada perempuan yang buat anak Ibu jadi berantakan," kata Ibu, sebelum beliau berlalu pergi dari hadapanku.
Aku mengusap kasar wajahku.
Aku berantakan.
Memang.
Tapi aku sendiri juga tidak tahu kenapa aku bisa sampai seperti ini kondisinya. Aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk tetap terlihat baik-baik saja, tapi nyatanya, aku memang tetap tidak bisa melakukannya. Aku tetap tidak bisa menyembunyikan kalau keadaanku saat ini memang sedang tidak sebaik biasanya. Aku sedang tidak baik-baik saja.
Karena Rina yang menghilang, semangat dan gairah hidupku juga seakan ikut terbang melayang. Rina benar-benar berpengaruh besar terhadap kondisiku sekarang.
"Rina, kamu ke mana?"
Aku lekas bangkit berdiri, dan keluar dari rumah untuk kembali mencari di mana keberadaan Rina. Aku harus segera menemui Rina, untuk tahu alasan pasti kenapa Rina jadi menjauhiku dan seperti menghilang selama tujuh hari ini tanpa satu kabar pun yang bisa kudengar tentangnya. Sekarang, aku benar-benar harus bisa segera tahu di mana sebenarnya Rina sedang berada.
*****
❤ Rina
Aku baru saja sampai di butik.
Hari ini, aku sendiri. Elysia tak ikut bersamaku, karena putri kecilku kutinggal di rumah bersama Ibu yang kebetulan memang sedang menginap di rumahku.
Sampai di meja kasir berada, aku melihat Bu Yanti sedang berbincang dengan Lia.
"Assalamu'alaikum."
Lia dan Bu Yanti segera menoleh ketika mendengar salamku, "Wa'alaikumsalam," jawab mereka kompak sekali sambil tersenyum cerah ke arahku.
Aku ikut tersenyum, lalu segera bergerak pelan untuk mencium punggung tangan Bu Yanti. "Mohon maaf, Bu. Karena saya terlambat."
Bu Yanti mengusap lenganku secara perlahan, "Nggak papa, Mba. Ini, Ibu juga baru sampai di sini."
"Kalau begitu, kita langsung ke ruangan saya saja ya, Bu. Supaya lebih nyaman ngobrolnya."
Bu Yanti mengangguk, lalu tiba-tiba jadi meraih lenganku untuk beliau gandeng.
Aku tersentak untuk sesaat, tapi setelahnya aku tersenyum, dan ikut menggenggam tangan Bu Yanti yang sudah bertengger di lenganku.
Jadi rindu Ibu di rumah. Karena Ibu selalu menggandeng lenganku seperti ini jika beliau ingin berjalan.
![](https://img.wattpad.com/cover/243408032-288-k81198.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua ✔
RomanceJANGAN LUPA FOLLOW YA 😊😍 Mari kita dukung para penulis yang sudah berusaha keras mempublikasikan dan menyelesaikan setiap tulisannya dengan memberikan apresiasi pada karya serta kehadirannya 😊 ***** [COMPLETED] Tentang Elsa Azarina Safira, yang m...