77. Berpisah

1.3K 66 3
                                    

💙 Mas Rezky

Aku menuruni setiap anak tangga, dan melihat Rina sedang duduk sendirian di ruang tengah kediaman Bu Widya.

Aku segera berjalan mendekat ke arah Rina, dan mendudukkan diriku di sofa yang ada di seberangnya.

"Damar udah pulang?" tanyaku sedikit penasaran.

"Iya, Mas. Baru aja."

Aku menganggukkan kepalaku ke arah Rina, lalu meminum sampai habis tehku yang tadi masih tersisa.

"Kenapa Mas Rezky turun? Padahal, aku baru aja mau nyusul ke atas. Memangnya, rakit rumah Barbie udah selesai?"

Aku menggeleng pelan, "Belum, Rin. Tapi kayaknya, bentar lagi, udah selesai. Tadi, Shinta ikut masuk ke kamarnya El. Jadi aku keluar. Soalnya nggak enak kalau nanti aku malah jadi ganggu pengantin baru yang mau romantis-romantisan. Untungnya, sama El dibolehin. Kalau nggak, pasti aku udah ketahan jadi nyamuk ngenes di sana."

Rina jadi terkekeh, "Mohon dimaklumi ya, Mas. Namanya pengantin baru. Jadi kalau lagi bareng, bawaannya ya pengin nempel terus kaya gitu."

Aku tersenyum.

"Ya. Aku juga pengin kaya gitu, Rin. Pengin cepat bisa jadi pengantin baru sama kamu. Biar aku bisa deket-deket terus sama kamu dan lihatin kamu sepuasnya tanpa takut dosa. Karena semuanya sudah halal untuk dilakukan sama-sama," batinku mulai mengungkapkan lagi harapan besarnya.

Aamiin.

Pokoknya, bantu doa yang banyak buat aku ya?

"Kalau gitu, aku pamit pulang dulu ya, Rin. Tadi, aku juga udah pamitan sama El, Cahyo, dan Shinta di atas."

"Loh? Udah mau pulang? Mas Rezky mau ada pekerjaan penting lagi habis ini?"

Aku tersenyum semakin senang.

Bolehkah aku berharap kalau pertanyaan Rina yang seperti itu sebagai pertanda bahwa dia masih ingin aku tetap berada di sini bersamanya?

Manis sekali.

Sungguh.

"Iya, Rin. Nanti malam, aku mau berangkat ke Bali. Jadi ini, mau pulang dulu, buat packing. Terus nanti, habis asar, langsung berangkat ke biro buat persiapan."

"Jalan-jalan buat kantor lagi, Mas?"

"Bukan, Rin. Bukan buat kantor. Yang pesan kali ini, itu temenku waktu kuliah dulu. Dia mau nikah di Bali. Jadi dia pesan bus dari tempatku buat bawa keluarga besarnya, dan dia juga sekalian pesan catering dari Sari Laut. Jadi alhamdulillah, besok, kerjaan di sana double. Ya handle akomodasi, ya harus selalu memastikan kalau makanan di sana jangan sampai kekurangan."

Rina tersenyum sumringah.

Astaga.

Senyum Rina yang seperti itu benar-benar membuat hatiku jadi lemah.

"Alhamdulillah. Berarti, Eka Wijaya sama Sari Laut, lagi full booking ya, Mas?"

Aku ikut tersenyum ke arah Rina, "Iya, Rin. Alhamdulillah."

"Semoga, besok, semua acaranya di sana, selalu lancar ya, Mas. Perjalanan lancar, masaknya juga lancar. Semua sehat dan pulang dengan selamat."

"Aamiin. Mohon doanya juga ya, Rina."

Rina masih tersenyum lalu menganggukkan kepalanya, "Iya, Mas."

"Manis sekali kamu, Rin," batinku ingin sekali berteriak kencang untuk mengatakannya.

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang