4. Hai Mas

6K 562 56
                                    

❤️ Rina

Beruntung sekali, karena jalanan menuju sekolah Elysia tak macet walau waktu sudah menunjukan jam makan siang seperti saat ini. Sehingga kini aku sudah tiba, dan siap untuk bertemu dengan putri kecilku tercinta.

Ternyata, masih ada beberapa anak yang terlihat bermain di halaman depan sekolah dengan begitu cerianya. Jadi sepertinya, apa yang dikatakan Bu Dewi memang benar sekali adanya. Kalau di sini masih banyak teman-teman Elysia yang juga belum dijemput oleh orangtuanya.

Setelah selesai mengunci pintu mobilku, aku segera berjalan menuju kelas putri kecilku.

Tapi belum sampai di kelas Elysia berada, kini aku sudah berhenti di dekat taman karena melihat Elysia yang sepertinya sedang duduk di ayunan bersama seorang laki-laki sambil memakan donat yang ia genggam erat di tangan kanannya.

"El sama siapa?" tanyaku bingung. Karena sepertinya, aku belum pernah melihat laki-laki itu di sekolah Elysia sebelumnya.

Kini, aku mencoba untuk tetap berpikir positif. Mungkin, laki-laki itu adalah guru atau staff baru. Karena sekolah Elysia termasuk sangat cermat dalam memasukan seseorang ke dalam area sekolah. Untuk akses masuknya saja menggunakan finger print dan scan wajah. Bahkan untuk orangtua atau penjemput siswa, juga harus membawa kartu tanda anggota supaya bisa menjemput siswa di sekolah ini. Dan aku percaya, kalau hal itu adalah salah satu cara yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk memastikan bahwa seseorang yang menjemput adalah benar-benar anggota keluarga dari siswa yang bisa dipercaya. Jadi mungkin, yang sekarang bersama Elysia, memang adalah guru baru di sekolahnya.

Aku sudah dekat dengan tempat Elysia berada. Dan dari sini, aku sudah bisa melihat Elysia yang saat ini sedang lahap sekali menyantap donat coklat yang ada di tangan kanannya.

"El," panggilku pelan.

Mendengar panggilan dariku, Elysia segera menolehkan kepalanya ke arahku. "Mama!"

Kini, Elysia sudah tersenyum lebar sekali sambil berdiri.

Jadi aku juga segera merendahkan tubuhku, dan merentangkan kedua tanganku untuk menangkap tubuh putri kecilku. "Halo, sayang," sapaku, saat Elysia sudah berada di dalam pelukanku.

"Halo, Ma. Mama habis dari Rumah Sakit?"

"Iya, sayang. Mama habis nganterin Eyang Uti kontrol. Jadi maaf ya kalau El nunggu Mama lama di sini."

"Nggak papa, Ma. Dari tadi, El ada yang nemenin kok. El juga dikasih donat coklat sama Om Eky."

"Om Eky, siapa?" tanyaku penasaran.

"Om yang punya bis, Ma."

Baru saja aku ingin bertanya lagi, tapi seseorang sudah berdiri tepat di hadapanku dan Elysia saat ini.

"Rina?"

Aku langsung mendongak karena ada seseorang yang sedang menyebut namaku.

Aku berdiri sambil menggandeng tangan kecil Elysia, lalu segera memperhatikan siapa laki-laki yang saat ini sedang berdiri di hadapanku dengan senyum cerah di wajahnya.

Sedikit menyipitkan mataku untuk mengingat-ingat, aku langsung balas tersenyum setelah berhasil mengingat dengan sangat jelas siapa pria ini. "Mas Rezky?"

Laki-laki di hadapanku langsung menganggukkan kepalanya. Dan juga tersenyum semakin bahagia. "Iya. Ternyata, kamu nggak lupa sama aku ya, Rina."

Aku masih tersenyum, lalu ikut memberikan anggukan kepalaku juga. "Iya, Mas. Aku jelas masih ingat. Tapi maaf ya, Mas. Maaf, kalau tadi, aku agak lama nyadarnya. Soalnya udah lama banget nggak ketemu, jadi pangling sama Mas Rezky yang sekarang."

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang