118. Siap Kapan?

395 45 5
                                    

❤️ Rina

Ibu sudah duduk di kursi ruang makan, disusul dengan Mas Rezky yang duduk di sebelah Elysia, tepat di depanku.

Mas Rezky tersenyum ke arahku terlebih dahulu, baru setelahnya menatap Elysia dan mengusap rambut panjangnya. "Kepitingnya enak, El?" tanya Mas Rezky dengan suara lembutnya.

Elysia langsung mengangguk semangat sekali, "Enak, Yah. Tadi, El udah makan sama cumi, sama udang, nambah dua kali," kata Elysia senang sambil mengangkat jari telunjuk dan tengahnya di udara.

"Wah, pinter banget El makannya. Sayurnya juga dimakan, kan?"

Elysia menganggukkan kepalanya lagi, "Iya, Yah. Dimakan dong. Semuanya. Tadi, El juga makan sop sama sayur kangkungnya. Ini, nambah daging kepiting dikasih sama Tante Shinta."

"Oke, besok-besok, Ayah masakin lagi ya, biar El makin lahap makannya."

"El makan apa aja, juga sebenarnya lahap, Mas. El nggak pernah pilih-pilih makanan. El itu mirip kaya aku sama Mba Rina kalau urusan makan enak," kata Shinta bercerita. "Cuma ini, karena masakannya Mas Rezky yang memang mantap betul, makanya jadi hampir habis nasi sebakul," tambah Shinta lagi sambil terkekeh di tempat duduknya.

Mas Rezky ikut terkekeh karena mendengar pujian dan juga bualan dari Shinta.

Kini, Elysia jadi menarik-narik lengan baju Mas Rezky. "Ayah."

"Iya, sayang." Jawaban teramat manis dari Mas Rezky yang selalu sangat berhasil untuk membuat perasaanku jadi senang.

"Buatin bakso lagi, Yah. El pengin makan bakso buatan Ayah lagi."

"Iya, sayang. Nanti, Ayah giling daging sapinya dulu ya."

"El bilang apa sama Ayah?" kataku.

"Terimakasih, Ayah. Terimakasih, udah masakin makanan enak buat El," kata Elysia yang tiba-tiba langsung mencium pipi Mas Rezky.

"El, itu, mulutnya belum dilap loh. Masa udah langsung cium-cium Ayah? Ya pipi Ayahnya jadi kotor dong, jadi bau amis," kata Ibu.

Elysia hanya cengengesan tanpa merasa bersalah sama sekali. Jadi aku terkekeh sebentar lalu mengulurkan tisu ke arah Mas Rezky.

"Makasih, Dek," kata Mas Rezky setelah selesai mengelap pipinya yang tadi dicium Elysia.

"Mas Rezky gemes banget si manggil Adek sama Mba Rina," ledek Shinta.

"Kamu mau Mas panggil Dek juga, Shin?" tanya Mas Rezky.

Shinta langsung mengangkat tangan kanannya yang penuh dengan saos padang bumbu dari kepiting yang ia makan, "Jangan, Mas. Nanti, bisa-bisa, Mba Rina jadi murka."

Aku langsung mendelik pada Shinta.

Karena aku diam saja, tapi kenapa malah dijadikan sebagai tersangka?

Shinta yang menyadari kalau aku sedang mendelik padanya, langsung tertawa dan bangkit berdiri dari duduknya. "El, udah selesai kan makannya? Yuk, sholat zuhur dulu sama Tante Shinta, kan Mama lagi libur."

Dasar.

Shinta ingin melarikan diri rupanya. Memang pintar sekali Shinta cari pelariannya.

Elysia mengangguk lalu turun dari kursi setelah mengelap kedua tangannya dengan tisu, "Yuk, Tante."

Baiklah.

Biarkan Shinta melarikan diri. Tapi nanti, pasti akan bisa kubalas godaan jahil Shinta saat ini.

Tunggu saja.

*****

Selepas kepergian Shinta dan Elysia, kini aku kembali memusatkan perhatianku pada Ibu dan Mas Rezky Pramurindra.

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang