28. Belum Sekarang

2.4K 333 43
                                    

❤️ Rina

Aku sudah membukakan pintu samping kemudi untuk putriku tercinta.

"El, Mama pamitan sama Eyang Uti dan Tante Shinta dulu ya," ucapku setelah selesai memasang sabuk pengaman untuk Elysia.

"Iya, Mama."

"El tunggu di sini dulu ya. Jangan ke mana-mana. Karena Mama nggak akan lama."

"Siap, Mama. El pasti tunggu Mama."

Setelah menutup pintu mobilku, aku segera berjalan ke arah mobil Shinta dan mendekati tempat duduk Ibu.

"Bu, Rina sama El, pamit mau langsung pulang ke rumah ya."

Ibu mengangguk, dan memberikan senyum teduhnya untukku. "Iya, Rina. Hati-hati ya."

"Nggih, Bu."

Setelahnya, aku langsung menoleh ke arah Shinta sedang berada. "Nyetirnya hati-hati ya, Dek. Kalau udah sampai, nanti, langsung kabarin ya."

Shinta langsung memberikan acungan jempolnya untukku. "Siap, Mba. Beres. InsyaAllah, semua aman dan lancar jaya."

Baru saja ingin menutup pintu, tapi Ibu sudah menahan pergerakanku. "Rin," panggil Ibu padaku.

"Dalem, Bu." (Iya Bu)

"Kenapa tadi, kamu nggak jawab jujur waktu Rezky tanya soal Rama?"

Aku tersenyum pada Ibu, karena aku memang sudah menduga kalau Ibu pasti akan menanyakan tentang hal ini padaku.

Saat Mas Rezky bertanya soal Mas Rama, dan aku melihat dengan sangat jelas bagaimana raut wajah teramat terkejut dari Ibu dan Shinta, aku sudah langsung menduga, kalau Ibu pasti akan langsung memberikan rentetan pertanyaan seperti ini karena jawaban yang tadi kuberikan untuk Mas Rezky Pramurindra.

"Karena memang waktunya belum sekarang, Bu."

"Terus, mau sampai kapan, Rin?"

"Rina nggak tahu."

"Kamu nggak akan pernah bisa tahu, kalau kamu nggak mau coba, Rina."

"Kalau begitu, biarkan Mas Rezky tahu dengan sendirinya, Bu."

"Tapi kalau kamu jawabnya tetap dan selalu kaya tadi, ya Rezky nggak akan pernah bisa tahu, Rina."

"Lalu, apa Mas Rezky memang harus tahu tentang hal itu, Bu?"

Ibu menghela napasnya dengan sangat panjang ke arahku. Dan aku tahu, kalau Ibu pasti sedang merasa tidak puas dengan jawabanku.

Jadi aku langsung menggenggam erat tangan Ibu dalam tangkupan kedua tanganku. "Nggak papa, Bu. Ibu jangan khawatir. Rina bahagia. Rina dan Elysia baik-baik saja."

Karena ya, selama putri kecilku tumbuh sehat dan ceria, maka aku tak akan merisaukan tentang jodoh yang sedang gencar sekali dibujuk rayu oleh Ibu dan Shinta.

*****

✨ Bu Widya

Rina telah berjalan masuk ke dalam mobilnya untuk pulang bersama Elysia.

"Dek," panggilku pelan pada Shinta.

"Dalem, Bu."

"Kayaknya, sekarang, Ibu memang harus ikut turun tangan cari calon suami untuk menantu perempuan kesayangan Ibu."

Dan melihat anggukan kepala begitu mantap dari Shinta, aku jelas langsung bisa menyadarinya, kalau Shinta juga pasti paham rencana seperti apa yang akan aku punya.

Sebab Rina dan Elysia, akan selalu jadi kesayanganku. Dan aku selalu mau mereka bahagia, apalagi selama masih ada aku.

Ya. Untuk Rina, akan kupastikan bahwa putri kesayanganku harus selalu bahagia. Sebab Rina, memang masih sangat berhak untuk mendapatkan kebahagiaannya, meski Rama telah tiada.

*****

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang