138. Dinanti - Dipenuhi

307 35 0
                                    

💙 Mas Rezky

"Mau main aja, boleh. Kalau berani langsung ngelamar, ya Nana terima."

Aku jelas langsung melebarkan kedua mataku setelah mendengar kalimat tersebut keluar dari bilah bibir merona milik Rina.

"Ini jawaban Nana?" tanyaku gugup luar biasa.

Rina masih menunjukan senyum teduhnya, lalu menganggukkan kepalanya. Gerakan teramat lembut yang membuat degup jantungku jadi berseru seketika. Detak yang kencangnya langsung luar biasa. Dengan desiran begitu manis yang saat ini langsung kurasa. Dan semuanya, karena Rina. Juga persetujuan yang selama ini telah selalu sabar kunanti penerimaannya.

"Biar Mas pergi-pergi udah tenang."

Astaga.

Ya Allah.

Jadi aku tak salah dengar?

"Nana bener?" tanyaku lagi karena masih tak menyangka dengan jawaban yang Rina berikan.

"Iya, Mas. Beneran," jawab Rina masih dengan senyum manis yang terukir indah di wajah cantiknya.

Luar biasa sekali tanda terima ini.

"Alhamdulillah," aku langsung menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku setelah mengucap syukur.

Akhirnya, penantian panjangku selama ini berbuah manis dengan tanda setuju dari Rina.

Rina sudah setuju. Rina benar-benar sudah mau untuk segera menjadi istriku.

"Mas mau?" tanya Rina padaku.

Aku langsung menegakan tubuhku dan memberikan tatapan lekatku pada Rina, "Jelas mau dong. Mas sendiri yang minta-minta dari kemarin. Masa udah dikasih, mau ditolak?"

Rina langsung tersenyum manis sekali, "Nana tunggu di rumah Ibu, hari Kamis pagi ya, Mas? Tapi cuma keluarga inti aja. Ada Nana, El, Ibu, Shinta, sama Cahyo."

Aku mengangguk dengan binar mata yang sangat senang, "Terimakasih, sayang."

Rina langsung mendelik padaku, "Belum boleh panggil sayang-sayang."

Aku langsung tertawa, "Astaga, Nana. Iya, iya. Mas ulangi. Terimakasih, Na. Terimakasih ya, karena Nana udah kasih jawaban yang buat Mas sangat bahagia."

Rina mengangguk manis sekali. Gerakan lembut yang sangat berhasil untuk membuatku jadi semakin jatuh hati.

"Sama-sama, Mas."

"Mas udah boleh peluk Nana belum?" tanyaku sambil merentangkan kedua tanganku di depan Rina. "Soalnya, hari ini, Mas lagi seneng banget nih. Lagi super happy. Jadi Mas mau peluk Nana," kataku sambil memasang senyum super lebar pada Rina.

Tapi Rina malah bergidik ngeri, dan langsung memeluk dirinya sendiri. "Belum boleh. Dosa."

Aku tertawa.

Ya, tak apa. Tak apa. Aku memang masih harus bersabar hari ini. Tapi secepatnya, sebentar lagi, aku pasti akan bisa memeluk Rina sepuasnya. Dan kalau hari itu telah tiba, maka akan selalu kupastikan, kalau Rina tak akan mudah melepaskan dirinya dari pelukanku.

Ya. Tunggu aja, Na. Kalau nanti kamu sudah jadi istriku tercinta. Akan kupeluk Rina, sampai dirinya tak bisa pergi ke mana-mana.

Ya Allah.

Terimakasih untuk semua anugerah teramat indah ini.

Dan aku sungguhan sayang sekali dengan wanita sholihah ini.

*****

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang