65. Ada Aku, Sama Kamu

1.6K 176 58
                                    

❤ Rina

Saat ini, Elysia sudah masuk ke dalam ruang penanganan yang ada di IGD Rumah Sakit Karyadi.

Tadi, saat kami sampai, Shinta sudah menunggu di depan pintu masuk IGD dengan sangat tanggap sekali. Dan bersyukur sekali, karena Elysia bisa langsung ditangani di sini.

Entahlah, aku tak tahu siapa yang telah menghubungi Shinta dan mengabarkan soal keadaan Elysia. Tapi mungkin, Mas Rezky yang telah melakukannya.

Walau Elysia memang sudah diperiksa di dalam sana. Tapi aku masih belum bisa tenang sekarang, sebab aku masih harap-harap cemas menanti hasil pemeriksaan Elysia. Dan aku benar-benar berharap dan senantiasa berdoa, bahwa semoga, putri kecilku tak apa. Semoga, Elysia bisa tetap selalu baik-baik saja keadaannya.

Hatiku rasanya sesak sekali karena teringat kembali pada kejadian tadi. Di mana putriku hampir tenggelam, tapi aku malah tak tahu bagaimana kejadian itu bisa terjadi.

Aku merutuki diriku sendiri. Karena kenapa aku bisa sangat ceroboh seperti tadi?

Aku menarik napas susah payah, karena rasanya, seperti pasokan oksigen di dadaku tiba-tiba jadi sangat menipis. Yang menyebabkan aku jadi sangat ingin untuk menangis.

Astaga. Aku benar-benar sangat ingin menangis sekarang juga. Tapi nanti bagaimana dengan Elysia?

*****

💙 Mas Rezky

Aku masih berdiri di luar ruangan penanganan IGD rumah sakit Karyadi. Menunggu Elysia yang sedang diperiksa keadaannya oleh dokter sejak tadi.

Sebelum datang ke sini, tadi, aku meminta tolong pada Satrio untuk segera menghubungi Shinta, adik perempuannya Mas Rama, dan menceritakan secara singkat tentang apa yang terjadi dengan Elysia. Dan sudah pasti, kalau Tante kandung Elysia satu-satunya itu langsung cepat tanggap menyiapkan semua perawatan medis terbaik untuk keponakan perempuan kesayangannya.

Kepalaku langsung reflek menoleh ketika mendengar Rina menarik napas dengan sangat susah payah, bahkan sampai tersenggal karena Rina yang jadi meremat kuat bagian dadanya. Hatiku meluruh seketika, saat melihat Rina duduk di kursi tunggu dengan kepala menunduk dan kedua tangan yang menutupi wajahnya.

Pasti Rina masih syok sampai sekarang.

Aku berjalan pelan ke arah Rina, kemudian berlutut di hadapannya. Setelahnya, kedua tanganku langsung kuletakkan di sisi kanan dan kiri tubuh Rina.

Sepertinya, Rina tak menyadari kehadiranku yang saat ini telah berlutut tepat di hadapannya. Karena Rina tetap menundukkan kepalanya. Dan aku jadi tak bisa melihat bagaimana wajahnya, karena Rina yang masih terus menutupinya dengan kedua telapak tangannya yang terbuka.

"Rina, nggak papa kalau kamu mau nangis sekarang," ucapku pelan.

Aku berucap seperti itu, karena aku tahu, kalau Rina pasti sudah sekuat tenaga menahan air matanya supaya tak keluar sejak tadi saat kami masih berada di area kolam renang.

Aku tahu, kalau Rina pasti telah menahan tangisannya sejak tadi. Dan aku juga tahu, kalau rasanya pasti sudah sangat sesak sekali. Jadi tadi, aku berucap seperti itu, supaya saat ini Rina bisa mengeluarkan semua rasa sesak dan cemas yang ia punya, dan tak menahannya lagi untuk dirinya sendiri. Aku mau Rina bisa terbuka untuk mencurahkan semua kekhawatirannya bersamaku, yang masih setia menemani, dan bersamanya di sini.

"Nggak papa, Rina. Kalau memang udah sesek banget rasanya, nangis aja. Nggak papa."

Dan benar saja, bahu Rina langsung bergetar luar biasa.

Isakan Rina sudah mulai terdengar.

Rina benar-benar sedang menangis sekarang.

Aku hanya tersenyum. Dan menunggu sampai Rina selesai menangis dan bisa sedikit tenang.

Tak lama setelah itu, akhirnya Rina mengangkat kepalanya yang sejak tadi ia tundukan. Dan kini, aku jadi bisa melihat dengan sangat jelas bagaimana sembabnya wajah Rina setelah ia selesai mencurahkan semua tangisannya.

Tapi bagiku, Rina tetap terlihat cantik walau dalam kondisi sembab dan berantakan seperti ini di hadapanku.

Air mata Rina masih setia mengalir di kedua sudut matanya. Dan aku benar-benar jadi sangat ingin untuk mengusapnya. Mencoba untuk menghentikan tangisan Rina.

Tapi beruntung, karena aku segera menyadari, kalau aku tak mungkin melakukannya. Aku tak mungkin menyentuh Rina seenaknya. Karena aku jelas tahu batasan apa yang Rina punya, dan senantiasa ia jaga. Dan lebih dari itu, karena aku tak mau Rina jadi marah dan merasa tak nyaman dengan perlakuanku yang seperti itu kepadanya.

Melihat Rina yang sudah bisa sedikit tenang dari rasa sesaknya, aku kembali menarik kedua sudut bibirku untuk tersenyum ke arahnya. "Nggak papa, Rina. El nggak papa. El akan baik-baik saja. Ya? Kita tunggu dan doa sama-sama."

Rina sesenggukan dalam sisa tangisnya, "El hampir tenggelam, Mas. Tapi aku sebagai Mamanya, malah nggak tahu gimana kejadian awalnya."

Rina pasti merasa sangat bersalah saat ini. Dan aku benar-benar tak mau melihat itu kembali terjadi.

Aku lebih mendekatkan tubuhku ke arah Rina, dengan posisiku yang masih berlutut di hadapannya. "Maaf ya, Rina. Maaf, kalau aku dan timku lalai, sampai kejadian tadi jadi terjadi. Aku minta maaf."

Rina langsung menggelengkan kepalanya, "Bukan maaf. Tapi aku yang harusnya berterimakasih. Terimakasih, karena tadi, Mas Rezky sudah menyelamatkan El."

Aku menganggukkan kepalaku pada Rina, dan tetap tersenyum untuknya. "Sama-sama, Rina. Karena itu memang sudah seharusnya aku lakukan. Aku juga sayang banget sama El. Aku sayang El, dan aku nggak mau kalau El sampai terluka. Sungguh."

Aku serius dengan ucapanku.

Aku benar-benar menyayangi Elysia dengan sepenuh hatiku.

Aku menyayangi Elysia, sama besarnya seperti rasa sayangku pada Rina. Aku menyayangi mereka berdua, dengan hati dan perasaan besar yang serupa.

Rina akhirnya bisa tersenyum sekarang, walau hanya senyum tipis, tapi itu bisa melegakan hatiku bahwa Rina sudah mulai bisa tenang sekarang.

Aku dan Rina saling tatap dengan senyum tipis dari kami berdua. Tapi setelahnya, kami hanya diam tanpa bersuara. Seperti ingin menyampaikan, kalau harapan kami saat ini, sama. Yaitu sedang sama-sama berharap dan senantiasa berdoa, bahwa semoga, gadis kecil yang sangat kami sayangi, Elysia, akan tetap baik-baik saja keadaannya.

"Baik-baik, Rina. Karena aku mau terus sama kamu dan Elysia," harapan besar yang akan senantiasa kujaga.

*****

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang