73. Kasih Sayang

1.6K 87 14
                                    

❤️ Rina

Ibu langsung tertawa setelah aku selesai bercerita.

"Ibu kok jadi ketawa?"

"Ya lagian, kamu lucu banget si, Rin. Lagi dilamar, bukannya langsung jawab iya. Malah bilang kalau Nak Rezky lagi ngelindur."

"Ya kan Rina lagi kaget banget, Bu."

Tiba-tiba, Ibu jadi menggenggam kedua tanganku dengan begitu eratnya.

"Kamu tahu, Rin? Ibu bahagia luar biasa setelah dengar cerita kamu tadi."

Aku tak bersuara, menunggu lanjutan perkataan Ibu yang sepertinya belum selesai beliau ucapkan semuanya.

"Ibu merasa sangat bahagia, sama seperti waktu dulu Ibu dapat kabar kalau Shinta mau dilamar sama Cahyo."

Aku tersenyum, "Kalau waktu Mas Rama mau lamar Rina, gimana, Bu?"

"Ya pasti senang juga dong, Rin. Tapi beda rasanya. Kalau Rama itu kan anak laki-laki. Waktu Rama cerita mau lamar kamu, Ibu senang, tapi juga deg-degan banget. Harap-harap cemas dan khawatir, karena takut lamaran Rama ditolak. Tapi kalau kamu sama Shinta kan anak perempuan Ibu. Jadi waktu dengar kalau kalian mau dilamar, entah pas Cahyo lamar Shinta dulu, atau Nak Rezky yang lamar kamu kaya sekarang, Ibu rasanya beneran senang banget. Ibaratnya kaya, alhamdulillah, anak wadonku ana sing seneng. Ada laki-laki yang serius mau lamar anak perempuan Ibu, gimana Ibu nggak senang?"

(Anak perempuanku ada yang suka)

Aku terkekeh, "Kok gitu? Kenapa bisa jadi beda, Bu?"

"Ya pokoknya, beda. Ibu nggak bisa jelasin dengan pasti gimana rasanya. Tapi satu hal yang sama, Ibu sama-sama bahagia ketika mendengar kabar kalau anak-anak Ibu sudah berani untuk melamar atau siap untuk dilamar seseorang."

Aku tersenyum karena melihat Ibu yang sepertinya sedang sangat bahagia sekarang.

Ibu mengeratkan genggaman tangannya padaku, "Ibu beneran seneng banget denger kabar kalau Nak Rezky lamar kamu, Rin. Itu artinya, anak-anak perempuan Ibu, sebentar lagi, akan lengkap bertemu dengan jodohnya."

"Maksud Ibu?"

"Ya Shinta sama Cahyo, terus kamu sama Nak Rezky, Rin."

"Rina sama Mas Rezky belum tahu, Bu."

"Belum tahu, karena kamu memang belum tanya sama gusti Allah. Coba kamu tanya sama yang buat perkaranya, Rin. InsyaAllah, nanti, pasti akan dikasih jawaban tepatnya. Sholat istikharah, doa minta petunjuk sama Allah, supaya dikasih jawaban terbaik buat kamu dan Nak Rezky."

"Tapi Mas Rama?"

Ibu tersenyum, "Apanya yang Rama? Rama baik-baik saja, Rina. Dan insyaAllah, Rama memang akan selalu baik-baik saja. Yang penting, kita tetap kirim doa, semoga Allah senantiasa menjaga Rama di sana."

"Ibu nggak marah sama Rina?"

"Kenapa Ibu harus marah?"

"Soal pertanyaan Mas Rezky sama Rina."

"Justru Ibu bahagia, Rina. Ibu senang. Kamu sendiri juga sudah tahu, kalau jauh sebelum hari ini, Ibu pernah menyinggung soal Nak Rezky sama kamu. Soal harapan Ibu tentang kalian. Dan Ibu rasa, setelah dengar ceritamu soal Nak Rezky, Ibu jadi semakin yakin, kalau ini memang adalah salah satu bukti bahwa Allah akan segera ijabah doa Ibu."

"Memangnya, apa doa Ibu?"

"Doa Ibu, harapan Ibu, kalau setelah ini, anak perempuan kesayangan Ibu akan segera bertemu dengan laki-laki baik yang akan selalu sayang dengan anak dan cucu Ibu. Laki-laki baik yang akan selalu jaga kamu dan juga El, anak dan cucu perempuan Ibu."

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang