❤ Rina
Tin
Aku membunyikan klakson mobilku, saat aku telah melewati pintu gerbang rumah Ibu.
Pak Udin, satpam rumah Ibu, langsung membukakan pintu samping penumpang yang ditempati oleh Elysia setelah beliau selesai menutup kembali pintu gerbang.
Aku sudah keluar dari mobilku, lalu membuka pintu belakang untuk mengambil semua bingkisan pesanan Ibu.
"Sini, Mba Rina. Pak Udin bantu bawain sampai ke dalam," ucap beliau sambil mengulurkan tangannya padaku.
Aku tersenyum pada Pak Udin, lalu menggelengkan kepalaku. "Mboten usah, Pak. Rina bisa bawa sendiri. Pak Udin balik aja jaga di depan. Nggak papa. Ya?"
(Mboten = Tidak)
Mendengar penolakan halus dariku, Pak Udin langsung memberikan senyumannya padaku. "Siap, Mba Rina. Pak Udin manut saja."
"Ibu ada di rumah, kan, Pak?"
Pak Udin segera menganggukkan kepala beliau untuk menjawab pertanyaanku. "Nggih, Mba. Bu Widya, ada di dalam."
"Ya sudah. Rina sama El, masuk dulu nggih, pak," pamitku.
Pak Udin mengangguk kembali, dan mempersilakan aku untuk pergi. "Nggih, Mba Rina. Monggo."
Kini, aku langsung menggandeng tangan kecil Elysia, "Ayo, El."
"Sini, Ma. El bantuin bawa bandengnya," kata Elysia yang kini sedang berusaha ingin meraih 2 kantong plastik yang berisi bandeng presto di dalamnya.
"Terimakasih, El."
"Sama-sama, Mama."
Pintu depan sudah terbuka, jadi aku dan Elysia langsung masuk dan berseru untuk memanggil Eyang Uti tercinta.
"Assalamu'alaikum, Eyang Uti," ucapku dan Elysia di waktu yang sangat sama.
"Wa'alaikumsalam. Eyang ada di ruang tengah," jawab Ibu dengan suaranya yang dikeraskan.
Saat ini, aku dan Elysia sedang berjalan bersama menuju ke ruang tengah untuk menemui Ibu yang sepertinya juga sudah menunggu kedatangan kami.
Ibu sedang duduk di atas sofa dengan ponsel yang ada di tangan kanannya.
"Loh? Ibu badhe tindak?" (Loh? Ibu mau pergi?)
Aku dan Elysia langsung mendekati Ibu setelah kami selesai meletakkan semua bingkisan yang kami bawa di atas meja.
Sedangkan Ibu, langsung mengangkat wajah beliau untuk mengecup pipiku dan juga Elysia. "Ini, Ibu lagi nunggu kabar dari Shinta."
Aku dan putriku, sudah mendudukkan diri kami di samping kanan dan kiri Ibu.
"Ini, kamu bawa apa, Rin? Kok banyak banget?" tanya Ibu menunjuk pada plastik-plastik yang kini sudah tertata rapi di atas meja.
"Bandeng Juanda, Bu. Kemarin kan Ibu bilang, kalau katanya, Ibu lagi pengin makan sama bandeng presto."
"Loh? Langsung kamu beliin?"
Aku lekas menganggukkan kepalaku. "Nggih, Bu. Hari ini, kebetulan, El pulang sekolahnya gasik. Jadi tadi, habis jemput El di sekolah, Rina langsung mampir ke Juanda beli bandeng buat Ibu."
"Tapi kok kamu belinya banyak banget kaya gini, Rin?"
"Ya nggak papa, Bu. Buat persediaan. Karena siapa tahu, besok-besok, Ibu pengin makan sama bandeng presto lagi. Atau kalau memang kebanyakan, ya bisa bawain buat Mba Tuti, Pak Udin, sama Shinta juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua ✔
RomanceJANGAN LUPA FOLLOW YA 😊😍 Mari kita dukung para penulis yang sudah berusaha keras mempublikasikan dan menyelesaikan setiap tulisannya dengan memberikan apresiasi pada karya serta kehadirannya 😊 ***** [COMPLETED] Tentang Elsa Azarina Safira, yang m...