6. Siapa?

3.8K 474 31
                                    

💙 Mas Rezky

Alhamdulillah, acara kelas mandiri di Cimory telah berjalan dengan lancar.

Acara outbond anak-anak dan juga permainan cerdas tangkas berjalan sukses tanpa ada kesalahan yang berarti.

Snack dan makan siang yang disediakan juga sepertinya cocok dan sesuai dengan selera anak-anak. Karena tadi, mereka tampak lahap dan ceria sekali.

Sejak acara berlangsung, aku cukup kagum dengan sikap dan tingkah laku anak-anak di TK Nuansa ini. Jauh dari ekspektasiku, yang awalnya, kukira, acara akan berjalan sedikit alot dengan tangisan, jeritan, atau pun rengekan. Tapi ternyata, semua itu tak ada. Semua anak-anak sangat kooperatif dan berjalan sesuai instruksi. Hanya satu atau dua anak yang mungkin rewel karena takut. Tapi selebihnya, mereka mudah sekali untuk ditenangkan.

Aku juga salut sekali dengan para dewan guru dan juga pendamping yang ada di sekolah ini. Karena mereka benar-benar memperhatikan keadaan anak satu per satu. Walau pun rangkaian acara ini sudah diserahkan pada tim biro perjalananku, tapi mereka tidak lepas tangan begitu saja. Mereka tetap ikut turun ke lapangan, untuk mendampingi dan menjaga anak-anak didik mereka.

Hebat.

Jadi kurasa, biaya mahal yang dibayarkan oleh para orangtua murid benar-benar sepadan dengan fasilitas dan juga perhatian yang dicurahkan oleh staff dan para dewan guru yang ada di sini.

Ya, aku juga menyadari, kalau tak semua hal bisa diukur dari uang dan biaya yang mahal. Banyak sekolah biasa dengan biaya yang amat sangat terjangkau tapi pendidikannya bagus, juga ada. Tapi di sini, aku sedang sedikit menilai dan mengamati, satu sekolah Taman Kanak-Kanak yang sudah terkenal se-antero kota Semarang dengan biaya mahal dan juga lingkungan yang penuh dengan fasilitas serba canggih. Dan setelah masuk dan bekerjasama dengan orang-orang yang ada di sekolah ini, aku melihat sendiri, bahwa mereka benar-benar sesuai dengan pandangan eksklusifnya. Karena semuanya memang tertata. Dan aku jadi setuju bahwa sekolah ini memang layak dengan bayaran yang mahal. Karena fasilitas dan dewan gurunya juga jempolan. Jadi sepadan antara gaji dan kinerja yang mereka berikan.

Anak-anaknya, juga sangat berhasil untuk membuatku jadi terpana. Anak-anak umur 5 tahunan yang kupikir kebanyakan akan manja dan mudah sekali untuk menuntut. Tapi tadi, aku melihat banyak dari mereka yang sangat mandiri dan juga terampil sekali.

Mereka berbaris teratur. Tak berebut. Tertib mengantri. Dan mereka makan makanan mereka sendiri tanpa harus disuapi. Bahkan mereka juga pandai meminta izin, dan pergi ke toilet ketika mereka ingin buang air kecil.

Mereka benar-benar merubah pandanganku tentang anak-anak yang kupikir semuanya akan membuat pusing dan repot. Tapi nyatanya, mereka benar-benar terdidik dengan baik. Mereka pintar, tapi juga bisa berperilaku dengan baik. Ya walau tetap ada anak-anak yang menangis karena minta disuapi, atau mengompol di celana, tapi tak banyak, dan itu wajar.

Karena aku saja, dulu, seingatku, waktu TK, pernah pulang karena ngompol tapi tak mau ganti celana di sekolah.

Selesai dengan semua pikiranku tentang semua hal yang telah terjadi di separuh hari ini, kini, aku dan Mita sedang berjalan beriringan menuju ruang kepala sekolah untuk memberikan sedikit kenang-kenangan dari biro perjalanan kami. Berupa kaos untuk seluruh staff dan juga dewan guru. Serta beberapa sisa doorprize di bus yang tadi belum terbagikan.

"Mit, bajunya, udah kamu hitung bener, kan? Nggak ada yang kurang?" tanyaku pada Mita sambil tetap berjalan.

"Sudah, Mas. Beres. Jumlah semuanya, ada 28 untuk dewan guru dan juga pendamping. Udah aku tambahin 3 atau 4, buat jaga-jaga, kalau semisalnya nanti kurang."

"Oke. Sip kalau gitu."

*****

Aku dan Mita telah selesai berbincang dengan Bu Wulan, kepala sekolah di TK Nuansa. Dan menurut pandanganku, beliau adalah seseorang yang benar-benar peduli sekali dengan pendidikan karakter anak. Jadi pantas saja kalau anak-anak di sini terjaga sopan santun dan juga perilakunya. Dan jangan lupakan, kalau prestasi akademik di sekolah ini juga sangat patut untuk diacungi jempol.

"Mas, acara hari ini, sukses besar ya," ucap Mita girang sekali setelah kami berdua keluar dari ruang kepala sekolah.

Aku langsung mengangguk tanda setuju. "Iya, Mit. Alhamdulillah. Gusti Allah sing paring." (Allah yang memberi)

"Iya, Mas. Alhamdulillah. Acaranya sukses, duitnya juga gede ya, Mas. Terus tadi, bener-bener lancar jaya. Anak-anaknya juga anteng-anteng banget. Bikin gemes. Nggak banyak yang rewel."

Aku tersenyum. "Habis ini, jangan lupa hitung lagi semua duitnya ya, Mit. Buat dibagi sama semua tim yang kerja hari ini. Dan laporannya, jangan lupa kirim ke aku kalau udah beres. Ya?"

"Siap, Mas. Kalau gitu, habis ini, aku langsung balik ke kantor lagi ya, Mas. Dewo sama yang lain, juga udah nunggu di mobil."

"Oke."

"Oya, Mas. Mas Rezky ikut aku ke mobil dulu ya sebentar. Bawa snack. Soalnya tadi, masih ada sisa lumayan. Karena kita juga dikasih banyak bonus sama bakery."

"Anak-anak yang lain, udah dibagi juga, kan?"

"Udah, Mas. Beres. Tenang aja."

"Oke kalau gitu," jawabku, sambil memberikan anggukan kepalaku.

*****

Kini, aku berjalan santai sambil membawa kotak yang penuh sekali dengan kue di tangan kananku.

Acara hari ini, benar-benar berjalan dengan sukses. Jadi setelah ini, aku mau langsung pulang, lalu tidur. Supaya nanti malam, aku bisa begadang untuk menonton bola.

Tapi aku jadi sedikit terkejut, saat melihat bahwa ternyata masih ada cukup banyak anak-anak yang berseliweran di halaman sekolah. Sepertinya, mereka masih menunggu jemputan datang.

Diberi pemandangan yang sangat berhasil untuk menenangkan hati, aku langsung tersenyum karena melihat bagaimana anak-anak yang kini masih terlihat sangat ceria dan berlari ke sana ke mari. Memang ya, tenaga anak-anak seperti tak ada habisnya. Padahal aku saja sudah ingin segera pulang supaya bisa rebahan di atas kasur kesayangan.

Baru saja ingin berbelok ke arah parkiran, langkah kakiku tiba-tiba jadi terhenti, dan kedua mataku langsung terpaku karena melihat gadis cilik yang saat ini sedang bersenandung seorang diri di atas ayunan.

Dan aku ingat anak itu, gadis cilik cerewet yang sedari tadi telah sangat berhasil menarik perhatianku.

Tenang. Jangan khawatir. Aku bukan pedofil. Dan aku bisa pastikan, kalau aku adalah pria yang sangat normal.

Aku tertarik pada gadis kecil itu, karena wajahnya mengingatkanku pada seseorang. Terutama, bagian mata dan dagunya, juga pipi tembamnya. Cara bicaranya yang ceriwis dan keberanian serta kecerdasannya untuk tampil di depan umum, benar-benar mengingatkan aku pada seorang gadis yang telah menarik hatiku di masa lalu.

Jadi, siapa gadis kecil itu, sebenarnya?

Kenapa daya tariknya seperti magnet teramat kuat yang membuatku jadi ingin sekali mengetahui segala informasinya?

*****

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang