💙 Mas Rezky
Selesai sholat subuh, aku termenung di atas tempat tidurku menatapi ponselku yang tetap tak menyala sejak tadi malam.
Rina benar-benar tak membalas pesanku sama sekali. Teleponku sebanyak tiga kali, juga tak Rina terima saat pagi tadi.
Aku menghela napas pasrah.
Hanya bisa berharap, bahwa semoga saja, tak ada yang berubah setelah ini. Sebab aku benar-benar tak siap jika harus kehilangan Rina lagi.
Aku sungguhan sangat tak siap.
Karena aku rasa, aku baru saja bersiap untuk mendekati Rina. Aku baru saja berusaha. Jadi aku tak ingin semua jadi berakhir sia-sia.
"Ya Allah. Semoga aku masih bisa ketemu El dan Rina."
Aku membuka kontak nomor ponsel Rina. Menimbang-nimbang apakah aku akan menelepon Rina nanti atau saat ini juga. Atau aku memang masih harus sabar menunggu sampai diamnya Rina mereda dengan sendirinya.
Tapi belum sampai aku menelepon Rina, panggilan dari Ibu sudah menarik atensiku supaya segera mendatanginya.
"Dek, turun! Ibu udah bikin sarapan," teriak Bu Sri dengan suara yang cukup memekakan.
Aku menghela napas sekali lagi, karena panggilan dari Bu Sri itu memang mutlak harus segera dituruti. Karena kalau tidak, maka akan ada panggilan kedua yang lebih menggelegar lagi.
Aku meletakkan ponselku di atas nakas samping tempat tidurku. Lalu segera berjalan keluar kamar untuk memenuhi panggilan dari Bu Sri tercinta sebelum beliau kembali memanggilku.
Ya. Ibuku sedang berada di Semarang. Dan entah kenapa, kali ini, Ibu menginap di rumahku, dan bukan memintaku untuk datang ke rumah Ibu seperti biasanya. Ibu datang kemarin malam, bersama Mas Rangga. Karena katanya, Ibu sedang malas naik travel. Malas juga jika harus berdua hanya dengan sopir pribadi. Jadi Ibu minta diantar oleh Mas Rangga yang kebetulan sedang libur untuk datang ke sini.
Aku sampai di ruang makan. Dan di atas meja, sudah tersaji 3 gelas teh hangat dan 3 piring nasi goreng beserta lauk pauknya yang terlihat sangat menggiurkan.
Bu Sri memang tak pernah berubah sejak dulu.
Selesai sholat subuh, maka makanan pasti juga sudah siap untuk disantap dan tersaji dengan sangat rapi di atas meja. Entahlah, aku tak pernah bisa menebak Ibu menyiapkan semua masakannya dari jam berapa.
"Astaga, Ibu. Kaya di rumah sendiri aja, sampai teriak-teriak kenceng banget begitu. Ini di perumahan, Bu. Rumahnya dekat-dekat. Jadi nggak enak sama tetangga kalau seperti itu," kataku setelah mendudukkan diriku di sebelah Ibu.
Mas Rangga yang duduk di depanku hanya terkekeh mendengar ajuan protes yang sedang kuutarakan pada Ibu.
"Ibu udah kira-kira kerasnya harus seberapa ya, Dek. Jadi kamu tenang aja. Lagian, di perumahanmu ini kan rumahnya besar-besar, temboknya juga pasti tebal. Masa iya suara Ibu bakal tembus sampai tetangga?" jawab Ibu sambil menyodorkan satu piring nasi goreng ke hadapanku.
Aku mengetatkan bibirku.
Memang lebih baik tak usah protes dan mengeluarkan suara, karena Bu Sri pasti akan selalu bisa menang melawanku dengan semua bentuk sanggahan dan alibinya.
Mas Rangga tertawa, "Udah, nggak usah cemberut sampai kaya gitu dong, Dek. Kamu baru sekali denger Ibu teriak lagi, udah langsung begitu. Mas yang tiap minggu denger, masih sehat kok sampai sekarang."
Aku jadi mendelikan kedua mataku. Sebab Mas Rangga berkata seperti itu bukan untuk menenangkanku, tapi karena ia pasti ingin meledekku.
"Mas mau bilang, kalau aku ini jarang pulang? Iya? Begitu? Mau nyindir nih ceritanya? Atau malahan mau ngajak ribut pagi-pagi?" tanyaku ketus sekali.
"Mas nggak ngeledek ya, Dek. Nggak nyindir juga. Apalagi mau ngajakin berantem. Ngapain? Mas juga nggak bilang gitu. Kamunya aja yang langsung ngerasa," elak Mas Rangga dengan juluran lidahnya.
"Wis, wis. Ora usah padu. Cepetan maem." (Udah, udah. Nggak usah bertengkar. Cepat makan)
Aku mendelik sekali lagi ke arah Mas Rangga yang saat ini sudah mulai menyantap sarapannya.
Dasar.
Punya kakak laki-laki satu, tetap saja bisa sangat menyebalkan kalau sedang bertemu. Padahal Mas Rangga sudah jadi suami dan punya anak satu.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua ✔
Roman d'amourJANGAN LUPA FOLLOW YA 😊😍 Mari kita dukung para penulis yang sudah berusaha keras mempublikasikan dan menyelesaikan setiap tulisannya dengan memberikan apresiasi pada karya serta kehadirannya 😊 ***** [COMPLETED] Tentang Elsa Azarina Safira, yang m...