117. Selalu Di Hati

420 46 0
                                    

❤ Rina

Elysia asik sekali dengan udang goreng tepung Sari Laut kesukaannya. Apalagi karena Mas Rezky sendiri yang telah memasaknya. Jadi jelas, kalau Elysia sudah pasti tak bisa berpaling dari gumpalan seafood yang dilumuri adonan renyah itu, dengan ekspresi kelewat bahagia. Sejak tadi, putri kecilku benar-benar lahap sekali menghabiskan porsi makannya. Bahkan, sekarang, Elysia sedang makan nasi beserta lauknya untuk kloter yang kedua.

Gemas sekali.

Sehat dan bahagia selalu, putri kecilku.

Aku dan Shinta sudah selesai makan. Dan kami benar-benar kenyang.

Memang seafood Sari Laut itu bikin nafsu makan jadi tinggi, bawannya ingin nambah lagi dan lagi. Kalau kata Ibu, semua lauknya itu nglawuhi.

(Nglawuhi = Lauk yang enak dan membuat nafsu makan jadi meningkat)

Shinta meneguk air putihnya sampai tandas, "Emang seafood Sari Laut itu bikin aku jadi gagal mau diet, Mba."

Aku terkekeh mendengar bualan Shinta, "Halah. Kaya kamu pernah diet aja, Dek."

Shinta cengengesan. Lalu tangannya meraih lagi piring berisi cumi goreng tepung yang dibumbui asam pedas.

"Nih, sebenarnya, aku udah kenyang, Mba. Tapi bawaannya pengin nyamil lagi," kata Shinta yang kini sudah sibuk memakan cumi tanpa tambahan nasi.

Aku bersidekap di atas meja memandangi Elysia dan juga Shinta yang lahap sekali memakan masakan dari Mas Rezky.

"Mas Rezky bawa seafood sama makanannya banyak banget, Mba. Ini, kalau kita beli, jelas pasti bakal banyak banget bayarnya," kata Shinta yang kini berganti memecahkan cangkang kepiting dengan kedua tangannya.

Dasar Shinta, kalau sudah ketemu dengan menu seafood, pasti dia jadi seperti lupa akan segalanya. Pokoknya, pantang kenyang sebelum piring yang Shinta ambil bersih sampai bumbu-bumbunya.

"Nggak tahu. Mungkin, karena tahu kamu sama Ibu lagi nginep di sini, makanya Mas Rezky jadi bawa makanan banyak banget kaya gini."

"Wah, memang calon kakak ipar yang super baik. Mas Rezky udah aku acc, Mba. Dapet double restu dari aku sama Ibu."

Aku terkekeh lagi, "Makasih ya, Dek."

Shinta berhenti dengan kepitingnya, lalu menatap ke arahku dengan tatapan lekatnya. "Aku yang harusnya bilang makasih, Mba. Terimakasih, karena Mba Rina udah nurutin mauku dan Ibu untuk menikah lagi."

"Kalau gitu, terimakasihnya sama Mas Rezky. Karena kalau laki-lakinya bukan Mas Rezky, mungkin, sekarang, Mba juga belum mau untuk menikah lagi."

Shinta menyipitkan kedua matanya, "Memang cinta pertama itu selalu sangat berkesan ya, Mba."

Aku kembali terkekeh karena tahu Shinta sedang ingin menggodaku sekarang.

"Siapa yang nyangka ya, Mba. Kalau akhirnya, Mba Rina sama Mas Rezky akan berjodoh sekarang. Kalian sama-sama cinta pertama untuk satu sama lain. Dan insyaAllah, sebentar lagi, kalian akan menikah. Memang ya, Mba. Kuasa Allah itu nggak pernah bisa dinyana sama akal manusia."

Ya. Aku pun tak menyangka, kalau ternyata, cinta pertamaku saat SMA akan tercapai saat aku sudah menjadi seorang janda. Rezky Pramurindra, yang dulu saat muda hanya bisa kupandangi dari jauh saja, kini jadi laki-laki yang akan menjadi suamiku setelah Mas Rama tiada.

"Mungkin, dulu, kalau Mba Rina nggak ketemu sama Mas Rama, Mas Rezky yang akan jadi suami pertama Mba Rina."

Aku langsung menatap tepat ke arah Shinta, "Kenapa kamu jadi ngomong kaya gitu, Dek?"

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang