62. Bertolak Belakang

1.3K 185 60
                                    

❤️ Rina

Akhirnya, aku dan Elysia telah sampai di kolam renang yang akan menjadi tempat untuk acara olahraga air sekolah Nuansa.

Mobil Damar juga telah terparkir dengan sempurna.

"Terimakasih ya, Dam. Terimakasih, karena udah antar aku sama El. Dan maaf, kalau aku sama El jadi banyak buat kamu repot pagi ini," kataku tak enak hati.

Damar menoleh ke arahku, "Kan emang aku yang nawarin, Rin. Jadi nggak ada kata repot buat kamu sama El."

Aku hanya tersenyum.

Damar mengusap pipi Elysia yang duduk di pangkuanku, "Selamat renang, anak cantik. Semoga cepat bisa ya renangnya. Jangan kaya Mama."

Aku langsung mendelikan kedua mataku dengan sangat sinis.

Karena kenapa bisa-bisanya Damar mengejekku yang tak bisa berenang di hadapan Elysia?

Menyebalkan sekali. Benar-benar memancing peperangan di pagi hari.

Elysia mengangguk semangat sekali, "Iya, Om."

"Kalau El udah bisa renang, nanti, main ke waterboom sama Om Damar ya?"

Kedua mata Elysia langsung berbinar bahagia, "Mau, Om. El mau."

Damar terkekeh sambil mengusap-usap pipi gembil Elysia, "Oke. Jadi, hari ini, El yang semangat ya latihannya. Biar cepat bisa."

Elysia mengangkat jempol kecilnya ke arah Damar yang berbicara. "Siap, Om Damar."

Aku kembali tersenyum melihat interaksi manis yang terjadi di antara Elysia dan juga Damar.

Elysia memang cukup dekat dengan Damar. Karena Damar adalah salah satu orang yang sering berkunjung ke rumahku atau Ibu setelah kepergian Mas Rama. Tentu saja, selain Gita dan keluarganya. Jadi Damar memang sudah cukup sering bertemu dan bermain dengan Elysia selama kurang lebih 3 tahun terakhir ini.

"Aku sama El, pamit dulu ya, Dam," kataku kemudian.

Damar langsung mengangguk ke arahku, "Kalau udah selesai, kamu bisa kabarin aku. Nanti, aku pasti langsung jemput kalian di sini."

"Nggak usah, Damar. Kamu kan harus kerja."

"Aku bisa izin sebentar."

"Jangan aneh-aneh ya, Dam."

Damar terkekeh, "Oke. Kalau gitu, doakan semoga aku bisa cepat jadi bos ya. Jadi nanti, bisa bebas kalau mau keluar buat jemput kamu sama El."

Aku ikut terkekeh bersama Damar, "Iya. Selamat bekerja ya. Semoga Allah paring lancar dan barokah untuk semuanya."

Damar tersenyum bahagia sambil menganggukkan kepalanya. "Aamiin."

"Ayo, El. Pamit dulu sama Om Damar. Jangan lupa, bilang terimakasih juga ya, El," pesanku mengingatkan.

"El renang dulu ya, Om. Terimakasih udah antar El sama Mama ke sini."

Damar mencolek ujung hidung Elysia dengan jari telunjuknya, karena saking gemasnya. "Sama-sama, anak cantik."

Aku membuka pintu mobil Damar, lalu keluar bersama Elysia.

Damar membuka kaca jendela mobilnya, lalu tersenyum dan melambaikan tangannya ke arahku dan Elysia. "Selamat bersenang-senang," kata Damar begitu ceria.

Dan Elysia, juga lekas membalas lambaian tangan dari Damar dengan ekspresi yang sangat bahagia. "Dadah, Om Damar!"

"Dah juga, El," jawab Damar sebelum membunyikan klakson mobilnya sebagai tanda pamitnya.

Memang teman yang baik.

*****

💙 Mas Rezky

Aku sedang berbicara dengan Satrio membahas tentang teknis pelaksanaan acara olahraga air untuk TK Nuansa hari ini.

Ya. Aku dan timku di Eka Wijaya, kembali dipercaya oleh Bu Wulan untuk mengurus acara di TK Nuansa.

"Mas, bukannya itu, Bu Rina sama El, ya?" ucap Satrio tiba-tiba.

"Mana?" tanyaku penasaran.

Satrio mengangkat dagunya, "Itu, Mas. Yang baru sampai di parkiran."

Aku mengikuti arah pandang Satrio ke mana. Dan ternyata benar, kalau itu adalah Rina dan juga putri cantiknya, Elysia, yang baru tiba.

"Tapi, mereka datang sama siapa ya, Mas?"

Aku menajamkan penglihatanku saat ini, ingin tahu juga siapa orang yang pagi ini mengantar Rina dan Elysia untuk sampai ke sini.

Mobil yang mengantar Rina dan Elysia berlalu dengan kaca jendela yang terbuka lebar di sisi kursi penumpangnya. Jadi dari sini aku bisa melihat dengan jelas siapa pengemudinya.

Dan hatiku jadi ngilu seketika. Setelah mengetahui bahwa ternyata Damar adalah seseorang yang telah berhasil mengantarkan Rina dan Elysia.

Aku mengepalkan satu tanganku yang sedang memegang bolpoin.

"Apa aku memang sudah tertinggal jauh saat ini?" ucapku di dalam hati.

Karena apa aku memang harus bersaing lagi dengan cintanya Rina semasa remaja?

Kenapa harus rumit sekali perjalanannya?

*****

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang