154. Malam Pengantin

672 51 21
                                    

💙 Mas Rezky

Aku menaiki setiap anak tangga, untuk menuju ke kamarku, setelah tadi selesai berbincang-bincang bersama semua keluarga, dan mengantar mereka sampai di depan rumah, ketika semua anggota keluargaku pamit pulang.

Bersyukur sekali aku mempunyai keluarga besar yang pengertian dan sangat mengerti dengan kebutuhanku malam ini.

Senyumku tak kunjung pudar sejak tadi pagi. Apalagi mengingat moment di mana hari ini aku sudah resmi menjadi seorang suami.

Ya. Hari ini, aku sudah menikah. Aku sudah punya istri, dan aku jelas tak sendiri lagi.

Dan tentu saja, istriku adalah seorang Elsa Azarina Safira. Seseorang yang sudah sangat kucintai sejak sekian lama.

Akhirnya, hari ini, Rina telah resmi menjadi istriku. Rina, seorang wanita yang telah kupersunting untuk menjadi pendamping hidupku, dan wanita yang akan selalu sangat kucintai sampai tutup usiaku.

Semoga Allah memberikan aku dan Rina umur yang panjang, waktu yang lebih banyak untuk bisa bersama, bisa selalu menjaga cinta dan kasih di antara kami berdua, sehingga kami bisa menjadi pasangan yang setia untuk satu sama lainnya. Dan kukatakan sekali lagi, bahwa aku sungguh sangat mencintai Rina, istriku tercinta.

Masuk kamar, senyumku langsung merekah dengan begitu sempurna. Karena melihat istriku sedang duduk tenang di depan meja rias dengan sisir di tangan kanannya.

MasyaAllah.

Aku masih saja tersenyum di saat kini kedua kakiku sudah mulai berjalan mendekat ke arah Rina.

Kini, aku sudah berdiri tepat di belakang tubuh istriku, lalu aku mencium pipi kanannya. Dan tentu saja, aku langsung tersenyum senang sekali setelah berhasil melakukannya.

Akhirnya, setelah penantian panjang, hari ini, adalah hari di mana aku bisa mencium Rina tanpa membuatnya marah padaku.

Bahagianya.

Sungguh sangat luar biasa.

Rina tersenyum sambil menatap ke arah kaca meja rias yang memantulkan bayangan kami berdua.

Istriku memang cantik sekali.

Aku tersenyum semakin bahagia, "Halo, istri," sapaku pada Rina.

Rina yang tadinya tersenyum jadi terkekeh pelan, "Hai, Mas suami."

Astaga.

Aku gemas.

Rina sungguhan manis sekali malam ini.

Aku mendekat pada Rina, lalu mengusap pelan kedua lengannya. "Mau Mas bantuin sisirin rambutnya?"

Rina masih tersenyum, "Nggak usah, Mas. Sebentar lagi, Nana udah selesai kok."

Aku menganggukkan kepala, lalu kini berganti jadi mencium pipi kiri Rina.

Cup

"Wangi banget. Nana udah pakai skincare malam ya?" tanyaku yang kini jadi mengusap-usap kedua pipi Rina dari belakang tubuhnya.

Rina mengangguk, "Nggih, Mas. Sampun." (Iya, Mas. Sudah)

Aku tersenyum.

Sekali lagi kukatakan, kalau aku akan selalu merasa sangat bahagia setiap kali Rina menjawab pertanyaanku dengan bahasa Jawa krama inggil. Karena menurutku, itu benar-benar manis sekali.

"Pantesan, Nana wangi banget."

Rina hanya terkekeh tanpa menimpali perkataanku.

Rina meletakkan sisir yang tadi ia pakai setelah selesai menyisir rapi ujung rambutnya.

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang