💙 Mas Rezky
Hari ini, biro perjalananku mendapatkan orderan untuk handle acara dari sebuah Taman Kanak-Kanak yang cukup terkenal di kota Semarang. TK Nuansa, sekolahnya anak-anak orang kaya atau pejabatnya kota Semarang.
Sebelumnya, aku belum pernah handle acara di sana. Tapi melihat bagaimana background sekolah dan orang-orang yang ada di sana, aku jadi mempersiapkan acara ini jauh-jauh hari supaya hasilnya bisa berjalan dengan maksimal, lancar, dan tak ada kesalahan yang fatal.
Bahkan aku dan karyawan-karyawanku di biro perjalanan sampai sering sekali mengadakan rapat khusus untuk membahas acara ini, tak seperti acara yang biasa kami tangani sebelumnya di tempat lain.
Dan aku benar-benar berharap, bahwa semoga, acaranya nanti bisa berjalan dengan lancar. Pihak sekolah puas, dan dari acara ini, bisa jadi batu loncatan untuk biro perjalananku supaya bisa semakin dikenal di kota Semarang.
Bismillah.
Semoga gusti Allah memberikan kemudahan dan kelancaran.
"Yo, bus yang buat jemput anak-anak dan guru, udah dicek semua?"
Satrio, asistenku, langsung mengangguk mantap sekali sambil memberikan acungan jari jempolnya.
"Siap, Mas. Udah beres semua. Bus, udah oke semua perlengkapannya. Bensin penuh, full, pokoknya aman, Mas. Untuk sopirnya, juga udah stand by semua."
Aku tersenyum puas. "Oke kalau gitu. Rokok buat sopir sama keneknya, udah disiapin juga, kan?"
"Udah, Mas. Beres."
"Oke. Buat snack, makanan, minuman, obat-obatan, sama doorprize buat di bus, jangan lupa dicek lagi ya, Yo. Jangan sampai ada yang kurang, apalagi ketinggalan."
"Siap, Mas. Habis ini, aku langsung muter lagi buat cek ulang."
"Sip. Nanti, bilang sama Mita, suruh nemuin aku dulu ya sebelum berangkat. Soalnya, Mita yang handle tim buat urus game pas di Cimory, kan?"
Satrio langsung menganggukkan kepalanya ke arahku. "Iya, Mas. Mba Mita yang urus. Nanti, aku bilangin Mba Mita, biar ketemu dulu sama Mas Rezky."
"Oke. Terus, nanti, yang tugas bawa mobilnya, udah ready semua, kan?"
"Udah, Mas. Siap. Kita bawa 3 mobil dari kantor. Sopirnya nanti, ada Dewo, Ogy, sama Andika. Mas Rezky bawa mobil sendiri?"
"Iya. Kaya biasa," jawabku, sambil memberikan anggukan kepalaku.
"Mau ditemenin, Mas?"
"Ditemenin sama siapa? Sama kamu?"
"Bukan lah, Mas. Ditemenin sama cewek dong. Biar seger waktu di jalan," Satrio berucap seperti itu sambil menaik-turunkan kedua alisnya padaku.
Mendengar ucapan nyeleneh darinya, langsung kusambit pelan kepalanya. Tapi Satrio justru jadi terkekeh sangat bahagia.
"Semprul emang kamu, Yo. Nggak perlu. Makasih. Aku sendiri aja."
"Mas Rezky masih doyan melon, kan?"
"Sembarangan. Ngawur banget ngomongnya. Ya jelas masih suka lah. Aku normal ya, Yo. Jelas banget masih suka sama cewek."
"Ya habisnya, selama kuliah dulu, sampai aku kerja sama Mas Rezky sekarang, aku beneran belum pernah lihat Mas Rezky gandeng cewek."
"Belum mukhrim, Yo. Jadi jelas nggak boleh gandeng-gandeng kaya begitu."
"Ya kan cari yang cocok, Mas."
"Halah. Alasan. Kalau memang mau cari yang cocok, nggak mesti harus dengan jalan pacaran, Yo. Kalau serius, ya ajak nikah, bukan ajak pacaran."
Kini, Satrio sedang memegangi bagian dadanya yang sebelah kiri. Pura-pura seolah sedang tersakiti.
Dan aku langsung mendengus tanda geli.
Memang dasar alay karyawanku yang satu ini.
"Aduh, Mas. Ini, yang namanya definisi sakit tapi tak berdarah. Omonganmu beneran nusuk banget, Mas."
Aku tertawa, "Ya bagus kalau kamu nyadar. Biar kamu nggak gonta-ganti pacar mulu."
"Siap, Bosque. Nasihatnya akan langsung saya simpan. Tapi pacarannya masih tetap mau jalan."
"Emang dasar kadal kamu, Yo," dengusku lagi padanya.
"Damai, Bos. Jangan ngambek kaya cewek lagi PMS dong."
"Udah lah. Kalau ngomong sama kamu, lama-lama jadi bisa makin ngawur. Habis ini, kamu langsung cek bus lagi, sama yang lain suruh siap-siap juga. Ya?"
Mendengar perintah yang kuberikan padanya, kini Satrio langsung memasang sikap hormatnya. "Siap, Bos. Laksanakan!"
"Kamu gimana? Ikut mobil kantor, apa bawa mobil sendiri?"
"Bawa mobil sendiri, Mas. Soalnya, hari ini, aku bawa buntut."
"Siapa? Pacar baru lagi?"
"Masih PDKT, Mas. Silvi, karyawan baru di kantor. Mas Rezky tahu juga, kan?" ucap Satrio sambil cengengesan.
"Nggak usah sampai macam-macam ya, Yo. Fokus kerja. Nyambi tebar pesona, boleh. Tapi kerjaan harus tetep beres. Jangan sampai malah jadi awut-awutan. Profesional."
"Siap, Mas. Tenang aja kalau sama Satrio Suseno mah. Semuanya jalan. Kerjaan lancar, pacaran juga lancar."
"Emang dasar kampret. Udah lah. Sana, kerja. Aku berangkat dulu ke sekolah buat ketemu dewan guru sama panitia di sana. Yang di sini, aku serahin sama kamu. Oke?"
"Siap, Mas. Hati-hati di jalan. Dan jangan sampai ngebut-ngebut ya, Mas. Karena ingat, Mas Rezky belum kawin, Mas."
"Dasar buaya! Nikah dulu, Yo. Baru boleh kawin. Jangan sampai kebalik!" seruku memperingati.
Tapi spesies buaya darat yang saat ini sedang kuberi peringatan, justru tertawa semakin lebar karena kesenangan.
Memang dasar Satrio.
Kini, aku jadi menggelengkan kepalaku karena heran setiap kali melihat tingkah Satrio Suseno, karyawan setiaku dari awal aku membuka biro perjalanan ini. Satrio, adik tingkatku semasa kuliah dulu. Tingkah Satrio memang sengklek, tapi kerjanya bisa selalu oke banget. Dan Satrio, adalah salah satu karyawan yang sering kujadikan sebagai kaki tanganku setiap ada acara atau event yang kuanggap penting seperti hari ini.
Ya. Biar ajaibnya bisa sangat luar biasa, tapi kinerja Satrio memang selalu bisa membuatku bangga. Jadi tak apa. Akan bisa kuterima semua tingkah random yang Satrio punya.
Dan mari giat bekerja.
Karena uang jelas harus dicari, tak mungkin bisa datang sendiri.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua ✔
RomanceJANGAN LUPA FOLLOW YA 😊😍 Mari kita dukung para penulis yang sudah berusaha keras mempublikasikan dan menyelesaikan setiap tulisannya dengan memberikan apresiasi pada karya serta kehadirannya 😊 ***** [COMPLETED] Tentang Elsa Azarina Safira, yang m...