❤️ Rina
Saat ini, aku berada di ruang fitting bersama Gita. Sedang mencoba kebaya yang telah dipilihkan oleh sahabatku tercinta.
"Gimana? Kamu suka nggak?" tanya Gita yang saat ini sudah berdiri tepat di sebelah kananku.
Aku langsung menganggukkan kepalaku, "Suka. Modelnya simple, tapi detail payet dan brukatnya cantik banget."
Gita tersenyum manis sekali, "Aku seneng banget kalau kamu suka, Rin. For your information, kebaya ini baru aku bikin kemarin loh. Jadi ini beneran masih baru banget. Kemarin, nggak tahu kenapa, tiba-tiba, aku jadi pengin bikin kebaya warna pink. Dan waktu lagi cari-cari bahan, tanpa sengaja, aku beneran beruntung banget karena bisa dapatin semua bahan ini, Rin. Mulai dari brukat, payet, dan lainnya, ini beneran limit. Karena aku cuma bisa bikin satu baju aja. Cuma baju ini. Dan nggak nyangka, kalau ternyata, hari ini, kamu bakal datang ke sini karena bawa kabar super bahagia buat aku kaya gini."
Aku langsung tersenyum bahagia, karena mendengar kalimat panjang dari Gita.
Gita meraih bahuku dengan kedua tangannya, "Sepertinya, kebaya ini memang aku buat khusus untuk kamu, Rin. Gusti Allah yang udah menggerakkan hati dan tanganku kemarin supaya bisa cepat bikin kebaya cantik ini. Dan memang takdir Allah itu selalu luar biasa sekali ya? Yang biasanya aku jarang banget bikin kebaya warna pastel, tapi kemarin, tiba-tiba, aku jadi pengin banget langsung bikin. Dan warnanya pink, cocok banget sama kesukaan kamu, Rin."
Aku masih tersenyum.
"Jadi sahabat tercintaku, kebaya ini hadiahku buat kamu."
Mataku langsung membola dengan sangat sempurna setelah mendengar ucapan tak terduga dari Gita.
"Kok gitu? Aku sama Mas Rezky, datang ke sini, karena benar-benar jadi pelanggan baru buat kamu, Gita. Bukan hanya sebagai sahabat. Jadi aku akan bayar, sama kaya customer kamu yang lainnya."
Gita langsung menggelengkan kepalanya dengan sangat cepat, "Nggak, Rin. Kebaya ini, beneran hadiah buat kamu, dari aku. Jadi kamu nggak usah bayar. Malahan, memang nggak boleh. Kalau kamu tetap nekat mau bayar, aku bakal langsung transfer balik uangnya ke rekening kamu. Tunggu aja. Aku beneran nggak pernah bohong sama kamu. Apalagi kalau soal ini."
"Tapi, Gita ..."
Gita langsung memotong ucapanku, "Nggak ada tapi-tapian, Rina. Kebaya ini, hadiah buat kamu. Dan kalau kamu tetap mau bayar, kamu bisa bayar untuk kebaya putih yang tadi kamu coba pertama kali. Yang Mas Rezky pilihin buat kamu. Tapi untuk kebaya yang ini, karena aku yang pilihin, jadi ini hadiah buat kamu, dari aku."
Aku hanya memberikan tatapan lekatku pada Gita. Karena aku masih terkejut dan tak tahu harus berbuat apa.
Gita terkekeh di hadapanku, "Jangan pasang muka begitu, Rin. Udah nggak bakal mempan sama aku. Mau kamu ngambek atau ngomel-ngomel, silakan. Tapi kebaya ini, akan tetap jadi hadiah dari aku buat kamu. Dan kamu nggak boleh nolak. Atau aku akan balik marah sama kamu."
Akhirnya aku meluruh seketika, "Dasar tukang paksa."
"Biarin. Aku jadi kaya gini, juga diajarin sama kamu ya, Rin. Dulu, siapa ya, yang sering banget tiba-tiba kasih baju atau barang kembaran buat aku, tanpa tanya dulu sama aku?"
Aku terkekeh dengan sangat bahagia. Karena sepertinya, Gita sedang ingin mengungkit kebiasaanku dulu saat masih remaja.
Ya. Dulu, aku memang sering sekali membeli barang couple untuk Gita. Untuk dipakai bersama. Entah baju, jaket, hoodie, sepatu, tas, atau barang-barang kecil seperti gelang, cincin, atau gantungan kunci untuk kami berdua. Dan aku memang tak pernah bertanya terlebih dahulu padanya. Aku selalu langsung membeli, dan menyerahkannya pada Gita.
"Jadi, sekarang, kamu juga nggak boleh nolak pemberian dari aku ya, Rin. Harus diterima. Dan dipakai untuk hari bahagiamu. Nanti, aku juga bakal bikin kebaya pink lagi, buat seragaman aku sama Shinta," kata Gita, dengan senyuman super manis di wajah cantiknya.
Mau tak mau, aku juga jadi ikut tersenyum bersama sahabat tercintaku. "Makasih ya, Gita."
Gita memberikan anggukan kepalanya, lalu memelukku dengan begitu eratnya. "Sama-sama, sayang. Aku bahagia banget dapat kabar ini dari kamu. Beneran. Jadi, kamu juga harus pastikan, kalau kamu akan lebih bahagia lagi dari aku. Oke?"
Aku tersenyum dan langsung membalas pelukan Gita sama eratnya, "Iya, Gita. Aamiin. InsyaAllah ya."
Gita menganggukkan kepalanya di bahuku, dengan pelukan erat dan usapan lembut yang masih begitu setia Gita berikan untukku. "Aku selalu berdoa, bahwa semoga, Allah akan senantiasa mencurahkan kebahagiaan untuk kamu, Rin. Sebagaimana kamu yang selama ini juga selalu mengusahakan kebaikan dan memberikan kebahagiaan untuk orang-orang terdekat kamu. Termasuk buat aku."
Aku tersenyum penuh haru. Terharu sekali dan sangat bersyukur karena bisa mempunyai sahabat terbaik dan sangat tulus seperti Gita di sisiku.
Gita mengeratkan pelukannya padaku, "Kamu wanita baik, Rina. Sangat. Entah dulu, mau pun sekarang, aku sendiri yang juga menyaksikan dan membuktikan kalau kamu memang benar-benar seseorang yang sangat baik. Kamu tulus. Dan nggak pernah mengada-ada. Jadi sekarang, cukup pastikan kalau kamu bahagia. Dan kami, orang-orang yang sangat menyayangi kamu, juga pasti akan ikut merasakan bahagia yang serupa. Karena kamu benar-benar sangat berhak untuk bahagia. Dan kamu sudah benar untuk keputusan yang kamu ambil saat ini. Cukup dengan memastikan kamu bahagia, maka soal lainnya, tak apa. Jangan hiraukan ucapan yang mungkin akan menyakitkan hati. Karena orang-orang yang menyayangi kamu, jelas lebih tahu bagaimana kamu. Ya?"
Aku memberikan anggukan kepalaku, masih dengan senyum bahagia yang terpatri di wajahku. "Makasih ya, Gita. Terimakasih, karena sudah bersedia dan selalu sangat setia jadi sahabatku selama 10 tahun ini. Kamu tahu kan Git, kalau aku sayang banget sama kamu?"
Gita terkekeh lalu mengangguk lagi di bahuku, "Ya. Aku tahu. Dan kamu memang harus sayang sama aku, Rin. Karena kalau kamu nggak sayang sama aku, berarti, kamu keterlaluan karena udah buat aku jadi jatuh cinta sendirian."
Kekehan bahagiaku juga jelas langsung mengudara, "Jangan buat aku jadi merinding ya, Git. Jangan jadi ngomong yang aneh-aneh deh."
Gita terkekeh bersamaku, lalu melepaskan pelukannya dariku.
Kini, aku dan Gita saling pandang dengan senyum bahagia yang masih setia terpasang di wajah kami.
"Aku juga sayang kamu, Rin. Sangat. Banyak banget pokoknya. Dan kamu juga jelas pasti tahu bagaimana aku sangat bahagia dan bersyukur karena bisa kenal sama kamu dan jadi sahabat dekat kamu sampai sekarang. Terimakasih, Rina. Terimakasih untuk persahabatan manis kita selama 10 tahun ini. Terimakasih, karena bukan hanya jadi seseorang yang memuji dan mendukungku. Tapi terimakasih, karena kamu juga jadi seseorang yang selalu bisa mengingatkan aku ketika aku berbuat kesalahan. Tetap jadi Rina si baik, yang nggak sungkan berteriak di depanku ketika aku salah. Tetap jadi Rina si penyayang, yang selalu rela menyediakan waktu dan telinganya untuk mendengarkan semua cerita dan obrolan nggak jelas dari aku. Ya? Terimakasih untuk semuanya. Terimakasih karena sudah jadi Rina, yang begitu setia jadi sahabat terdekat untuk Gita."
Aku langsung menganggukkan kepalaku. Dengan tangis penuh haru yang hampir tumpah dari kedua sudut mataku.
Gita meraih tangan kananku, "Tetap jadi Rina sahabat terbaikku. Dan aku akan selalu berdoa, bahwa semoga, persahabatan kita akan terus terjalin dan semakin erat walau nanti kita sudah menua."
Aku balas menggenggam erat tangan Gita, "Kamu bukan hanya jadi sahabat terbaik untukku, Gita. Tapi kamu sudah seperti saudari perempuan yang paling dekat sama aku. Jadi, terimakasih ya, Git. Terimakasih untuk semuanya. Nggak tahu lagi aku harus bilang gimana, yang pasti, aku sayang banget sama kamu, Gita."
Gita terkekeh sangat bahagia, "Aku juga sayang kamu, Rina. Pakai banget juga."
Maka ya, walau itu hanya 1 orang saja. Tapi sahabat yang begitu setia, tetap akan jadi anugerah teramat indah yang harus bisa kita syukuri keberadaannya.
Karena meski hanya 1 orang yang peduli, tapi jika dia selalu tulus menemani, maka dia memang sahabat terbaik yang harus kita jaga dengan sangat sepenuh hati.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua ✔
Roman d'amourJANGAN LUPA FOLLOW YA 😊😍 Mari kita dukung para penulis yang sudah berusaha keras mempublikasikan dan menyelesaikan setiap tulisannya dengan memberikan apresiasi pada karya serta kehadirannya 😊 ***** [COMPLETED] Tentang Elsa Azarina Safira, yang m...