149. Peringatan Menakutkan

362 39 0
                                    

💙 Mas Rezky

Linda mulai mengangkat wajahnya untuk menatapku, dengan tatapan bergetar yang malah semakin memancing picingan tajam dariku.

"Iya, Ky."

"Kamu ngajar di sekolah yang sama kaya Siska, kan?"

Linda menganggukkan kepalanya, dengan gerakan yang sangat terbata. "Iya, Ky. Kenapa?"

"Kamu tahu, siapa supplier utama yang biasa buatin seragam dan baju-baju untuk sekolah kamu?"

"Tahu, Ky. Rumah Azarina."

Aku menunjukan senyum sinisku, "Kamu tahu, siapa pemilik butik besar Rumah Azarina itu?"

Linda mengangguk sekali lagi, "Tahu, Ky. Owner Rumah Azarina, adalah Bu Elsa."

"Ternyata, kamu tahu. Tapi sepertinya, kamu belum pernah ketemu sama dia ya, Lin? Makanya tadi kamu dengan begitu gampangnya dan sangat berani untuk menghina dia?"

Linda tampak kebingungan dengan ucapanku tadi, "Maksud kamu apa, Ky?"

Aku langsung terkekeh sinis pada Linda, "Kalau kamu mau tahu, nama lengkap pemilik butik Rumah Azarina, adalah Elsa Azarina Safira. Dan kalau kamu mau tahu lagi, Bu Elsa yang tadi kamu sebutkan, adalah calon istriku, Rina, orang yang tadi udah kamu hina dengan begitu lancarnya."

Linda langsung membulatkan kedua matanya. Bahkan tiga orang laki-laki yang tadi dengan tidak tahu malunya ikut menghina Rina, kini juga terlihat sangat terkejut sama seperti Linda.

"Kamu kaget ya, Lin? Makanya, jangan gampang menghina sesama perempuan, apalagi kalau kamu belum kenal jelas siapa dia. Karena siapa tahu, orang yang sedang kamu hina, justru jauh lebih tinggi derajatnya dan sangat lebih baik daripada kamu."

Linda diam tanpa berani membalas ucapanku.

"Dan sepertinya, aku bisa buat kamu dapat surat peringatan dari kepala sekolah tempatmu mengajar, Lin. Karena aku yakin, kalau beliau sampai tahu kalau sekolah asuhannya akan bisa kehilangan kerjasama mereka dengan supplier utama yang telah menyediakan semua seragam, beliau pasti akan panggil kamu dengan segera, karena aku bisa bilang, kalau kamu adalah dalang utama di balik semua itu."

Linda terlihat sekali sedang sangat ketakutan, "Kamu nggak bisa melakukan itu, Ky."

Aku terkekeh semakin sinis, "Oh, jelas aku sangat bisa dong. Aku bisa minta Rina untuk batalin semua bentuk kerjasama butiknya dengan sekolah tempatmu mengajar. Apalagi tadi, Rina juga dengar dengan sangat jelas semua hinaan yang udah kamu lontarkan buat dia."

Linda langsung pucat pasi.

"Dan kayaknya, kamu juga bisa aja langsung dikeluarkan dari sekolah tempat kamu mengajar, Lin. Karena bukannya kamu baru jadi tenaga magang di sana ya, Lin? Kamu belum jadi pegawai tetap kaya Siska, kan? Jadi, kalau kepala sekolahmu tahu tentang masalah ini, aku yakin, dan aku bisa jamin, kalau beliau pasti nggak akan mungkin mau untuk mempertahankan staf yang nggak kompeten kaya kamu."

Linda langsung bergerak cepat sekali untuk mendekatiku, "Aku minta maaf, Ky. Maaf, kalau tadi aku salah. Aku beneran minta maaf. Jadi aku mohon, kamu jangan sampai laporin soal ini sama pihak sekolah tempat aku kerja ya, Ky? Ini masalah pribadi, jadi kamu jangan sampai mencampur adukkan sama urusan pekerjaanku. Ya?"

Aku jadi mendecih, "Harusnya, tadi, kamu bisa lebih berhati-hati sebelum berucap, Lin. Kamu sendiri yang udah buat aku jadi bisa jahat kaya gini. Dan kamu salah kalau kamu malah minta maaf sama aku. Tapi harusnya, kamu minta maaf sama Rina, yang udah kamu hina seenaknya kaya tadi."

Kali Kedua ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang